Deskripsi Produk. Penyusunan Diagram Alir. Analisis Bahaya.

commit to user 35 mendapatkan pengawasan yang ketat dengan tujuan untuk menjamin bahwa produk yang dihasilkan aman dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan. HACCP merupakan suatu sistem pengawasan yang bersifat mencegah preventif terhadap kemungkinan terjadinya keracunan atau penyakit melalui makanan. Sebagai suatu metode, HACCP telah tercantum dalam Standart Nasional Indonesia yaitu SNI 01-4852-1998. Dalam penerapannya HACCP masih diperlukan kajian sistem HACCP yang sesuai dengan kondisi usaha pengolahan kacang sangrai. Sehingga sistem ini dapat dijadikan acuan dan dilaksanakan oleh industri kacang sangrai skala UKM dengan baik.

1. Deskripsi Produk.

Produk yang akan dikaji dalam penerapan HACCP adalah kacang sangrai dari UKM milik Ibu Suyati. Deskripsi produk dari UKM tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2. Deskripsi produk mencantumkan bahan baku utama dan bahan pembantu apa saja yang digunakan pada pembuatan kacang sangrai. Proses pengolahan, kemasan, umur simpan, saran penyimpanan, populasi sensitif, dan cara penggunaan. Tabel 4.2 . Deskripsi Produk. Produk Minaga Bahan Baku Utama Kacang tanah Bahan Pembantu - Proses Pengolahan Pencucian, pensortiran, pengeringan, penyangraian, pengemasan. Kemasan Kemasan plastik. Umur Simpan Sekitar 6 bulan apabila disimpan sesuai standar penyimpanan Saran Penyimpanan Disimpan dalam kemasan yang utuh dan tertutup, hindari kontak langsung dengan matahari dan lembab. Populasi Sensitif Tidak ada, dapat digunakan untuk konsumsi secara umum Cara Penggunaan Dikonsumsi secara langsung

2. Penyusunan Diagram Alir.

Diagram alir proses penting untuk menentukan tahap operasional yang akan dikendalikan untuk mengendalikan kemungkinan ditemukan bahaya. Dengan disusunnya diagram alir akan mempermudah pemantauan commit to user 36 selama proses produksi kacang sangrai. Diagram alir proses produksi pembuatan kacang sangrai dapat dilihat pada Gambar 4.1 yang meliputi proses pencucian, proses penyortiran, proses penjemuran, proses penyangraian dan proses pengemasan.

