PERANAN GURU DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN DENGAN METODE BERCERITA PADA ANAK DI TAMAN KANAK KANAK KUNTUM MEKAR 2 WAY DADI SUKARAME BANDAR LAMPUNG

(1)

PERANAN GURU DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN DENGAN METODE BERCERITA PADA ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KUNTUM MEKAR 2 WAY DADI SUKARAME BANDAR LAMPUNG

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh

RIZKY NUR IRAWATI

NPM: 1011070050

Jurusan : Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA)

Pembimbing I : Dr. Agus Pahrudin, M.Pd Pembimbing II : Heny Wulandari, M.Pd.I

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

RADEN INTAN LAMPUNG 1438 H / 2017 M


(2)

ABSTRAK

MANFAAT METODE BERCERITA DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN PADA ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KUNTUM

MEKAR 2 WAY DADI SUKARAME BANDAR LAMPUNG Oleh

RIZKY NUR IRAWATI NPM: 1011070050

Metode bercerita adalah salah satu pemberian pengalaman belajar yang disampaikan secara lisan pada anak dengan menggunakan kisah-kisah atau cerita yang dapat menarik perhatian anak. Kemandirian adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung kepada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam membentuk kemandirian anak melalui metode bercerita. Berdasarkan pra survey peneliti di lapangan, ditemukan permasalahan bahwa metode bercerita dalam membentuk kemandirian pada anak didik kelompok B2 di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung belum maksimal. Sehingga ada anak yang belum terbentuk kemandiriannya, diantaranya: masih ada yang belum dapat makan sendiri, belum dapat merapihkan baju, belum dapat membereskan mainan yang telah digunakan.

Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan rumusan masalah: ”Apakah manfaat metode bercerita dalam membentuk kemandirian pada anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung”?. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat metode bercerita dalam membentuk kemandirian pada anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung. Dalam penelitian ini, menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan subjek penelitian adalah peserta didik kelompok B2 (24 anak) dan guru sebanyak 1 orang. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah manfaat metode bercerita dalam membentuk kemandirian pada anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung. Adapun alat pengumpulan data yang digunakan peneliti: observasi, wawancara dan dokumentasi, untuk menganalisa data dan melakukan penarikan kesimpulan dengan cara induktif.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan sebelumnya, maka peneliti menyimpulkan bahwa manfaat metode bercerita dalam mengembangkan kemandirian anak di Kelompok B2 TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung, yaitu: (1) Menjadikan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan (2) Kegiatan bercerita dapat menanamkan nilai-nilai moral dan keagamaan serta sejumlah pengetahuan sosial dalam membentuk pribadi anak (3) Metode bercerita dapat membantu anak membangun bermacam peran kemandirian (4) Media pembelajaran dalam menyampaikan niali-nilai kemandirian (5) Membuka cakrawala pengetahuan anak.e


(3)

(4)

(5)

MOTTO





Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya”.

(QS. Al- Al Muddatsir: 38).1

1

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Gema Risalah Pers, 1993), h. 995.


(6)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya yang sederhana ini kepada orang yang mencintai dan memberi makna dalam hidup saya, terutama bagi:

1. Ayahanda Irama Susanto dan ibunda Endang Susilowati tercinta, yang selalu memberi dukungan, semangat dan dorongan moril maupun spiritual serta selalu mendoakanku dengan setulus hati dan senantiasa selalu menunggu keberhasilan ku.

2. Bapak Drs. Rozali, MH selaku ketua Yayasan Al-Fat’h Bandar Lampung Yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian.

3. Ibu Dewi Sintani Karimah, S.Pd.I selaku Kepala TK Kuntum Mekar 2 beserta dewan guru TK Kuntum Mekar 2 Ibu Sri Mulyani, A.Ma, Ibu Mei Setia Rini, S.Pd.I, Ibu Yuwanita Elfasih yang telah membantu dan membimbing dalam proses penelitian.

4. Teman-teman satu angkatan yang tersayang khususnya angkatan 2010 yang selalu memberi semangat dan motivasi hingga studiku terselesaikan 5. Almamaterku tercinta IAIN Raden Intan Lampung.


(7)

RIWAYAT HIDUP

Rizky Nur Irawati dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 27 Mei 1992, merupkan seorang putri dari pasangan suami istri bapak Irama Susanto dan ibu Endang Susilowati.

Adapun peneliti telah menempuh pendidikan usia dini di TK Al-Azhar 2 selama 2 tahun, sejak tahun 1997 sampai dengan tahun 1999. Selanjutnya peneliti menempuh pendidikan dasar di SD Al-Azhar 2 pada tahun 1999 dan berhasil lulus pada tahun 2004. Selanjutnya, peneliti kembali meneruskan pendidikan ke SMPN 21 pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan menengah di SMA Al-Azhar 3 pada tahun 2007 dan berhasil lulus pada tahun 2010 .

Pada tahun 2010, setelah menyelesaikan pendidikan di SMA, peneliti berkeinginan untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu S1. Adapun lembaga pendidikan tinggi yang dipilih oleh peneliti adalah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung, dengan mengambil jurusan Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA). Adapun alasan peneliti memilih jurusan tersebut adalah ingin berupaya untuk ikut serta dalam mensukseskan pendidikan nasional, khususnya melalui jalur pendiidkan bagi anak usia dini. Selama menempuh pendidikan di IAIN Raden Intan Lampung, peneliti telah mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung sejak tahun 2011 sampai dengan saat ini.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin. Tiadalah kata yang paling indah, selain bersyukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “MANFAAT METODE BERCERITA DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KUNTUM MEKAR 2 WAY DADI SUKARAME BANDAR LAMPUNG”, guna melengkapi sebagian persyaratan ujian Munaqosyah

dalam mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung. Shalawat dan salam semoga senantiasa kita sanjung agungkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai contoh teladan bagi umat manusia yang telah memberi jalan penerang.

