Penentuan Critical Control Point CCP.

commit to user 42

4. Penentuan Critical Control Point CCP.

Penentuan CCP dapat diperoleh dari analisis bahaya yang telah dilakukan dengan menggunakan pohon keputusan CCP Decision Tree. Penetapan CCP dilakukan berdasarkan pemantauan analisis bahaya pada proses produksi. Apabila dilihat tingkat dan jenis bahaya yang timbul ada beberapa proses yang perlu mendapat perhatian untuk tindakan CCPnya. Pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada bahan baku masuk sebagai CCP. Hal ini dikarenakan pada bahaya biologi yaitu bahaya aflatoksin yang disebabkan oleh jamur aspergillus.sp banyak terdapat pada kacang tanah. Pada pengandaan bahan baku diharapkan bahan baku tersebut bebas dari bahaya, baik bahaya fisik, kimia, maupun biologi. Atau setidaknya dapat dihilangkan pada tahap proses. Sedangkan bahaya biologi yang terdapat pada kacang tanah tidak dapat dihilangkan walaupun sudah melewati tahapan proses. Tabel 4.5 Penetapan Penentuan CCP Bahan Baku. No Bahan Baku Identifikasi bahaya Identifikasi CCP CCP Bukan CCP Tipe Bahaya P1 P2 1 Kacang tanah Fisik Kimia Biologi Tanah, daun, batang, akar, kerikil. Residu pestisida Jamur Aspergillus sp. Ya Tidak CCP Pada Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa ada dua tahapan proses pembuatan kacang sangrai yang dianggap sebagai CCP. Kedua tahapan proses tersebut adalah proses pensortiran, dan proses penyangraian. Sedangkan pada proses pencucian, pengeringan dan pengemasan tidak termasuk dalam CCP. Hal ini dikarenakan bahaya yang terdapat pada ketiga proses tersebut dapat dikendalikan pada tahap berikutnya. Kegiatan selanjutnya adalah penetapan batas kritis dan pemantauan monitoring commit to user 43 terhadap efektifitas proses mengendalikan CCP serta tindakan koreksi apabila terjadi penyimpangan terhadap batas kritis suatu CCP. Hal ini bertujuan untuk menjamin keamanan produk kacang sangrai yang dihasilkan. Semua tindakan CCP yang dilakukan dibentuk dalam rencana HACCP yang dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.6 Penetapan Penentuan CCP Tahap Proses Produksi. No Tahapan proses Identifikasi bahaya Identifikasi CCP CCP Bukan CCP Tipe Bahaya P1 P2 P3 P4 1 Pencucian Fisik Kimia Biologi Lumut, debu. Kaporit, kapur. E. Coli, Shigella sp, V. cholera Ya Tidak Tidak - Bukan CCP 2 Pensortiran Fisik Biologi tanah, batang, daun, kacang busukrusak, kulit kacang, serabut bambu. jamur atau kapang Aspergillus sp. Ya Ya - - CCP 3 Pengeringan Fisik Biologi tanah, kerikil, batang, daun, kulit kacang, kacang busukrusak. jamur atau kapang Aspergillus sp. Ya Tidak Tidak - Bukan CCP 4 Penyangraian Fisik Biologi Debu, kerikil, batang, daun, kulit kacang, kacang busukrusak. Jamur atau kapang Aspergillus sp.. Ya Tidak Ya Tidak CCP 5 Pengemasan Fisik tanah, kerikil, pasir, batang, kulit kacang. Kerusakan pada kemasan. Ya Tidak Tidak - Bukan CCP Tabel 4.7 . Rencana HACCP Proses Pembuatan Kacang Sangrai. No. Tahap Proses Jenis Bahaya Batas Kritis Monitoring Tindakan Koreksi Metode Frekunsi 1. Penyortiran Fisik Mikrobiologi Bersih dari benda asing yang terdapat dalam kacang tanah. 1 jamur yang tampak pada kacang tanah. Pengamatan secara visual pada kacang tanah. Setiap proses Membuang kacang tanah yang memiliki persentase jamur kapang 1, kacang tanah yang busuk, dan benda asing lain. 2. Penyangraian Fisik Mikrobiologi Kacang tanah disangrai hingga kadar air yang ditentukan maksimal 3,5. Pengamatan terhadap kadar air kacang sangrai. Setiap proses Kacang sangrai yang belum mencapai kadar air yang ditentukkan disangrai kembali. 