3. Analisis Bahaya.

Setelah mengetahui deskripsi produk dari kacang sangrai kemudian dilakukan langakah – langkah studi HACCP yaitu analisis bahaya yang mungkin terdapat pada bahan baku dan pada proses pembuatan kacang sangrai. Analisis bahaya dilakukan dengan cara mendaftarkan semua bahaya yang mungkin terdapat pada bahan baku dan pada proses pembuatan. Kemudian mentabulasikan bahaya – bahaya tersebut dalam sebuah tabel disertai sumber bahaya, tingkat resiko dan tindakan pencegahannya serta melakukan analisis menggunakan pohon keputusan CCP Decision Tree. Analisis bahaya pada bahan baku dan proses pembuatan kacang sangrai dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4. Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kacang sangrai adalah kacang tanah, tanpa penambahan bahan lain. Pada kacang tanah titik kritis terjadinya kontaminasi dapat terjadi sejak perlakuan pada budidaya, pada saat panen dan penanganan pasca panen, pendistribusian maupun pada saat pengolahan menjadi produk kacang sangan. Bahan baku kacang tanah rentan terhadap kontaminasi jamur yang menempel pada kacang terutama pada saat kondisi lembab. Jamur yang sering menyerang kacang tanah adalah jamur yang berasal dari strains Aspergillius sp. Dapat menghasilkan aflatoksin toksin yang apabila dikonsumsi dalam jumlah banyak maka akan membahayakan konsumen bahkan menimbulkan kematian. Pada umumnya, aflatoksin dibentuk oleh 2 jenis kapang yaitu Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus. A. flavus tersebar luas di alam dan paling umum ditemukan pada biji-bijian yang tumbuh pada kondisi tertekan misalnya pada musim kemarau. Kapang ini bisa ditemukan di tanah, tumbuh-tumbuhan yang mengalami pembusukan dan jerami. commit to user 37 Kacang tanah yang telah dipanen dan tidak dapat langsung diproses menjadi biji biasanya disimpan hingga beberapa hari. Penyimpanan yang terlalu lama akan menurunkan mutu biji akibat kontaminasi aflatoksin, suatu racun yang dihasilkan oleh jamur A. flavus. Jamur ini menginfeksi biji sejak di lapangan hingga di tempat penyimpanan. Hasil survei di Indonesia menunjukkan bahwa 60–80 biji kacang tanah di pasaran terkontaminasi aflatoksin dengan kadar 40–4.100 ppb Machmud 1989, padahal batas toleransi yang ditetapkan oleh FAO sebesar 30 ppb. Menurut Deddy 1983, bahwa aflatoxin yang telah terdapat dalam bahan pangan, terutama kacang tanah, tidak dapat hilang setelah direbus, digoreng, disangrai atau diolah menjadi berbagai hasil olahan, dan ternyata tetap mengandung aflatoxin dalam kadar yang membahayakan kesehatan. Aflatoxin bersifat sangat tidak larut dalam air, larut dalam aseton atau chloroform dan titik cairnya antara 237-289 °C. Aflatoxin memiliki sifat racun yang akut dan khronis. Pada analisis bahaya proses produksi Tabel 4.4, diketahui bahwa dari semua tahap proses bahaya yang timbul adalah bahaya fisik yaitu benda asing dan bahaya biologi yaitu jamur Aspergillius sp. Pada bahaya fisik bahaya terhadap keselamatan tidak terlalu dititik beratkan tetapi dititik beratkan pada bahaya mutu. Sedangkan bahaya biologi dititik beratkan pada bahaya keselamatan dan bahaya terhadap mutu produk. Penyebab bahaya disebabkan karena masih terikutnya benda asing pada saat pengolahan bahan baku produk serta jamur yang masih terkandung pada kacang tanah yang telah busuk atau rusak dan masih tercampur pada bahan baku. Peluang keparahan kontaminasi bahaya berbeda pada tiap proses, kontaminasi bahaya yang tidak dapat dikendalikan pada proses selanjutnya masuk dalam kategori peluang keparahan tinggi. Sedangkan yang dapat dikendalikan pada tahap selanjutnya masuk dalam kategori rendah atau sedang. Tindakan pengendalian juga berbeda pada tiap proses pengolahan disesuaikan dengan bahaya dan penyebab bahaya pada proses pembuatan. Tabel 4.3 . Analisis Bahaya Bahan Baku. No Bahan baku Bahaya Bahaya terhadap Penyebab bahaya Penting tidaknya Tindakan pengendalian Kesela matan Mutu Peluang TSR Keparahan TSR Pentingtidak TSR 1 Kacang tanah. Fisik : tanah, kerikil, batang, daun, kulit kacang Kimia : residu pestisida Biologi : jamur Aspergillus sp. - √ √ √ - √ Kesalahan penanganan bahan baku T T T S T T T T T - Membeli kacang tanah pada pedagang yang bisa dipercaya. - Memeriksa kualitas kacang tanah sebelum pengolahan. - Melakukan pensortiran bahan bahan baku dengan baik agar benda asing tidak terikut. - Mencuci bahan baku dengan air mengalir agar residu pestisida dapat terkurangi. - Menyimpan kacang tanah ditempat yang kering dan sejuk. Tabel 4.4 . Analisis Bahaya Proses Produksi. No Tahapan proses Bahaya Bahaya terhadap Penyebab bahaya Penting tidaknya Tindakan pengendalian Keselamatan Mutu Peluang TSR Keparahan TSR PentingTi dak TSR 1 Pencucian Fisik : lumut, debu. Kimia : kaporit, kapur. Biologi : E. Coli, Shigella sp, V. cholera, - √ √ √ - - Air yang digunakan untuk mencuci tidak bersih. T T T Menggunakan air yang bersih dalam proses pencucian bahan baku, agar bahan baku tidak tercemari bahaya. 2 Pensortiran Fisik : tanah, batang, daun, kacang busukrusak, kulit kacang, serabut bambu. Biologi : jamur atau kapang Aspergillus sp. - √ √ √ - Proses sortir yang kurang teliti sehingga benda asing masih terikut pada bahan baku. - Dasar tampah yang berserabut rusak. - Kacang yang telah busuk dan berjamur masih tercampur dengan bahan baku. T T T - Proses sortir dilakukan dengan baik dan seksama agar benda asing dan kacang yang rusak busuk tidak tertinggal pada bahan baku. - Mengganti tampah apabila telah rusak. No Tahapan proses Bahaya Bahaya terhadap Penyebab bahaya Penting tidaknya Tindakan pengendalian Keselamata n Mutu Peluang TSR Keparahan TSR Penting Tidak TSR 3 Pengeringan Fisik : debu, kerikil, batang, daun, kulit kacang, kacang busukrusak. Biologi : jamur atau kapang Aspergillus sp. - √ √ √ - Pengeringan ditempat terbuka berpeluang tercampur benda asing. - Sortasi tidak optimal. - Proses pengeringan yang belum sempurna dapat menjadi media tumbuhnya jamur atau kapang. S S S - Proses pengeringan dilakukan di tempat yang bersih dan bebas dari gangguan hewan seperti unggas. - Pengeringan dilakukan hingga bahan baku benar – benar kering agar tidak menjadi media tumbuhnya jamur atau kapang. 4 Penyangraian Fisik : pasir, kulit kacang, serabut bambu. Biologi : jamur atau kapang Aspergillus sp. - √ √ √ - Pemisahan kacang dengan pasir belum sempurna. - Alat pengayak yang berserabut rusak. - Proses penyangraian yang belum sempurna dapat menjadi media tumbuhnya jamur atau kapang. T T T - Kacang dipisahkan dengan baik sehingga kacamg sangan benar – benar bersih dari benda asing. - Mengganti alat pengayak apabila telah rusak. - Pengolahan kacang dilakukan dengan teliti agar kadar air kacang tanah benar – benar berkurang. No Tahapan proses Bahaya Bahaya terhadap Penyebab bahaya Penting tidaknya Tindakan pengendalian Keselamatan Mutu Peluang TSR Keparahan TSR Penting Tidak TSR 5 Pengemasan Fisik : tanah, kerikil, pasir, batang, kulit kacang. Kerusakan pada kemasan. - √ - Benda asing yang masih terikut pada produk jadi tidak dihilangkan. - Proses pengemasan yang tidak sempurna yaitu masih ada lubang pada kemasan atau kerusakan pada kemasan. T S S - Menghilangkan benda asing yang masih terikut pada produk jadi. - Proses pengemasan dilakukan dengan baik dan diperhatikan kerapatan penutupan kemasan. commit to user 42

4. Penentuan Critical Control Point CCP.