Peneliti menyadari, bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, arahan dan bimbingan serta masukan dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankan peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada pihak sebagai berikut.

1. Bapak Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.

2. Bapak Dr. Agus Pahrudin, M.Pd.I selaku Pembimbing I atas segala arahan, bimbingan, serta nasehat dalam membimbing dan mengarahkan selama menyelesaikan skripsi.

3. Ibu Heny Wulandari, M.Pd.I selaku Pembimbing II yang telah mencurahkan sebagian waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan masukan yang sangat bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Hj. Meriyati, M.Pd selaku Ketua Jurusan PGRA yang telah menyediakan waktu dan fasilitas dalam rangka penyelesaian penelitian ini.


(9)

5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.

6. Bapak dan Ibu Staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada peneliti.

7. Ibu kepala Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukararme Bandar Lampung, yang telah memberikan kesempatan dan ijin serta data yang peneliti perlukan. 8. Semua pihak yang telah turut memberikan dukungan sehingga terselesaikannya

skripsi ini dengan lancar.

Semoga bantuan Bapak/Ibu/Saudara yang tulus ikhlas membantu peneliti, mendapatkan balasan dan keberkahan dari Allah SWT sesuai dengan amal ibadahnya. Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti sendiri dan pihak-pihak

yang membutuhkannya, Amiin Ya Robbal’Alamin.

Bandar Lampung, Mei 2017 Peneliti

Rizky Nur Irawati NPM: 1011070050


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUl ... i

ABSTRAK ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Penegasan Judul ... 1

B. Alasan Memilih Judul ... 4

C. Latar Belakang Masalah ... 4

D. Fokus Penelitian ... 17

E. Rumusan Masalah ... 17

F. Tujuan Penelitian ... 17

G. Manfaat Penelitian... 17

BAB II LANDASAN TEORI ... 19

A. Metode Bercerita ... 19

1. Pengertian Metode Bercerita ... 19

2. Tehnik Bercerita Bagi Anak Usia Dini ... 21

3. Langkah-langkah Metode Bercerita Bagi Anak Usia Dini ... 29

4. Tujuan Metode Bercerita Bagi Anak Usia Dini ... 33

B. Kemandirian Anak Usia Dini ... 35

1. Pengertian Kemandirian ... 35

2. Ciri-ciri Kemandirian Anak Usia Dini ... 36

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi KemandirianAnak Usia Dini .... 39

4. Strategi Pembelajaran Dalam Membentuk Kemandirian Anak Usia Dini ... 43


(11)

C. Manfaat Metode Bercerita Dalam Membentuk Kemandirian

Anak Usia Dini ... 46

BAB III. METODE PENELITIAN ... A. Jenis Penelitian ... 57

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 58

C. Setting Penelitian ... 58

D. Alat Pengumpulan Data ... 59

E. Tehnik Analisis Data ... 62

BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 65

B. Hasil Penelitian ... 74

C. Pembahasan ... 90

BAB V. KESIMPULAN, SARAN, PENUTUP ... 93

A. Kesimpulan ... 93

B. Saran-saran ... 93

C. Penutup ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 95


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Indikator Pencapaian Kemandirian Anak ... 12 Tabel 2: Hasil Pra Survey Terhadap Kemandirian Anak di TK

Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung. ... 15 Tabel 3: Data Guru Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Tahun Pelajaran. 2014/2015 ... 70 Tabel 4: Keadaan Peserta Didik Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2

Tahun Pelajaran. 2014/2015 ... 71 Tabel 5: Hasil Observasi Akhir Terhadap Kemandirian Anak di


(13)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar Ilustrasi reduksi data, penyajian data dan verification ... 63 2. Struktur Organisasi Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung ... 69


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

a. Kisi-Kisi observasi pembentukan kemandirian anak di TamanKanak-kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung ... 96 b. Kisi-kisi wawancara dengan guru Kelompok B di Taman Kanak-kanak

Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung. ... 99 c. Kerangka Dokumentasi ... 103 d. Data peserta didik Kelompok Adi Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2

Sukarame Bandar Lampung ... 104 e. Rencana Kegiatan Harian (RKH) Bandar Lampung. ... 110 f. Foto kegiatan anak berkaitan dengan peranaan metode bercerita dalam

membentuk kemandirian anak di Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2

Sukarame Bandar Lampung Bandar Lampung. ... 119 g. Contoh dongeng/cerita berkaitan dengan penanaman nilai-nilai kemandirian pada anak usia dini Bandar Lampung. ... 124


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap skripsi ini yang berjudul

“Manfaat Metode Bercerita Dalam Membentuk Kemandirian Anak di Taman

Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung”, maka peneliti perlu menjelaskan beberapa istilah penting yang terdapat pada judul tersebut, yaitu :

1. Metode Bercerita

Metode adalah alat yang merupakan bagian dari perangkat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi dalam mengajar. 2 Metode adalah cara yang dalam

bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan.3 Metode secara harfiah

adalah “cara”. Sedangkan dalam pemakaian umum dapat diartikan sebagai suatu cara

atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.4

Bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bercerita juga dapat menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Cerita adalah salah satu cara untuk menarik perhatian anak.5 Cerita merupakan tuturan yang membentangkan

bagaimana terjadinya sesuatu hal atau peristiwa atau karangan yang menuturkan

2

Moejono Hasibuan, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 3. 3

Moeslichatoen, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 7.

