Tehnik Bercerita Bagi Anak Usia Dini

20 Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode bercerita adalah suatu cara yang dipergunakan guru dalam suatu pembelajaran untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat secara lisan, baik dengan menggunkan alat peraga maupun tidak dengan tetap mengutamakan keterlibatan anak terhadap cerita yang akan diberikan.

2. Tehnik Bercerita Bagi Anak Usia Dini

Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak. Bila isi cerita itu dikaitkan dengan dunia kehidupan anak, maka mereka merasa akan mendengarkannya dengan penuh perhatian dan mudah dapat menangkap isi cerita. Dunia kehidupan anak itu penuh dengan suka cita, maka kegiatan bercerita harus diusahakan dapat memberikan perasaan gembira, lucu dan mengasyikan. Dunia kehidupan anak-anak itu berkaitan dengan lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah, maka kegiatan bercerita di TK harus diusahakan menjadi pengalaman bagi anak yang bersifat unik dan menarik, yang menggetarkan perasaan anak, dan memotivasi anak untuk mengikuti cerita itu sampai tuntas. Oleh karena itu, guru perlu mengetahui beberapa tehnik dalam bercerita, sehingga anak tidak merasa bosan karena guru selalu menggunakan tehnik yang sama dalam bercerita. Ada beberapa teknik bercerita yang dapat dipergunakan guru, antara lain: 33

h. Membaca langsung dari buku cerita

33 Masitoh, dkk, Strategi Pembelajaran Jakarta: Universitas Terbuka, 2011, h. 10.4-10.13. 21 Seorang guru TK sekurang-kurangnya haruslah menguasai tehnik bercerita dengan membacakan langsung dari buku cerita. Hal itu sangat bagus bila guru mempunyai puisi atau prosa yang sesuai untuk dibacakan kepada anak TK. Ukuran kebagusan puisi atau prosa itu terutama ditekankan pada pesan-pesan yang disampaikan yang dapat ditangkap anak: memahami perbuatan itu salah dan perbuatan ini benar, atau hal ini bagus dan hal itu jelek, atau kejadian itu lucu, kejadian itu menarik, dan sebagainya. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan guru sebelum dan ketika akan menggunakan tehnik bercerita dengan membacakan langsung dari buku cerita: 1. Pilihlah buku-buku yang bergambar menarik denga warna-warna gambar yang sesuai dan tidak mencolok mata. 2. Pilihlah buku-buku yang bertulisan besar dengan kalimat-kalimat yang tidak terlalu panjang dan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. 3. Pilihlah isi cerita yang diangkat dari hal-hal yang istimewa di daerah tempat tinggal anak. 4. Isi cerita dengan kata-kata yang diulang-ulang pada setiap halaman juga baik dan menarik. 5. Saat membacakan buku cerita, posisi buku yang dipegang guru haruslah dapat terlihat oleh seluruh murid. 6. Mulailah mengenalkan pengetahuan tentang buku, yaitu kebiasaan baik dalam mengenali buku, antara lain: a. Cara memegang buku dengan benar, tidak terbalik. b. Membedakan muka dan belakang suatu buku. 22 c. Cara membalik lembar demi lembar dari halaman suatu buku. d. Menunjukkan judul, pengarang, ilustrator pada sebuah buku. e. Menunjukkan pengetahuan membaca dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah. f. Memiliki reaksi setelah dibacakan. 34

i. Bercerita dengan Menggunakan Ilustrasi Gambar dari Buku

Bila cerita yang disampaikan pada anak TK terlalu panjang dan terinci dengan menambahkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat menarik perhatian anak, maka teknik bercerita ini akan berfungsi dengan baik. Mendengarkan cerita tanpa ilustrasi gambar menuntut pemusatan perhatian yang lebih besar dibandingkan bila anak mendengarkan cerita dari buku bergambar. Untuk menjadi seorang yang dapat bercerita dengan baik guru TK memerlukan persiapan dan latihan. Penggunaan ilustrasi gambar dalam bercerita dimaksudkan untuk memperjelas pesan-pesan yang dituturkan, juga untuk mengikat perhatian anak pada jalannya cerita. Adapun hal yang harus diperhatikan dalam memilih ilustrasi gambar adalah ilustrasi gambar hendaknya cukup besar, sehingga mudah dilihat anak, berwarna serta menggambarkan jalan cerita yang akan disampaikan.

