peningkatan kejernihan minyak tertinggi yaitu 153,03. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan dapat dilihat pada Lampiran 9.
b. Warna
Pengukuran warna minyak dilakukan menggunakan colorimeter. Parameter yang diukur adalah color difference
ΔE, yaitu suatu nilai warna dengan membandingkannya dengan warna standar. Standar
yang digunakan dalam pengukuran warna ini adalah minyak jarak kasar sebelum filtrasi. Semakin tinggi color difference, warna sampel
semakin berbeda dengan warna standar. Color difference permeat yang dihasilkan dari mikrofiltrasi minyak jarak pada berbagai perlakuan
dapat dilihat pada Gambar 24.
2 4
6 8
A1 A2
A3
Perlakuan C
o lo
r D if
eren ce
B1 B2
B3
Gambar 24. Color difference permeat yang dihasilkan dari mikrofiltrasi minyak jarak pada berbagai perlakuan
Dari gambar tersebut dapat diamati bahwa pada perlakuan filtrasi selama 2 menit, semakin panjang periode backflush, color difference
semakin meningkat. Pada perlakuan filtrasi selama 4 menit, backflush selama 4 detik menurunkan color difference dan meningkat dengan
backflush selama 6 detik. Sementara pada perlakuan filtrasi selama 6
menit, dengan backflush selama 2 dan 4 detik color difference cenderung stabil, tetapi meningkat dengan backflush 6 detik. Apabila
dibandingkan dengan peningkatan kejernihan minyak perlakuan filtrasi
selama 4 dan 6 menit memiliki kecenderungan yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa warna dipengaruhi oleh kejernihan minyak.
Tabel 9. Karakteristik warna minyak jarak sebelum dan sesudah mikrofiltrasi
Perlakuan L
kejernihan a
hijau - merah b
biru - kuning
Minyak jarak kasar 31,70
6 0,81 33,40
6 0,18 82,54
6 1,56 Perlakuan dengan
ΔE tertinggi filtrasi 2
menit, backflush 6 detik
34,48 33,32 87,05 Perlakuan dengan
ΔE terendah filtrasi 4
menit, backflush 4 detik
33,57 33,38 85,57
Tabel 9 menunjukkan karakteristik warna meliputi L, a dan b. Semakin besar nilai L menunjukkan warna semakin cerah. Parameter a
bernilai positif maka sampel cenderung berwarna merah, sedangkan bila bernilai negatif maka sampel cenderung berwarna hijau. Apabila b
bernilai positif maka sampel cenderung berwarna kuning, sedangkan bila bernilai negatif maka sampel cenderung berwarna biru. Dari tabel
teramati bahwa perlakuan dengan nilai color difference tertinggi mengalami peningkatan kecerahan dan warna kuning. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa semakin tinggi color difference sampel semakin meningkat kecerahan dan warna kuningnya.
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam, faktor A lama filtrasi berpengaruh nyata terhadap nilai color difference, sedangkan faktor B
lama backflush dan interaksi kedua faktor lama filtrasi dan lama backflush
tidak berpengaruh nyata terhadap color difference. Uji lanjut Duncan untuk faktor A menunjukkan bahwa pengaruh filtrasi
selama 4 dan 6 menit terhadap color difference tidak berbeda nyata, tetapi keduanya berbeda nyata dengan filtrasi selama 2 menit. Dari
hasil uji tersebut ditetapkan bahwa filtrasi selama 2 menit memberikan nilai color difference yang paling tinggi dengan perlakuan A1B3
7,58. Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut Duncan dapat dilihat pada Lampiran 10.
Minyak jarak pagar memiliki warna kuning. Hal ini menunjukkan bahwa minyak jarak mengandung zat warna karotenoid. Zat warna
tersebut larut dalam minyak. Karotenoid memiliki bobot molekul 570 Da Manjula dan Subramanian, 2006. Berdasarkan bobot molekul
karotenoid, membran mikrofiltrasi sebenarnya tidak mampu untuk memisahkan zat warna tersebut dari minyak. Interaksi antara bahan
membran yang bersifat hidrofobik dengan gugus yang bersifat hidrofobik dari molekul fosfolipid dapat mengubah sifat membran
menjadi hidrofilik. Zat warna yang larut dalam minyak seperti karotenoid dan klorofil bersifat hidrofobik sehingga zat warna tersebut
dapat ditahan oleh membran. Zat warna dalam minyak tidak hanya zat warna alami tetapi juga ada zat warna yang dihasilkan dari proses
oksidasi dan dekomposisi minyak sehingga diduga zat warna yang tertahan dalam membran adalah zat warna dari hasil proses tersebut
dimana zat warna tersebut memiliki ukuran molekul yang lebih besar dari ukuran pori membran.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Proses pemurnian minyak jarak pagar dengan filtrasi membran berukuran 0,01
μm mampu menurunkan kadar fosfolipid dalam minyak jarak pagar. Perlakuan lama filtrasi dan backflush berpengaruh nyata terhadap penurunan
kadar fosfolipid. Perlakuan terbaik yang memberikan rejeksi fosfolipid tertinggi adalah filtrasi selama 4 menit dengan backflush selama 2 detik
A2B1 dengan rejeksi fosfolipid sebesar 25,47. Perlakuan backflush mampu merecovery dan meningkatkan fluks. Perlakuan terbaik yang
menghasilkan fluks tertinggi adalah filtrasi selama 2 menit dengan backflush selama 6 detik A1B3, dengan fluks sebesar 8,42 lm
2
. jam. Selain itu, mikrofiltrasi minyak jarak dan perlakuan backflush mampu
merejeksi logam kalsium Ca, magnesium Mg dan besi Fe serta meningkatkan kejernihan dan color difference. Perlakuan yang memberikan
rejeksi kalsium tertinggi adalah filtrasi selama 2 menit dengan backflush selama 6 detik A1B3 sebesar 73,01. Perlakuan yang menghasilkan rejeksi
magnesium tertinggi adalah filtrasi selama 4 menit dengan backflush selama 6 detik A2B3 sebesar 59,27. Perlakuan yang memberikan rejeksi besi
tertinggi adalah filtrasi selama 4 menit dengan backflush selama 2 detik A2B1 sebesar 86,44. Perlakuan yang dapat meningkatkan kejernihan
minyak paling tinggi adalah filtrasi selama 2 menit dengan backflush selama 2 detik sebesar 153,02 dan perlakuan yang menghasilkan color difference
tertinggi adalah filtrasi selama 2 menit dengan backflush selama 6 detik A1B3 sebesar 7,58. Namun demikian, mikrofiltrasi minyak jarak dengan
membran berukuran 0,01 μm belum mampu untuk menurunkan bilangan asam
dan FFA. B. SARAN
Untuk pengembangan penelitian pemurnian minyak jarak pagar, perlu kajian lebih lanjut mengenai filtrasi minyak jarak pagar dengan menggunakan