4

Saiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 33.

5


(16)

perbuatan, pengalaman kebahagiaan atau penderitaan orang lain, kejadian tersebut sungguh-sungguh atau rekaan.6

Adapun yang dimaksud dengan metode bercerita dalam skripsi ini adalah suatu cara yang digunakan dalam suatu kegiatan pembelajaran dengan menggunakan tutur kata untuk menyampaikan berbagai hal atau peristiwa atau karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman kebahagiaan atau penderitaan orang lain, kejadian tersebut sungguh-sungguh atau rekaan, khususnya dalam skripsi ini adalah menyampaikan nilai-nilai kemandirian bagi anak usia dini.

2. Membentuk

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, membentuk memiliki pengertian

“menjadikan sesuatu dengan bentuk tertentu”.7

Adapun yang dimaksud dalam skrispi ini adalah suatu proses dalam kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk menjadikan anak yang sebelumnya tidak mandiri menjadi anak yang mandiri.

3. Kemandirian

Kemandirian adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung kepada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya”.8 Adapun yang dimaksud kemandirian dalam skripsi ini adalah bentuk sikap tidak bergantung anak kepada orang lain baik teman sebaya maupun orang dewasa lainnya yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari anak dan disesuaikan dengan tahapan bagi anak usia dini yang tentunya berbeda dengan bentuk kemandirian bagi orang dewasa pada umumnya.

6

Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 210.

7 Ibid,, h. 123.

8 Muhammad Fadillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini


(17)

3. Anak usia dini

Menurut J.Black, anak usia dini dimulai sejak anak masih dalam kandungan atau sebelum dilahirkan sampai dengan usia 6 tahun.9 Sedangkan menurut

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, anak adalah kelompok manusia yang berusia 0 sampai dengan 6 tahun.10

Adapun yang dimaksud dengan anak usia dini dalam skripsi ini adalah anak yang berada pada usia 5-6 tahun, yakni peserta didik yang berada di kelompok B yang memiliki berbagai potensi yang harus dikembangkan.

4. Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung

Taman kanak-kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung adalah yaitu salah satu bentuk lembaga pendidikan bagi anak usia dini, khususnya pada jalur pendidikan formal bagi anak usia 4 tahun (Kelompok A) dan usia 5-6 tahun (Kelompok B), yang berada di bawah naungan yayasan Al-Fath Bandar Lampung dan tepatnya beralamatkan di Jalan Pulau. Damar Gg. Melati No.117 Way Dadi Sukarame Bandar Lampung.

B. Alasan Memilih Judul

Adapun alasan penulis memilih judul ini adalah sebagai berikut:

1. Pentingnya membentuk kemandirian sejak dini, sebagai bekal dalam mengikuti perkembangan anak yang semakin kompleks.

2. Jika kemandirian sudah terbentuk pada anak, maka hal in dapat membantu anak dalam melaksanakan berbagai disiplin.

9 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Usia Dini (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 25 10 Departemen Pendidikan Nasional, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta:


(18)

3. Manusia tidak selamanya hidup bergantung pada orang lain. Ada kalanya anak sendiri dan sudah tidak dekat dengan anak yang lain maupun orang dewasa di sekitarnya.

C. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hak warga negara, tidak terkecuali pendidikan di usia dini merupakan hak warga negara dalam mengembangkan potensinya sejak dini. Usia dini merupakan pondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupannya di masa depan. Selain itu pendidikan di usia dini dapat mengoptimalkan kemampuan dasar anak dalam menerima proses pendidikan di usia-usia berikutnya. Mengingat betapa pentingnya suatu pendidikan anak usia dini, maka negara Republik Indonesia telah mengaturnya dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang pendidikan anak usia dini, yaitu seperti yang dijelaskan dalam Pasal 1 Butir 14:

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan pada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.11

Dalam proses pendidikan, usia enam tahun pertama menjadi masa penting bagi seorang anak, karena setiap usaha yang dirancang untuk mengembangkan minat dan potensi anak harus dilakukan pada masa awal ini. Oleh karena itu penguasaan metode-metode pembelajaran anak usia dini merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru PAUD agar proses pembelajaran tersebut dapat mendorong

11 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003,


(19)

perkembangan anak, baik perkembangan intelektual, fisik maupun emosionalnya. Dengan menguasai metode pembelajaran, seorang guru dapat mengelola proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya.

Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam kegiatan nyata, agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.12 Pembelajaran diarahkan pada pengembangan potensi dan

kemampuan yang dimiliki seperti kemampuan berbahasa, sosio-emosional, motorik dan intelektual. Untuk itu pembelajaran pada usia dini harus dirancang agar anak merasa tidak terbebani dalam mencapai tugas perkembangnya. Agar suasana belajar tidak memberikan beban dan membosankan, suasana belajar perlu dibuat secara alami dan menyenangkan. Selain itu, karena anak merupakan individu yang unik dan sangat variatif, maka unsur variasi individu dan minat anak juga perlu diperhatikan dan dikembangkan secara optimal.

Dalam kegiatan pembelajaran, anak adalah sebagai subjek dan bukan sebagai objek dalam kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan anak didik disini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di

12

Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 93.


(20)

dalam dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.