j. Menceritakan Dongeng

Cerita dongeng merupakan bentuk kesenian yang paling lama. mendongeng merupakan cara meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi yang berikutnya. Dongeng dapat dipergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan 34 Montolalu, dkk, Bermain dan Permainan anak Jakarta: Universitas Terbuka, 2012, h. 10.5. 23 kebajikan kepada anak. Oleh karena itu, seni dongeng perlu dipertahankan dari kehidupan anak. Menceritakan dongeng kepada anak dapat membantu anak mengenal budaya leluhurnya sekaligus menyampaikan pesan-pesan yang terdapat didalamnya.Dongeng yang berasal dari tanah air, disamping memiliki nilai-nilai luhur yang akan diwarisi anak, juga dapat memberi kesempatan pada anak untuk mengenal dan mencintai bangsanya sendiri.

k. Bercerita dengan Menggunakan Papan Flanel

Bercerita menggunakan papan flanel hampir serupa dengan tehnik bercerita menggunakan ilustrasi gambar dari buku. Perbedaan yang paling prinsip dari tehnik ini adalah pada penggunaan papan flanel. Adapun hal-hal yang harus dipersiapkan guru untuk melaksanakan kegiatan bercerita menggunakan papan flanel, antara lain: guru dapat membuat papan flanel dengan melapisi seluas papan dengan kain flanel yang berwarna netral, misalnya warna abu-abu, gambar tokoh-tokoh yang mewakili perwatakan dalam ceritanya digunting polanya pada kertas yang dibelakangnya dilapis dengan kertas gosok amplas yang paling halus untuk menempelkan pada papan flanel supaya dapat melekat. Gambar foto-foto itu dapat dibeli di pasaran, atau dikreasi sendiri oleh guru, sesuai dengan tema dan pesan-pesan yang ingn disampaikan melalui bercerita. Setelah peralatan dipersipakan, guru perlu memperhatikan tehnik bercerita menggunakan papan flanel, yaitu sebagai berikut: 1. Letakkan papan flanel di tempat yang agak tinggi dan berada tepat di hadapan anak. 24 2. Tempelkan gambar-gambar atau foto-foto pada papan flanel satu persatu sesuai dengan alur cerita. 3. Apabila tokoh cerita sudah tidak diperlukan lagi untuk bagian-bagian tertentu dari alur cerita, bisa saja dilepaskan dari papan flanel. 4. Pada waktu-waktu berikutnya dari kegiatan ini, anak dapat dilibatkan untuk menempelkan sendiri gambar atau foto yang alur ceritanya dapat dikarang bersama-sama di kelas. 35