44 commit to user 45 1. Proses penyortiran Bahan baku kacang tanah disortir atau dipisahkan antara kacang yang berukuran besar, kacang yang berukuran kecil dan kacang yang jelek atau busuk. Jenis bahaya yang mungkin timbul adalah bahaya fisik yang meliputi tanah, batang, daun, kacang busuk rusak, kulit kacang dan bahaya biologi yang meliputi jamur atau kapang Aspergillus sp. Proses penyortiran dianggap CCP karena pada saat penyortiran masih dimungkinkan terikutnya benda asing yang menempel pada kacang dan kacang busuk yang mengandung mikroba Aspergillus sp yang menyebabkan terbentuknya aflatoksin. Batas kritis proses pensortiran adalah bersih dari benda asing yang terdapat dalam kacang tanah dan 1 jamur yang tampak pada kacang tanah. Metode penyortiran dengan pengamatan secara visual pada kacang tanah. Hal ini dilakukan untuk menyeleksi bahan baku kacang tanah bususk atau mengandung jamur tidak terdapat pada bahan baku yang akan diolah. Tindakan koreksi yang dilakukan adalah membuang kacang tanah yang memiliki persentase 1, kacang tanah yang busuk, dan benda asing lain. 2. Proses Penyangraian Kacang tanah disangrai dengan menggunakan wajan besi yang telah ditambah dengan pasir yang telah dibersihkan dan dipanaskan. Jenis bahaya yang mungkin timbul adalah bahaya fisik yang meliputi debu, kerikil, batang, daun, kulit kacang, kacang busuk rusak dan bahaya biologi yang meliputi jamur atau kapang Aspergillus sp. Proses penyangraian dianggap CCP karena pada saat penyangraian dimungkinkan kacang tanah yang disangrai belum kering sempurna atau dengan kata lain belum mencapai kadar air yang ditentukan yaitu maksimal 3,5. Sehingga masih dimungkinkan tumbuhnya jamur Aspergillus sp sebagai penyebab terbentuknya aflatoksin. Salah satu penyebab tumbuhnya jamur adalah proses penyortiran yang kurang baik, sehingga masih ada kacang busuk yang terikut. commit to user 46 Diketahui bahwa aflatoksin yang telah terdapat dalam bahan pangan, terutama kacang tanah, tidak dapat hilang setelah direbus, digoreng, disangrai atau diolah menjadi berbagai hasil olahan, dan ternyata tetap mengandung aflatoksin dalam kadar yang membahayakan kesehatan. Monitoring penyangraian dengan pengamatan terhadap kadar air kacang sangrai. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah kadar air kacang sangrai sudah mencapai kadar air yang ditentukan. Frekuensi monitoring dilakukan setiap kali proses. Tindakan koreksi yang dilakukan adalah kacang sangrai yang belum mencapai kadar air yang ditentukan disangrai kembali, sehingga kadar air dapat turun dan mencegah timbulnya bahaya yang mungkin terjadi pada produk kacang sangrai. commit to user 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan proses produksi, pengujian karakteristik fisikokimia, pengendalian mutu, dan HACCP pada UKM Kacang Sangan Bu Yati, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Proses pembuatan kacang sangrai di UKM Kacang Sangan Bu Yati melalui beberapa tahap proses. Tahapan proses pembuatan kacang sangrai diantaranya proses pencucian, proses penyortiran, proses penjemuran, proses penyangraian, dan proses pengemasan. 2. Karakteristik fisikokimia yang diamati pada penelitian ini adalah kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar asam lemak bebas, benda asing, kacang keriput, polong pecah, randemen bahan baku, dan randemen produk jadi. Kadar air kacang sangrai adalah 2,334. Kadar protein total sebesar 23,9803. Kadar lemak sebesar 42,2306. Kadar asam lemak bebas sebesar 1,1708. Persentase benda asing yang terdapat pada produk kacang sangan adalah 0,26. Persentase polong keriput yang terdapat pada produk kacang sangan adalah 3,56. Persentase polong pecah yang terdapat pada produk kacang sangan adalah 4,46. Randemen produk jadi yang terdapat pada produk kacang sangan adalah 89,405 dan randemen bahan baku adalah 83,5. Dari hasil penelitian yang melebihi parameter yang ditentukan adalah kadar asam lemak bebas, benda asing, dan polong pecah. 3. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kacang sangrai adalah kacang tanah. Syarat mutu kacang tanah polong gelondong menurut SNI nomor 01-3921-1995 antara lain kadar air, kotoran, polong keriput, polong rusak, polong berbiji satu dan rendemen. Proses pembuatan kacang sangrai di UKM Kacang Sangan Bu Yati melalui beberapa tahap proses. Pencucian kacang dilakukan dengan menampung kacang pada