Penggunaan metode pengajaran yang tepat dan sesuai dengan karakter anak akan dapat memfasilitasi perkembangan berbagai potensi dan kemampuan anak secara optimal serta tumbuhnya sikap dan perilaku positif bagi anak. Secara teknis ada beberapa metode pengajaran yang dapat diterapkan pada anak usia dini yaitu metode bermain, metode karyawisata, metode bercakap-cakap, metode demonstrasi, metode proyek, metode bercerita, metode pemberian tugas.13

Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu metode bercerita. Bercerita itu adalah sesuatu cara guru untuk menyampaikan nilai-nilai yang ada di masyarakat dengan menggunakan alat media, guru dapat menarik perhatian anak agar warisan budaya kita bisa berkembang dari anak satu ke anak yang lain14.

Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Metode bercerita ialah suatu cara menyampaikan materi pembelajaran melalui kisah-kisah atau cerita yang dapat menarik perhatian anak. Jadi metode bercerita adalah salah satu pemberian pengalaman belajar yang disampaikan secara lisan pada anak dengan menggunakan kisah-kisah atau cerita yang dapat menarik perhatian anak.

Tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah agar anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak dapat bertanya apabila tidak memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan,

13

Moeslichatoen, Op Cit, h. 24.

14


(21)

selanjutnya anak dapat menceritakan dan mengekpresikan terhadap apa yang didengarkan dan diceritakannya, sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun dapat didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan, dan diceritakan pada orang lain. Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik. Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak, metode bercerita dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan tentang hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai kompetensi dasar usia anak TK.

Al-Quran telah mengoptimalkan penggunaan kisah/cerita untuk menetapkan nilai-nilai positif dalam diri seorang mukmin. Sehingga kisah/cerita pun dapat digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai baik melalui simpati dan empatinya dengan kehidupan seorang tokoh Islam terkemuka. Imam Al Ghazali memaparkan tentang pengoptimalan penggunaan kisah/cerita dalam proses pendidikan anak.15

Sebagaimana Allah telah berfirman dalam Al Qur’an, berikut ini:

...





Artinya: “ Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (QS. AL-A’Raf: 176).16

15 Humammad Rasyid Dimas, 25 Kiat Mempengaruhi Jiwa Akal Anak (Jakarta: Robbani Pers,

2009), h. 225. 16

Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Gema Risalah Pers, 1993), h. 413.


(22)

Berdasarkan ayat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa metode bercerita dapat memberikan rangsangan positif terhadap anak terutama untuk menanamkan nilai-nilai positif yang berlaku di masyarakat. Oleh karena itu materi yang disampaikan berbentuk cerita yang awal dan akhirnya berhubungan erat dalam kesatuan yang utuh, alurnya ceritanya pun tidak terlalu menyimpang dari isi cerita. Oleh karena itu, guru harus mempersiapkan terlebih dahulu secara matang cerita yang akan disajikan, sehingga anak pun dapat menerima dan memahaminya.

Biasanya kegiatan bercerita dilaksanakan pada kegiatan penutup, sehingga kalau anak pulang, anak menjadi tenang dan senang setelah mengikuti pembelajaran. Namun demikian pada prakteknya tidak selalu pada saat kegiatan penutup, bercerita dapat dilakukan pada saat kegiatan pembukaan, kegiatan inti maupun pada waktu-waktu senggang di sekolah, misalnya pada saat waktu-waktu istirahat, karena mendengarkan cerita adalah sesuatu yang mengasyikkan bagi anak usia Taman Kanak-kanak.

Ada beberapa tehnik bercerita yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita, antara lain:

a. Membaca langsung dari buku cerita

b. Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku c. Menceritakan dongeng

d. Bercerita dengan menggunakan papan flanel e. Bercerita dengan menggunakan media boneka f. Dramatisasi suatu cerita

g. Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan.17

Agar kegiatan bercerita pun dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, guru sebaiknya menguasai langkah-langkah bercerita sebagai berikut:

17 Montolalu, dkk, Bermain dan Permianan Ana k (Jakarta: Universitas Terbuka, 2012), h.


(23)

1. Mengkomunikasikan tujuan dan tema cerita 2. Mengatur tempat duduk

3. Melaksanakan kegiatan pembukaan 4. Mengembangkan cerita

5. Menetapkan tehnik bertutur

6. Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.18

Metode bercerita sangat umum digunakan dalam pembelajaran anak usia dini, khususnya dalam menyampaikan pesan-pesan dan nilai-nilai yang hendak diinternalisasikan kepada anak sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari anak.. Adapun kelebihan metode ini adalah: dapat meningkatkan motivasi anak untuk belajar, karena anak sangat senang dengan cerita-cerita. Sangat sesuai untuk pendidikan afektif (nilai), sebab metode ini dapat menyampaikan nilai-nilai kebaikan kepada anak melalui contoh-contoh dalam cerita sehingga mendorong anak untuk melakukan kebaikan tersebut, sekaligus menghindari perbuatan buruk yang digambarkan dalam cerita guru. Tidak membutuhkan banyak alat dan media pembelajan.

Adapun kelemahannya antara lain: dalam pembelajaran ini biasanya guru lebih dominan, sehingga peran aktif anak sedikit terbatas. Oleh karena itu, guru harus mampu mengkolaborasikan metode ini dengan metode-metode yang lainnya seperti tanya jawab dan bernyanyi. Guru dituntut untuk benar-benar menguasai teknik bercerita yang baik, sehingga anak tertarik dengan cerita yang dibawakannya sekaligus pesan yang ingin disampaikan akan diterima anak dengan baik.

