MINYAK JARAK PAGAR PEMURNIAN MINYAK

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. MINYAK JARAK PAGAR

Biji jarak merupakan bagian dari tanaman jarak yang mempunyai nilai ekonomi tinggi karena kandungan minyaknya yang tinggi, yaitu sekitar 40-60 Haas dan Mittelbach, 2000. Namun demikian, minyak ini mengandung racun sehingga tidak dapat dikonsumsi. Ester forbol merupakan senyawa yang bertanggung jawab atas beracunnya minyak jarak pagar. Proses pemurnian minyak hanya mampu menurunkan 50 dari kandungan ester forbol sehingga minyak ini tetap tidak dapat dikonsumsi. Kandungan asam lemak tertinggi di dalam minyak jarak pagar adalah asam oleat dan linoleat. Komposisi asam lemak minyak jarak pagar dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan sifat fisikokimianya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1. Komposisi asam lemak dari minyak jarak pagar Jenis Asam Lemak Komposisi berat Asam miristat C 14 : 0 0 – 0,1 Asam palmitat C 16 : 0 14,1 – 15,3 Asam stearat C 18 : 0 3,7 – 9,8 Asam arakhidat C 20 : 0 0 – 0,3 Asam behemik C 22 : 0 0 – 0,2 Asam palmitoleat C 16 : 1 0 – 1,3 Asam oleat C 18 : 1 34,3 – 45,8 Asam linoleat C 18 : 2 29,0 – 44,2 Asam linolenat C 18 : 3 0 – 0,3 Sumber : Gübitz et al. 1999 Tabel 2. Sifat fisikokimia minyak jarak pagar Parameter Unit Minyak Jarak Pagar Densitas pada 15 o C gcm 3 0,920 Viskositas pada 30 o C cSt 52 Flash point o C 240 Bilangan penetralan mg KOHg sampel 0,92 Monogliserida berat Tidak terdeteksi Digliserida berat 2,7 Trigliserida berat 97,3 Kadar air berat 0,07 Fosfor ppm 290 Kalsium ppm 56 Magnesium ppm 103 Besi ppm 2,4 Sumber : Foidl et al. 1996

B. PEMURNIAN MINYAK

Tujuan utama dari proses pemurnian minyak nabati adalah untuk menghilangkan rasa serta bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang masa simpan minyak sebelum dikonsumsi atau dipergunakan sebagai bahan mentah dalam industri Ketaren, 1986. Pada umumnya minyak dimurnikan melalui proses sebagai berikut : 1. Pemisahan bahan berupa suspensi dan dispersi koloid dengan cara penguapan, degumming dan pencucian dengan asam. 2. Pemisahan asam lemak bebas. 3. Dekolorisasi. 4. Deodorisasi. 5. Pemisahan gliserida jenuh stearin dengan cara pendinginan chiling. Menurut Ketaren 1986, kotoran yang terkandung dalam minyak terdiri dari tiga golongan, yaitu : 1. Kotoran yang tidak larut dalam minyak fat insoluble dan terdispersi dalam minyak Kotoran yang termasuk dalam golongan ini antara lain biji atau partikel jaringan, lendir dan getah, serat-serat yang berasal dari kulit, abu atau mineral seperti Fe, Cu, Mg dan Ca, serta air dalam jumlah kecil. Kotoran ini dapat dihilangkan dengan beberapa cara mekanis, yaitu pengendapan, penyaringan dan sentrifugasi. 2. Kotoran yang berbentuk suspensi koloid dalam minyak Kotoran ini meliputi fosfolipid, karbohidrat, senyawa yang mengandung nitrogen dan senyawa kompleks lainnya. Kotoran ini dapat dipisahkan dengan menggunakan uap panas dan kombinasi elektrolisa dengan pemisahan secara mekanik seperti pengendapan, sentrifugasi atau penyaringan dengan menggunakan absorben. 3. Kotoran yang terlarut dalam minyak fat soluble compound Kotoran ini terdiri dari asam lemak bebas, sterol, hidrokarbon, mono dan digliserida yang dihasilkan dari hidrolisa trigliserida, zat warna yang terdiri dari karotenoid, klorofil dan zat warna lainnya yang dihasilkan dari proses oksidasi dan dekomposisi minyak serta zat lain yang belum dapat diidentifikasi. Pemisahan gum degumming merupakan suatu proses pemisahan getah atau lendir-lendir yang terdiri dari fosfatida, protein, residu, karbohidrat, air dan resin tanpa mengurangi jumlah asam lemak bebas dalam minyak. Biasanya proses ini dilakukan dengan cara dehidratasi gum atau kotoran lain agar supaya bahan tersebut lebih mudah terpisah dari minyak. Bahan tersebut selanjutnya dipisahkan dari minyak melalui proses pemusingan sentrifugasi. Metode degumming yang paling umum adalah dengan mengalirkan uap air panas dan air ke dalam minyak Ketaren, 1986. Sejumlah air atau uap air 2 – 4 ditambahkan pada minyak kasar untuk menggumpalkan gum. Kemudian gum dipisahkan dengan sentifugasi Carr, 1989. Dalam proses water-degumming , kandungan fosfolipid di dalam minyak menurun hingga mencapai 1800 – 6000 mgkg dengan kandungan fosfor sebesar 60 - 200 mgkg Segers dan van der Sande, 1990. Selain itu, proses degumming dapat juga dilakukan dengan penambahan asam fosfat seperti yang dilakukan oleh Diosady et al. 1982 dimana di dalam degumming asam, kemampuan hidrasi fosfolipid ditingkatkan dengan penambahan asam fosfat atau sitrat dan kandungan fosfolipid di dalam minyak menurun sebesar 1500 mgkg. Sianturi 1998 melakukan degumming minyak kelapa sawit kasar dengan penambahan 0,09 vw asam fosfat 85. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar fosfolipid minyak kelapa sawit menurun hingga 98. Pada kasus lainnya, degumming minyak jarak pagar dengan asam fosfat atau sitrat dapat menurunkan kandungan fosfor sebesar 85 Yuliani et al., 2006.

C. TEKNOLOGI MEMBRAN