Fosfor dan fosfolipid Pengaruh Lama Filtrasi Dan Backflush Terhadap Rejeksi

b. Fosfor dan fosfolipid

Rejeksi fosfolipid merupakan parameter utama untuk mengetahui efektifitas membran dalam memisahkan gum. Kadar fosfor dan fosfolipid minyak jarak sebelum dan setelah mikrofiltrasi pada berbagai perlakuan dapat dilihat pada Gambar 12 dan 13, dan datanya terlampir pada Lampiran 4. Gambar 12. Kadar fosfor minyak jarak kasar dan permeat yang dihasilkan dari mikrofiltrasi minyak jarak pada berbagai perlakuan 200 400 600 800 1000 1200 1400 MJK A1 A2 A3 Perlakuan K a d a r Fo sf o lip id m g k g B1 B2 B3 Gambar 13. Kadar fosfolipid minyak jarak kasar dan permeat yang dihasilkan dari mikrofiltrasi minyak jarak pada berbagai perlakuan 10 20 30 40 50 MJK A1 A2 A3 Perlakuan K a da r F o sf or m g kg B1 B2 B3 Kadar fosfor dan fosfolipid minyak jarak kasar pada penelitian ini sebesar 38,70 6 4,08 mgkg dan 1161,07 6 122,46 mgkg. Dari Gambar 12 dan 13 dapat diamati bahwa dengan semakin lama waktu filtrasi kadar fosfor dan fosfolipid menurun untuk perlakuan backflush selama 4 dan 6 detik, sedangkan untuk perlakuan backflush selama 2 detik cenderung stabil. Semakin lama waktu filtrasi kadar fosfor dan fosfolipid permeat semakin menurun. Hal ini disebabkan dengan semakin intensifnya minyak melewati membran maka akan semakin banyak kotoran yang ditahan oleh membran sehingga kotoran tersebut akan menumpuk dan membentuk lapisan gel yang menutup pori membran dan memperkecil ukuran pori yang sebenarnya. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, faktor A lama filtrasi, faktor B lama backflush dan interaksi kedua faktor lama filtrasi dan lama backflush berpengaruh nyata terhadap kadar fosfor dan fosfolipid. Uji lanjut Duncan untuk faktor A menunjukkan bahwa pengaruh lama filtrasi 2, 4 dan 6 menit terhadap kadar fosfor dan fosfolipid berbeda nyata satu terhadap lainnya. Namun, pengaruh backflush 2 dan 4 detik terhadap kadar fosfor dan fosfolipid tidak berbeda nyata, tetapi keduanya berbeda nyata dengan backflush selama 6 detik. Hasil uji lanjut Duncan ditetapkan bahwa kombinasi perlakuan A3B2 filtrasi selama 6 menit dan backflush selama 4 detik merupakan perlakuan yang memiliki kadar fosfor dan fosfolipid terendah yaitu 27,76 mgkg dan 832,8 mgkg. Namun, perlakuan ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan A3B3. Perlakuan A3B3 dan A2B3 juga tidak berbeda nyata, tetapi perlakuan A3B2 berbeda nyata dengan A2B3. Perlakuan A2B1, A2B2 dan A1B1 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap kadar fosfor dan fosfolipid. Pengaruh perlakuan A2B2, A1B1 dan A3B1 terhadap kadar fosfor dan fosfolipid tidak saling berbeda nyata, tetapi ketiga perlakuan tersebut berbeda dengan A1B3 dan perlakuan A3B1 berbeda nyata dengan perlakuan A2B1. Perlakuan A3B1 dan A1B3 tidak saling berbeda nyata, tetapi kedua perlakuan tersebut berbeda dengan A1B2 dan perlakuan ini berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan dapat dilihat pada Lampiran 7. Rejeksi fosfolipid selama mikrofiltrasi minyak jarak pada berbagai perlakuan dapat diamati pada Gambar 14. Dari gambar tersebut teramati bahwa semakin panjang periode backflush rejeksi fosfolipid cenderung semakin menurun. Hal ini disebabkan karena dengan periode backflush yang panjang, tumpukan misela fosfolipid lebih banyak yang terangkat dari permukaan membran. Akibatnya setelah backflush , fosfolipid yang memiliki ukuran yang lebih kecil dari pori membran akan dengan mudah lolos. 