Salah satu potensi yang ada dalam diri anak usia dini yang harus dikembangkan adalah kemandirian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mandiri diartikan

18


(24)

sebagai keadaan yang dapat menjadikan individu berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain. Kemandirian sendiri merupakan hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. 19 Kemandirian adalah sikap dan perilaku

seseorang yang mencerminkan perbuatan yang cenderung individual (mandiri), tanpa bantuan dan pertolongan dari orang lain.

Kemandirian identik dengan kedewasaan, berbuat sesuatu tidak harus ditentukan atau diarahkan sepenuhnya oleh orang lain. Kemandirian anak sangat diperlukan dalam rangka membekali mereka untuk menjalani kehidupan yang akan datang. Dengan kemandirian ini seorang anak akan mampu untuk menentukan pilihan yang ia anggap benar, selain itu ia berani memutuskan pilihannya dan bertanggung jawab atas resiko dan konsekwensi yang diakibatkan dari pilihannya tersebut. Kemandirian anak usia dini dapat diukur dengan indikator - indikator yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli. Di mana indikator tersebut merupakan pedoman dalam melihat dan mengevaluasi perkembangan dan pertumbuhan anak.

Menurut Diane Trister Dodge, kemandirian anak usia dini dapat dilihat dari pembiasaan perilaku dan kemampuan anak dengan indikator:20 Adapun secara rinci

dijabarkan sebagai berikut ini: a. Kemampuan fisik

Kemampuan fisik dalam hal ini maksudnya adalah kemandirian dalam hal memenuhi kebutuhan. Seorang anak dikatakan mandiri secara fisik jika ia dapat bekerja sendiri, mampu menggunakan fisiknya untuk melakukan segala aktivitas hidupnya. Misalnya: anak dapat mencuci tangan sendiri.

19 Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka,

2003), h. 360.

20 Martinis Yamin & Jamilah Sabri Sanan, Panduan PAUD (Jakarta: Referensi (Gaung


(25)

a. Percaya diri

Anak mampu dan berani menentukan pilihan sendiri. Anak mandiri memiliki kemampuan dan keberanian dalam menentukan pilihan sendiri dan mengambil keputusan dengan berani mengambil resiko.

b. Bertanggung jawab

Anak mampu bertanggung jawab menerima konsekwensi yang menyertai pilihannya. Di dalam mengambil keputuan atau pilihan tentu ada konsekwensi yang melekat pada pilihannya. Anak yang mandiri dia bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya apapun yang terjadi tentu saja bagi anak Taman Kanak-kanak tanggung jawab pada taraf yang wajar. Misalnya tidak menangis ketika ia salah mengambil alat mainan dan mau membereskan kembali.

c. Disiplin

Anak mampu memahami adanya keseimbangan antara waktu menikmati masa kanak-kanak (bermain) yang memang hak anak dan waktu untuk melakukan rutinitas sehari-hari (makan, mandi, tidur) dan tugas-tugas sekolah yang merupakan kewajiban anak tanpa harus bergantung dengan orang lain, walaupun terkadang masih memerlukan bimbingan dari orang dewasa.

d. Pandai bergaul

Anak mampu mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain. Anak mampu bersosialisasi tanpa harus ditemani oleh orang tuanya.

e. Saling berbagi

Anak memiliki sifat mau berbagi, baik dengan teman maupun saudara, dalam bentuk benda, maianan maupun makanan ataupun bantuan. Dengan demikian, anak akan terbiasa untuk menolong orang yang lebih membutuhkan tanpa harus diperintah oleh orang lain.

f. Mengendalikan emosi

Anak dapat mengontrol emosinya bahkan dapat berempati terhadap orang lain, mampu mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah pribadi.

Adapun secara rinci, indikator kemandirian yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah berdasarkan teori yang telah digagas oleh Diane Trister Dodge, dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1

Indikator Pencapaian Kemandirian Anak

No Aspek Yang Akan

Dikembangkan

Indikator 1 Kemampuan fisik Anak dapat makan sendiri


(26)

guru

3 Bertanggung jawab Anak dapat membereskan peralatan makan sendiri Anak dapat membereskan mainan yang telah digunakan

4 Disiplin Anak mau masuk kelas setelah waktu bermain

selesai

5 Pandai bergaul Anak dapat bergaul dengan siapa saja

6 Saling berbagi Anak mau berbagi makanan pada teman yang tidak membawa makanan

Anak mau bergantian alat permainan dengan temannya

7 Mengendalikan emosi Anak dapat mengendalikan amarah

Anak mau langsung meminta maaf bila melakukan kesalahan

Sumber: Teori Diane Trister Dodge

Unsur-unsur indikator kemandirian tersebut di atas, tentu pada anak usia dini berbeda dengan makna kemandirian bagi orang dewasa. Bagi anak usia dini kemandirian sifatnya masih dalam taraf sangat sederhana, sesuai dengan tingkat perkembangannya. Hal ini terlihat dalam tingkah laku anak. Anak yang mandiri adalah anak yang memiliki kepercayaan diri dan motivasi yang tinggi. Sehingga dalam setiap tingkah lakunya tidak banyak menggantungkan diri pada orang lain. Anak yang kurang mandiri selalu ingin ditemani atau ditunggui oleh orang tuanya, baik pada saat sekolah maupun pada saat bermain. Kemana-mana harus ditemani orang tua atau saudaranya. Berbeda dengan anak yang memiliki kemandiran, ia berani memutuskan pilihannya sendiri, misalnya: mau bermain apa, bermain dengan siapa. Selain itu, tingkat kepercayaan dirinya lebih nampak, dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan teman bermain maupun orang asing yang baru dikenalnya.


