Karakteristik Morfologi Burung Pemakan Buah

123 sebagian lagi lebih cenderung menggunakan tegakan tumbuhan yang lebih tinggi. Perubahan suksesi vegetasi berdampak pula pada jumlah spesies burung berdasarkan guild Tabel 3. Kelompok burung semak guild insektivora cenderung menurun sedangkan guild frugivora meningkat Lampiran 12 13. Hal ini karena pada beberapa burung insektivora terutama yang sangat sensitif kehadiran pengganggu sangat dibutuhkan ketersediaan lapisan semak yang lebih rapat untuk mencari makan maupun berlindung. Peningkatan komunitas burung pemakan buah di habitat suksesi tidak terlepas juga pada sebaran dari tumbuhan buah pakannya. Beberapa spesies tumbuhan yang buahnya berpotensi sebagai makanan burung tidak selalu terdapat di berbagai lokasi Lampiran 31-33. Habitat yang lebih lengkap menyediakan berbagai spesies tumbuhan buah maka mendorong meningkatnya jumlah spesies burung pemakan buah yang menempatinya. Hal ini tampak pada hutan sekunder yang selain banyak ditumbuhi oleh tumbuhan semak juga terdapat pohon yang buahnya dapat dimakan burung Lampiran 33. Selain itu, burung pemakan buah pengguna tajuk pohon hadir di hutan sekunder karena habitat tersebut menyediakan tempat untuk bertenggeran dan aktivitas lain dari burung tersebut

6.3. Karakteristik Morfologi Burung Pemakan Buah

Pengelompokan burung semak berdasarkan guild oleh beberapa peneliti cenderung dilakukan berdasarkan tujuan dari penelitiannya. Kagetori tersebut sebagian hanya didasarkan pada parameter morfologi eksternal atau sistem pencernaan saja. Setelah dilakukan uji kedua parameter tersebut ditemukan bahwa nisbah panjang paruh dan panjang kepala Tabel 5 tidak menunjukkan nilai yang mencolok antara burung frugivora, granivora dan insektivora, kecuali pada burung nektarivora. Hal ini karena burung nektarivora membutuhkan bentuk paruh yang lebih panjang untuk mendukung cara pengambilan makanan berupa nektar dan madu yang yang jauh berada di dalam bunga. Beberapa spesies dinyatakan sebagai pemakan buah dan kemungkinan diduga membantu penyebarkan biji tumbuhan yang dimakannya karena karena kadang-kadang dijumpai melakukan aktivitas makan buah baik yang berdaging maupun buah kering Tabel 6. Burung tersebut belum dapat dipastikan sebagai 124 frugivora karena proporsi individu yang memakan buah lebih sedikit, selain itu buah yang dimakan belum tentu bijinya dapat keluar utuh bersama feses. Hal ini disebabkan cara penanganan buah baik secara eksternal di paruh maupun di saluran pencernaan sangat menentukan keselamatan biji dapat keluar utuh bersama feses. Pada burung familia Ploceidae Lonchura dan Erythrura berpeluang biji utuh dikeluarkan bersama fesesnya sangat kecil Tabel 7, hal ini karena proses penanganan makanan oleh paruh yang tebal dan kokoh Lampiran 25 serta ventrikulus yang berotot tebal, hanya biji yang mempunyai exocarp tebal yang dapat selamat. Kelompok burung tersebut dikategorikan sebagai predator buah Herrera 1984b. Walaupun beberapa spesies familia Ploceidae diketahui memakan buah di hutan subtropik di Hongkong, namun nasib biji dari buah yang dimakan sangat jarang yang utuh Corlett 1998a, 1998b Ukuran bukaan paruh sangat berperan dalam proses menelan buah oleh burung frugivora. Spesies burung yang banyak ditemukan memakan buah dan biji utuh banyak terdapat fesesnya ternyata memiliki bentuk paruh yang tidak tebal serta nisbah tinggi dan lebar bukaan paruh ≥ 0,9 atau cenderung bulat Tabel 6-8. Sehingga hanya familia Dicaeidae, Pycnonotidae dan Zosteropidae yang termasuk dalam kelompok frugivora. Ketiga familia tersebut mempunyai panjang saluran yang relatif pendek sehingga memiliki waktu retensi yang singkat Tabel 9. Burung Pycnonotidae yang mempunyai panjang sistem pencernaan 34-37 cm memiliki waktu retensi lebih singkat dibanding Sylviidae yang berat tubuhnya jauh lebih ringan Jordano 1986; Fukui 1995. Selain itu, biji untuk pada feses burung pemakan buah karena memiliki ventrikulus yang relatif lebih tipis dibanding burung granivora.

6.4 Ketersediaan Buah Pakan Burung