Gambaran Umum Masyarakat Melayu Sungai Guntung Adat Istiadat Melayu

19 Sejalan dengan akan di jadikannya Sungai Guntung ini sebagai Ibu Kota Kabupaten, daerah ini terus berbenah diri. Berdasarkan data sensus kependudukan pada bulan Agustus tahun 2014 yang dilakukan oleh pemerintah daerah Sungai Guntung Kecamatan Kateman, penduduk di daerahSungai Guntung ini diperkirakan telah mencapai 44,442 jiwa, dengan jumlah perempuan lebih kecil dari laki-laki, 21,213 jiwa 23,229 jiwa. Selain itu, daerah Sungai Guntung juga merupakan daerah pedesaan yang dihuni oleh berbagai etnis, dengan latar belakang yang berbeda pula. Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.Populasi masyarakat di daerahSungai Guntung ini didominasikan oleh beberapa etnis seperti: Melayu, Jawa, Batak, Bugis, Cina, dan Tamil. Mayoritas kependudukan di daerah Sungai Guntungsekarang ialah etnis Melayu Keanekaragaman etnis di Sungai Guntung terlihat dari jumlah mesjid, gereja, dan vihara Tionghoa yang berdiri di daerah Sungai Guntung.

2.2 Gambaran Umum Masyarakat Melayu Sungai Guntung

Sungai Guntung adalah daerah tempat penelitian yang dipilih oleh penulis. Di daerah ini telah lama bermukim orang-orang Melayu. Menurut Tengku Lah Husni, orang Melayu adalah kelompok yang menyatukan diri dalam ikatan perkawinan antara suku, dan selanjutnya memakai adat resam serta bahasa Melayu dalam kehidupan sehari-hari lah husni, 1957:7. Percampuran dan 20 adaptasi Melayu dalam pengertian sebagai kelompok etnik dan kelompok etnik lain. Orang Melayu di daerah Sungai Guntung terdiri dari berbagai macam asal- usul sehingga membentuk suatu kelompok atau masyarakat yang tinggal dan menetap di daerah ini..

2.3 Adat Istiadat Melayu

Adat adalah peraturan yang sudah diamalkan turun-temurun dalam suatu masyarakat sehingga menjadi hukum yang harus dipatuhi. Perkataan adat berasal dari bahasa arab artinya kebiasaan. Kedatangan Islam kealam Melayu membawa konsep ini dengan makna yang lebih luas dan mendalam sehingga mencakup keseluruhan cara hidup yang kini ditetapkan sebagai kebudayaan, undang-undang, sistem masyarakat, upacara, dan segala kebiasaan yang di lakukan, seperti cara makan dan cara duduk. Etnik Melayu di daerah ini juga mepunyai adat istiadat yang sangat di patuhi oleh masyarakatnya. Sejak zaman animisme ada beberapa kebiasaan suku Melayu di sini dalam upacara perkawinan, salah satunya adalah bermusik kompang bekompang.Dalam upacara perkawinan bermain musik kompang tidak boleh di lupakan karena ada ungkapan dari tetua-tetua adat bahwa kalau buat keje nikah kawen kalau blom bekompang maka blom sah atau afdal pernikahan yang di langsungkan apabila melangsungkan acara pernikahan jika pengantin laki-laki tidak diiringi dengan musik kompang pada saat mengantar pengantin laki-laki kekediaman pengantin perempuan maka belum sah atau afdal acara penikahan tersebut. 21 Selain itu, ada juga kebiasaan masyarakat yang bahkan sudah menjadi kebiasaan, yaitu etnis Melayu di daerah Sungai Guntung ini suka mengatakan sesuatu dengan cara tersirat. Mereka cendrung mengatakan sesuatu dengan perumpamaan dan seolah-olah menyuruh untuk berpikir.Bermusik kompang juga merupakan adat istiadat etnis Melayu yang sangat penting.Musik kompang ini juga di gunakan atau di pakai saat upacara sunatan, perkawinan, bersanji, kataman Al-Quran dan mengantar atau menjemput petinggi-petinggi daerah. Bermusik kompang ini di mainkan dan di nyanyikan dengan lirik yang penuh pengharapan seseorang itu akan tetap bahagia dan selamat sampai keanak cucu. 22 Gambar 2.4 : Alat Musik Kompang Dokumentasi: Andi Farhan, 2014

2.4 Sistem Religi