(27)

Kemandirian merupakan salah satu karakter dasar yang harus dibentuk pada saat usia dini. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk memperkenalkan nilai-nilai karakter pada anak, salah satunya karakter mendiri, antara lain: metode keteladanan, metode pembiasaan, metode bercerita, metode karyawisata.21 Salah satu

metode yang dapat digunakan untuk membentuk kemandirian pada anak usia dini adalah melalui metode bercerita. Misalnya: guru bercerita dengan tehnik mendongeng tentang cara menggosok gigi sendiri.

Anak diajarkan menggosok gigi dengan cara perlahan-lahan. Setelah anak mendengarkan cerita, anak mulai dapat mempraktekkan cara menggosok gigi yang benar. Dengan demikian, melalui refleksi dari apa yang dilakukan anak merupakan salah satu cara untuk memandirikan anak melalui cerita dan belajar dari pengalaman.22 Selain itu, dapat juga melalui mendongeng tentang binatang, misalnya:

buaya yang suka makan permen dan akhirnya sakit gigi.23 Manfaat yang dapat

diambil yaitu bahwasannya anak dapat merefleksikan hal-hal yang baik dalam kehidupan sehari-hari dari cerita yang telah di dengar sebelumnya.

Manfaat lain dari metode bercerita, yaitu akan lebih mudah untuk menanamkan nilai-nilai yang dapat digunakan untuk membentuk kemandirian anak, karena anak akan menerima pembelajaran yang disampaikan guru dengan perasaan senang dan tanpa disadarinya karena anak terhanyut dengan isi cerita yang dismapaikan. Sehingga anak dapat merekam langsung dalam memorinya mengenai nilai-nilai yang disampaikan melalui cerita.

21 Muhammad Fadillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Op Cit, h. 166. 22 Martinis Yamin & Jamilah Sabri Sanan, Op Cit, h. 87.

23


(28)

Namun ternyata, berdasarkan prasurvey peneliti di lapangan, didapatkan data bahwa guru-guru di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung belum dapat mengambil manfaaat dari kegiatan bercerita secara optimal dalam mengembangkan kemandirian pada anak. Sehingga ada anak yang belum terbentuk kemandiriannya, diantaranya: masih ada anak yang belum dapat makan sendiri, tidak berani tampil di depan kelas (harus ditemani ibu guru), belum dapat membuka ataupun menutup peralatan makannya sendiri, belum dapat membereskan mainan yang telah digunakan.24

Berikut ini adalah hasil pra survey peneliti terhadap kemandirian anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung.

Tabel 2

Hasil pra survey terhadap kemandirian anak melalui manfaat metode bercerita Di kelompok B2 TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Aspek Yang

Akan Dikembangkan

Indikator

(Teori Diane Trister Dodge)

Penilaian

BB MB BSH BSB

Kemampuan fisik

1. Anak dapat makan sendiri 5 10 9 -

Percaya diri 2. Anak dapat tampil di depan kelas tanpa ditemani guru

13 9 2 -

Bertanggung jawab

3. Anak dapat membereskan peralatan makan sendiri

8 12 4 -

4. Anak dapat membereskan mainan yang telah digunakan

10 9 5 -

Disiplin 5. Anak mau masuk kelas

setelah waktu bermain selesai

12 7 5 -

Pandai bergaul 6. Anak dapat bergaul dengan siapa saja

14 7 3 -

Saling berbagi 7. Anak mau berbagi makanan pada teman yang tidak membawa makanan

5 16 3 -

24

Peneliti, Hasil Observasi, di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung, tanggal 12 April 2015.


(29)

Mengendalikan emosi

8. Anak mau bergantian alat permainan dengan temannya

13 9 2 -

9. Anak dapat mengendalikan amarah

10 10 4 -

10.Anak mau langsung meminta maaf bila melakukan

kesalahan

12 8 4 -

Jumlah 102 97 41 -

Sumber: Hasil Pra Survey Peneliti , di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung, tanggal 12 Oktober 2016

Ket:

1. BB (Belum Berkembang )

Apabila anak belum mampu melakukan sendiri 2. MB ( Mulai Berkembang )

Apabila anak dapat melakukan kegiatan dengan sedikit bantuan guru

3. BSH (Berkembang Sesuai Harapan)

Apabila anak mampu melakukan kegiatan sendiri 4. BSB (Berkembang Sangat Baik)

Apabila anak mampu membantu teman yang belum bisa

Keberhasilan pembelajaran dilihat dari jumlah peserta didik yang mencapai lebih dari 75 % dari jumlah peserta didik yang ada di kelas. Artinya jika anak yang ada di dalam kelas sudah mencapai 75% lebih (Berkembang Sesuai Harapan), maka proses pembelajaran berhasil dan penggunaan metode bercerita mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan aspek kemandirian anak.

Namun, berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan kemandirian anak masih rendah. Berikut ini, adalah pencapaian kemandirian anak yang Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dapat diketahui hanya 17,03 % Mulai Berkembang (MB) sebesar 40, 41 % dan Belum Berkembang (BB) sebesar 42,50 %. Oleh karena itu, anak-anak masih memerlukan pembinaaan yang tepat yang dalam membentuk potensi kemandiriannya sehingga dapat berkembang secara optimal, sebagai bekal anak untuk memasuki kehidupan sosial yang lebih luas.


