Kepastian hukum ini terungkap dari kekuatan mengikat perjanjian itu yaitu sebagai Undang-Undang bagi para pihak.
h. Asas Moral
Asas ini berdasarkan kesusilaan atau moral seseorang sebagai panggilan dari hati nuraninya.
i. Asas Kepatutan
Asas ini di tuangkan dalam Pasal 1339 KUHPerdata. Asas kepatutan ini berkaitan dengan ketentuan mengenai isi perjanjian. melalui asas ini
ukuran tentang hubungan ditentukan juga oleh rasa keadilan dalam masyarakat.
j. Asas Kebiasaan
Asas ini menyatakan bahwa perjanjian itu dapat timbul dikarenakan adanya kebiasaan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Dari asas
ini timbul perjanjian-perjanjian yang tidak ada diatur dalam perdata misalnya beli sewa.
29
29
Mariam Darus, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya bakti, Bandung, 2001, Hal. 83-89
D. Hapusnya Perjanjian
Universitas Sumatera Utara
Jika dalam pembahasan mengenai musnahnya kebendaan yang terutang sebagai salah satu alasan hapusnya perikatan, kita berbicara syarat
objektif dalam suatu perjanjian, maka dalam pembahasan mengenai kebatalan dan pembatalan sebagai alasan untuk menghapus perikatan, kita
berbicara soal syarat subjek perjanjian. Tidak terpenuhinya syarat subjektif yang dimaksudkan dalam angka 1 dan angka 2 Pasal 1320 KUHPdt,
memberikan alasan kepada salah satu pihak dalam perjanjian untuk membatalkan perjanjian yang telah dibuat olehnya. Jadi pembatalan atas
suatu perjanjian dapat dimintakan jika tidak telah terjadi kesepakatan bebas dari para pihak yang membuat perjanjian, baik karena telah terjadi
kekhilafan, paksaan atau penipuan pada salah satu pihak dalam perjanjian pada saat perjanjian dibuat Pasal 1321 sampai dengan Pasal 1328
KUHPdt dan salah satu pihak dalam perjanjian tidak cakap untuk bertindak dalam hukum Pasal 1330 sampai dengan Pasal 1331 KUHPdt, dan atau
tidak memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan atau perbuatan hukum tertentu.
30
30
Gunawan Widjaja, Kartini Muljadi, Hapusnya Perikatan,PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hal 185-186
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini tidak terjadi kesepakatan secara bebas, maka pihak yang telah khilaf, dipaksa, ditipu tersebut, memiliki hak untuk meminta pembatalan
perjanjian pada saat ia mengetahui telah terjadi kekhilafan, paksaan, atau penipuan pada dirinya. Sedangkan dalam hal terdapat ketidakcakapan pada salah
satu pihak dalam perjanjian, maka pihak yang tidak cakap setelah ia cakap, dan atau wakilnya yang sah berhak untuk memintakan pembatalan perjanjian yang
tidak memenuhi kedua persyaratan subjektif tersebut, maka berarti perjanjian tersebut pun hapus demi hukum.
31
Dari pelbagai Pasal dari KUHPdt dapat di simpulkan bahwa pengertian pembatalan perjanjian harus di gambarkan sebagai berikut : ada suatu pembatalan
mutlak absolute nietigheid, apabila suatu perjanjian harus dianggap batal, meskipun tidak di minta oleh suatu pihak. Dan perjanjian seperti ini dianggap
tidak ada sejak semula dan terhadap siapaun juga. Batal mutlak adalah suatu perjanjian yang diadakan dengan tidak mengindahkan cara yang di kehendaki
Perjanjian yang dibuat tidak dengan kesepakatan bebas yaitu karena terjadi kekhilafan, paksaan dan penipuan, di dalam KUHPdt dalam rumusan Pasal 1449
secara tegas menyatakan bahwa perjanjian tersebut dapat dibatalkan, berdasarkan tuntutan. Ini berarti perjanjian membawa akibat bahwa perjanjian tersebut
diancam dengan kebatalan, dan dapat dibatalkan oleh pihak yang telah mengalami kekhilafan
31
Ibid, hal 168
Universitas Sumatera Utara
oleh Undang-Undang secara mutlak, misalnya suatu pemberian hadiah menurut KUHPdt yang tidak dilakukan dengan akte notaris Pasal 1682 KUHPdt. Juga
batal mutlak adalah suatu perjanjian yang causanya bertentangan dengan kesusilaan atau dengan ketertiban umum.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
KAJIAN HUKUM TENTANG JUAL-BELI RUMAH SECARA KREDIT PEMILIKAN RUMAH
A. Perjanjian Jual Beli Kredit Pemilikan Rumah