5 10 15 20 25 30 A1 A2 A3 Perlakuan R ej ek si F o sf o lip id B1 B2 B3 Gambar 14. Rejeksi fosfolipid selama mikrofiltrasi minyak jarak pada berbagai perlakuan Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, faktor A lama filtrasi, faktor B lama backflush dan interaksi kedua faktor lama filtrasi dan lama backflush berpengaruh nyata terhadap rejeksi fosfolipid. Uji lanjut Duncan untuk faktor A menunjukkan bahwa pengaruh filtrasi selama 2 dan 4 menit terhadap rejeksi fosfolipid tidak berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan filtrasi selama 6 menit. Uji lanjut Duncan untuk pengaruh lama backflush terhadap rejeksi fosfolipid memperoleh hasil yang berbeda dengan waktu filtrasi dimana perlakuan backflush selama 4 dan 6 detik memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap rejeksi fosfolipid, tetapi keduanya berbeda nyata dengan perlakuan backflush selama 2 detik. Uji lanjut Duncan untuk pengaruh interaksi faktor A dan B terhadap rejeksi fosfolipid menunjukkan bahwa perlakuan A2B2, A3B1 dan A3B3 tidak berbeda nyata. Pengaruh perlakuan A3B1, A3B3, A2B3 dan A1B3 terhadap rejeksi fosfolipid tidak berbeda nyata. Perlakuan A3B3, A2B3, A1B3 dan A1B2 tidak berbeda nyata. Namun perlakuan A3B1 dan A1B2 saling berbeda nyata. Perlakuan A2B3, A1B3, A1B2 dan A3B2 tidak berbeda nyata satu terhadap lainnya, tetapi perlakuan A3B3 berbeda nyata dengan perlakuan A3B2. Pengaruh perlakuan A1B2, A3B2 dan A1B1 terhadap rejeksi fosfolipid tidak berbeda nyata. Begitu pula perlakuan A1B1 dan A2B1 dan saling berbeda nyata. Dari hasil uji lanjut Duncan ditetapkan bahwa kombinasi perlakuan A2B1 filtrasi selama 4 menit dan selama backflush 2 detik merupakan perlakuan yang memiliki rejeksi fosfolipid tertinggi yaitu 25,47. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan dapat dilihat pada Lampiran 7. Di dalam minyak, fosfolipid membentuk agregat atau misela dimana gugus yang bersifat hidrofobik bagian ekor berada di sisi luar, sedangkan gugus yang bersifat hidrofilik bagian kepala berada di sisi dalam misela. Membran yang bersifat hidrofobik dapat berinteraksi dengan gugus hidrofobik dari molekul fosfolipid. Hal ini menyebabkan permukaan membran tertutupi oleh molekul fosfolipid dan membran menjadi bersifat hidrofilik. Misela fosfolipid cenderung bersifat hidrofobik sehingga misela fosfolipid dapat ditahan oleh membran mikrofiltrasi. Selain itu, semakin lama waktu filtrasi akan mengakibatkan jumlah fosfolipid yang lolos dalam permeat semakin rendah atau rejeksi fosfolipid semakin besar. Hal ini disebabkan terbetuknya lapisan gel yang merupakan tumpukan dari misela fosfolipid di atas permukaan yang dapat memperkecil ukuran pori membran yang sebenarnya. Berdasarkan hasil penelitian pengaruh waktu terhadap fluks dan rejeksi, keadaan tunak diperoleh pada waktu filtrasi selama 4 menit. Oleh karena itu, nilai rejeksi fosfolipid terbesar dihasilkan pada waktu filtrasi setelah 4 menit. Penerapan backflush dapat memperbaiki kinerja membran dengan mengembalikan nilai fluks seperti semula karena backflush dapat menghilangkan pengotor- pengotor yang berada pada permukaan membran atau yang menyumbat membran sehingga membran bersih kembali dan aliran dapat berjalan lancar. Backflush akan efektif bila dilakukan dalam periode waktu yang sangat pendek dengan frekuensi yang tinggi Mores et al., 1999; Sondhi dan Bhave, 2001. Pada perlakuan A2B1, waktu backflush sangat singkat, yaitu selama 2 detik dan frekuensi backflush cukup tinggi, yaitu sebanyak 7 kali dan perlakuan ini dapat menghasilkan rejeksi fosfolipid paling tinggi.

c. Logam