(30)

Berdasarkan penemuan masalah-masalah terebut di atas, maka hal inilah yang mendorong penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi “Manfaat Metode Bercerita dalam Membentuk Kemandirian Anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum

Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung”. D. Fokus Penelitian

Adapun penelitian ini difokuskan pada pembentukan kemandirian anak di kelompok B2 Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung, tahun pelajaran 2016/2017 dengan berdasarkan pada pengembangan indikator menurut teori Diane Trister Dodge, melalui penggunaan metode bercerita. Dimana dalam tahap pelaksanaanya disesuaikan dengan tahap perkembangan anak usia dini.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian tersebut, maka

rumusan masalah dalam skripsi ini adalah: “Apakah manfaat metode bercerita dalam membentuk kemandirian anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung?”.

F. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat metode bercerita dalam membentuk kemandirian pada anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung.

G. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak, antara lain: 1. Lembaga Taman Kanak-Kanak


(31)

Sebagai bahan masukan bagi lembaga Taman Kanak-Kanak untuk dapat meningkatkan berbagai potensi peserta didik, khususnya dalam membentuk kemandirian pada anak melalui metode bercerita.

2. Guru

Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman guru dalam memanfaatkan metode bercerita sebagai alternatif guru dalam memilih strategi pembelajaran yang efektif dalam membentuk kemandirian anak.

3. Anak didik

Anak dapat mengembangkan segala potensi kemandirian yang dimilikinya dengan stimulus yang tepat dan sesuai dengan tingkat perkembangannya, tanpa merasa terbebani dengan penggunaan metode pembelajaran yang ada.


(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Metode Bercerita

1. Pengertian Metode Bercerita

“Metode secara harfiah berarti “cara”, sedangkan dalam pemakaian umum metode diartikan sebagai alat yang merupakan bagian dari perangkat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi dalam mengajar.25 Menurut Trianto, “metode adalah cara yang dipergunakan untuk mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam kegiatan nyata, agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal”.26 Oemar

Hamalik mengemukakan bahwa, “metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum”.27

Berdasarkan definisi atau pengertian beberapa metode yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa metode merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru/pendidik untuk menciptakan suatu proses kegiatan belajar mengajar pada siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Secara umum banyak sekali metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar. Namun, tidak semua metode pembelajaran cocok bagi kegiatan anak usia dini. Secara teknis beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada anak usia dini yaitu “metode bermain,

25 Moejono Hasibuan, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 3.

26

Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 93.

27


(33)

metode karyawisata, metode bercakap-cakap, metode bercerita, metode demonstrasi,

metode proyek dan metode pemberian tugas”.28

Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan diantaranya yaitu metode bercerita.

Bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bercerita juga dapat menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.29 Dalam konsep Islam, cerita

disebut sebagai qashas, yang memiliki makna kisah. Selain itu, qashash juga diartikan sebagai urusan, berita, perkara, dan keadaan.30 Sementara menurut istilah,

Qashas adalah pemberitaan (kisah) Al-Quran tentang hal ikhwal umat yang telah lalu, peristiwa yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Jadi, dapat dipahami bahwa cerita dapat dimaknai sebagai kisah (qashas).31

Metode bercerita merupakan salah satu cara menyampaikan sesuatu dengan cara bertutur atau memberikan penerangan /penjelasan secara lisan melalui cerita.32

Metode bercerita sangat tepat diberikan bagi anak usia dini. Hal ini akan berguna bagi anak ketika suatu saat ia menemukan masalah yang hampir mirip dengan isi cerita yang pernah diberikan guru, sehingga akan memacu nalarnya untuk berfikir mencari pemecahan dari masalah yang dihadapi. Sehingga banyak sekali makna penting bercerita bagi anak usia dini.

28

Soegeng Santoso,Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Citra Pendidikan, 2002), h. 72. 29

Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 90

30

Armai Arif, Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputra Press, 2002), h. 115.

31Manna’ Khalil Al-Qur’an, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Jakarta: Pustaka Lintera Antar Nusa,

2003), h. 435. 32

Yuliani Nurani Sujiono, dkk, Metode Pengembangan Kognitif (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), h. 7.9.


(34)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode bercerita adalah suatu cara yang dipergunakan guru dalam suatu pembelajaran untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat secara lisan, baik dengan menggunkan alat peraga maupun tidak dengan tetap mengutamakan keterlibatan anak terhadap cerita yang akan diberikan.

2. Tehnik Bercerita Bagi Anak Usia Dini

Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak. Bila isi cerita itu dikaitkan dengan dunia kehidupan anak, maka mereka merasa akan mendengarkannya dengan penuh perhatian dan mudah dapat menangkap isi cerita. Dunia kehidupan anak itu penuh dengan suka cita, maka kegiatan bercerita harus diusahakan dapat memberikan perasaan gembira, lucu dan mengasyikan.

Dunia kehidupan anak-anak itu berkaitan dengan lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah, maka kegiatan bercerita di TK harus diusahakan menjadi pengalaman bagi anak yang bersifat unik dan menarik, yang menggetarkan perasaan anak, dan memotivasi anak untuk mengikuti cerita itu sampai tuntas. Oleh karena itu, guru perlu mengetahui beberapa tehnik dalam bercerita, sehingga anak tidak merasa bosan karena guru selalu menggunakan tehnik yang sama dalam bercerita.

Ada beberapa teknik bercerita yang dapat dipergunakan guru, antara lain:33

h. Membaca langsung dari buku cerita

33


(35)

Seorang guru TK sekurang-kurangnya haruslah menguasai tehnik bercerita dengan membacakan langsung dari buku cerita. Hal itu sangat bagus bila guru mempunyai puisi atau prosa yang sesuai untuk dibacakan kepada anak TK. Ukuran kebagusan puisi atau prosa itu terutama ditekankan pada pesan-pesan yang disampaikan yang dapat ditangkap anak: memahami perbuatan itu salah dan perbuatan ini benar, atau hal ini bagus dan hal itu jelek, atau kejadian itu lucu, kejadian itu menarik, dan sebagainya.

