Karakteristik Anak Usia Dini

Pada usia prasekolah dan kindergarden 3 hingga 5 tahun, anak sering diperlukan secara utuh, secara keseluruhan atau a whole dan disebut tahun-tahun prasekolah. Walaupun kemampuan motorik, kognitif, bahasa, dan emosional mereka itu tumbuh dan berubah selama periode ini, perubahan itu tidak semata-mata sedramatis atau terputus seperti halnya pada tiga tahun sebelumnnya. Anak usia 5 tahun, termasuk pada rentang ini, didasarkan pada bukti-bukti bahwa perubahan perkembangan ini pada umumnya terjadi pada periode antara 5 dan 7 tahun. Sebelum peralihan ini, anak-anak bertindak sebagai anak prasekolah lebih dari bertindak anak usia sekolah dalam arti perkembangan sosial dan berpikir mereka. Kelas-kelas dengan pengelompokan bergaris ke atas kadang-kadang mencakup anak usia 5 tahun dengan usia 3 dan 4 tahun, dan kadang-kadang dengan usia 6 dan 7 tahun.

2.4.2 Karakteristik Anak Usia Dini

Kartono 1995: 109-112 mendeskripisikan karaktetistik anak usia dini sebagai berikut: 1 Bersifat Egosentris Naif Anak memandang dunia luar dari pandangannya sendiri, sesuai dengan pengetahuan dan pemahamannya sendiri, dibatasi oleh perasaan dan pikirannya yang masih sempit. Maka anak belum mampu memahami arti sebenarnya dari suatu peristiwa dan belum mampu menempatkan diri kedalam kehidupan orang lain. 2 Relasi Sosial yang Primitif Relasi sosial primitif merupakan akibat dari sifat egosentris naif. Ciri ini ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat memisahkan antar dirinya dengan keadaan lingkungan sosialnya. Anak pada masa ini hanya memiliki minat terhadap benda-benda atau peristiwa yang sesuai dengan daya fantasinya. Anak mulai membangun dunianya dengan khayalan dan keinginannya sendiri. 3 Kesatuan Jasmani-Rohani yang Hampir Tidak Terpisahkan Anak belum dapat membedakan antara dunia lahiriah dan batiniah. Isi lahiriah dan batiniah masih merupakan kesatuan yang utuh. Penghayatan anak terhadap sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan secara bebas, spontan dan jujur, baik dalam mimik, tingkah laku maupun pura-pura, anak mengekspesikannya secara terbuka karena itu janganlah mengajari atau membiaskan anak untuk tidak jujur. 4 Sikap Hidup yang Fisiognomis Anak bersikap fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara langsung anak memberikan atribut atau sifat lahiriah atau sifat kongkrit, nyata terhadap apa yang dihayatinya. Kondisi ini disebabkan karena pemahaman anak terhadap apa yang dihadapinya masih bersifat menyatu totaliter antara jasmani dan rohani. Anak belum dapat membedakan antara benda hidup dan benda mati. Segala sesuatu yang ada disekitrnya dianggap memiliki jiwa yang merupakan makhluk hidup yang memiliki jasmani dan rohani sekaligus, seperti dirinya sendiri.

2.4.3 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Perkembangan Anak Usia Dini