l. Bercerita dengan Menggunakan Media Boneka

Pemilihan bercerita dengan menggunakan boneka akan tergantung pada usia dan pengalaman anak. Biasanya boneka itu terdiri dari ayah, ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, nenek kakek dan bisa ditambahkan anggota keluarga yang lain. Boneka yang dibuat itu masing-masing menunjukkan perwatakan pemegang peran tertentu. Misalnya, ayah yang penyabar, ibu yang cerewet, anak laki-laki yang pemberani, anak perempuan yang dimanja, dan sebagainya. Guru dapat mempersiapkan sendiri berbagai media boneka. Dapat berasal dari bahankainkaos kaki dan tangan untuk boneka tangan serta dapat terbuat dari karton untuk boneka jari. Selain itu, tehnik bercerita dengan menggunakan boneka dapat dikombinasikan dengan menggunakan panggung, kemudian dikenal dengan metode sandiwara boneka. Penggunaan panggung yang berupa papan penyekat dilengakpi dengan penutuplayar dapat mengundang antusiasme anak sebagai penontonnya. Posisi guru yang bercerita berada di belakang papan penyekat. Saat hendak menampilkan tokoh cerita, guru mengeluarkan beberapa boneka-boneka melalui 35 Ibid , h. 10.9. 25 celah layar. Kegiatan bercerita melalui media boneka dengan panggungnya akan meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak. Menurut Jenkins, penggunaan panggung boneka dapat membantu anak, untuk: a. Mengembangkan daya kreasi dan imajinasinya. b. Berkonsentrasi. c. Mengembangkan keterampilan berkomunikasi. d. Belajar bekerja sama. e. Mengurangi kecemasan diri. f. Memperoleh pengetahuan. g. Mengenalkan tentang alur kehidupan. h. Sadar akan perilakunya. 36 Selain menggunakan panggung boneka, guru dapat juga bercerita menggunakan boneka jari, karena boneka jari merupakan salah satu alat edukatif yang dapat membantu mengembangkan berbagai aspek perkembangana anak. Adapun kegiatan bercerita dengan boneka jari dapat berfungsi untuk: 1. Melatih keterampilan jari jemari. 2. Melatih daya fantasi anak. 3. Mengembangkan nilai-nilai kehidupan anak. 4. Mempertinggi kehidupan anak. 5. Mengembangkan kemampuan berbahasa anak. 37 36 Ibid , h. 10.12. 26 Sedangkan langkah-langkah bercerita menggunakan boneka jari, antara lain: 1. Sebagai pendahuluan, guru dapat menyebutkan judul cerita. 2. Guru memasang sejumlah boneka jari pada sejumlah jarinya. 3. Guru memberikan kesempatan pada anak unutk mengikuti jalan cerita dengan menggunakan dialog maupun komentar. 4. Guru menggerakan boneka jari dengan jalan menggerakkan jari ketika tokoh cerita sedang berdialog. 5. Guru menjawab pertanyaan dan menanggapi komentar anak agar lebih menghayati isi cerita. 6. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menceritakan kembali cerita menggunakan boneka jari dengan bahasanya sendiri secara individual. 7. Guru memupuk keberanian anak untuk menceritkan kembali cerita yang telah di dengar dan dilihatnya. 8. Guru melakukan pengamatan terhadap penampilan anak. 38 Semakin banyaknya variasi tehnik bercerita menggunakan boneka, akan semakin menambah berbagai kemampuan anak dalam mengembangkan aspek-aspek perkembangan yang harus dijalani anak sesuai dengan tahap perkembangannnya. Melalui bercerita menggunakan boneka dengan berbagai tehnik, akan membuat anak merasa senang dengan pembelajaran yang akan disampaikan guru, sehingga anak merasa tidak dipaksa dan mereka tidak merasa bosan. 37 Novan Ardy Wiyani, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini Yogyakarta: Gava Media, 2014, h. 116. 38 Novan Ardy Wiyani Barnawi, Format PAUD Konsep, Karakteristik dan Implementasi Pendidikan Anak Usia Dini Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2012, h. 157. 27

m. Dramatisasi Suatu Cerita

Guru dalam bercerita memainkan perwatakan tokoh-tokoh dalam suatu cerita yang disukai anak dan merupakan daya tarik yang bersifat universal. Cerita anak- anak yang disukai: timun emas, si Kancil mencuri ketimun, dan sebagainya.

n. Bercerita Sambil Memainkan Jari-Jari Tangan

Media lain yang lebih sederhana yang dapat digunakan guru dalam bercerita adalah menggunakan jari-jari tangan. Tehnik ini tidak kalah menariknya dengan tehnik bercerita lainnya. Dengan improvisasi yang baik, seorang guru yang piawai akan menikmati tehnik sederhana ini, asalkan diikuti kreativitas yang tinggi dalam menggali ide cerita sehingga anak tertarik untuk mendengarnya. Hal-hal yang menjadi ide cerita pada tehnik bercerita sambil memainkan jari- jari tangan, antara lain adalah cerita tentang jumlah jari tangan, nama dari masing- masing jari, guna jari tangan dan lain-lain. Contohnya menurut Hildebrand adalah sebagai berikut: Sepuluh jari tangan seperti merentangkan jari-jari kedua tangan, menunjuk diri sendiri, mengepalkan tangan, merentangkan jari, menepuk jari, menyembunyikan jari kebelakang, mengangkat jari tangan, menurunkan jari tangan, menyilang jari tangan, membentuk bulatan ibu jari dan telunjuk, serta membentuk bulatan dengan kedua lengan tangan. 39 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru dapat menggunkan berbagai tehnik dalam bercerita, yaitu: membaca langsung dari buku cerita, bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku, menceritakan dongeng, bercerita dengan menggunakan papan flanel, bercerita dengan 39 Montolalu dkk, Op Cit, h. 10.13. 28 menggunakan media boneka, dramatisasi suatu cerita dan bercerita sambil memainkan jari-jari tangan. Apabila guru menggunakan tehnik bercerita yang bervariasi akan semakin menambah antusiasme anak untuk mendengarkan cerita yang disampaikan guru dan hal ini juga semakin memudahkan guru untuk menyampaikan ataupun menanamkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam cerita.

3. Langkah-langkah Bercerita bagi Anak Usia Dini