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan guru sebelum dan ketika akan menggunakan tehnik bercerita dengan membacakan langsung dari buku cerita:

1. Pilihlah buku-buku yang bergambar menarik denga warna-warna gambar yang sesuai dan tidak mencolok mata.

2. Pilihlah buku-buku yang bertulisan besar dengan kalimat-kalimat yang tidak terlalu panjang dan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. 3. Pilihlah isi cerita yang diangkat dari hal-hal yang istimewa di daerah tempat

tinggal anak.

4. Isi cerita dengan kata-kata yang diulang-ulang pada setiap halaman juga baik dan menarik.

5. Saat membacakan buku cerita, posisi buku yang dipegang guru haruslah dapat terlihat oleh seluruh murid.

6. Mulailah mengenalkan pengetahuan tentang buku, yaitu kebiasaan baik dalam mengenali buku, antara lain:

a. Cara memegang buku dengan benar, tidak terbalik. b. Membedakan muka dan belakang suatu buku.


(36)

c. Cara membalik lembar demi lembar dari halaman suatu buku. d. Menunjukkan judul, pengarang, ilustrator pada sebuah buku.

e. Menunjukkan pengetahuan membaca dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah.

f. Memiliki reaksi setelah dibacakan.34

i. Bercerita dengan Menggunakan Ilustrasi Gambar dari Buku

Bila cerita yang disampaikan pada anak TK terlalu panjang dan terinci dengan menambahkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat menarik perhatian anak, maka teknik bercerita ini akan berfungsi dengan baik. Mendengarkan cerita tanpa ilustrasi gambar menuntut pemusatan perhatian yang lebih besar dibandingkan bila anak mendengarkan cerita dari buku bergambar. Untuk menjadi seorang yang dapat bercerita dengan baik guru TK memerlukan persiapan dan latihan.

Penggunaan ilustrasi gambar dalam bercerita dimaksudkan untuk memperjelas pesan-pesan yang dituturkan, juga untuk mengikat perhatian anak pada jalannya cerita. Adapun hal yang harus diperhatikan dalam memilih ilustrasi gambar adalah ilustrasi gambar hendaknya cukup besar, sehingga mudah dilihat anak, berwarna serta menggambarkan jalan cerita yang akan disampaikan.

j. Menceritakan Dongeng

Cerita dongeng merupakan bentuk kesenian yang paling lama. mendongeng merupakan cara meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi yang berikutnya. Dongeng dapat dipergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan

34

Montolalu, dkk, Bermain dan Permainan anak (Jakarta: Universitas Terbuka, 2012), h. 10.5.


(37)

kebajikan kepada anak. Oleh karena itu, seni dongeng perlu dipertahankan dari kehidupan anak.

Menceritakan dongeng kepada anak dapat membantu anak mengenal budaya leluhurnya sekaligus menyampaikan pesan-pesan yang terdapat didalamnya.Dongeng yang berasal dari tanah air, disamping memiliki nilai-nilai luhur yang akan diwarisi anak, juga dapat memberi kesempatan pada anak untuk mengenal dan mencintai bangsanya sendiri.

k. Bercerita dengan Menggunakan Papan Flanel

Bercerita menggunakan papan flanel hampir serupa dengan tehnik bercerita menggunakan ilustrasi gambar dari buku. Perbedaan yang paling prinsip dari tehnik ini adalah pada penggunaan papan flanel.

Adapun hal-hal yang harus dipersiapkan guru untuk melaksanakan kegiatan bercerita menggunakan papan flanel, antara lain: guru dapat membuat papan flanel dengan melapisi seluas papan dengan kain flanel yang berwarna netral, misalnya warna abu-abu, gambar tokoh-tokoh yang mewakili perwatakan dalam ceritanya digunting polanya pada kertas yang dibelakangnya dilapis dengan kertas gosok (amplas) yang paling halus untuk menempelkan pada papan flanel supaya dapat melekat. Gambar foto-foto itu dapat dibeli di pasaran, atau dikreasi sendiri oleh guru, sesuai dengan tema dan pesan-pesan yang ingn disampaikan melalui bercerita.

Setelah peralatan dipersipakan, guru perlu memperhatikan tehnik bercerita menggunakan papan flanel, yaitu sebagai berikut:

1. Letakkan papan flanel di tempat yang agak tinggi dan berada tepat di hadapan anak.


(38)

2. Tempelkan gambar-gambar atau foto-foto pada papan flanel satu persatu sesuai dengan alur cerita.

3. Apabila tokoh cerita sudah tidak diperlukan lagi untuk bagian-bagian tertentu dari alur cerita, bisa saja dilepaskan dari papan flanel.

4. Pada waktu-waktu berikutnya dari kegiatan ini, anak dapat dilibatkan untuk menempelkan sendiri gambar atau foto yang alur ceritanya dapat dikarang bersama-sama di kelas.35

l. Bercerita dengan Menggunakan Media Boneka

Pemilihan bercerita dengan menggunakan boneka akan tergantung pada usia dan pengalaman anak. Biasanya boneka itu terdiri dari ayah, ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, nenek kakek dan bisa ditambahkan anggota keluarga yang lain. Boneka yang dibuat itu masing-masing menunjukkan perwatakan pemegang peran tertentu. Misalnya, ayah yang penyabar, ibu yang cerewet, anak laki-laki yang pemberani, anak perempuan yang dimanja, dan sebagainya.

Guru dapat mempersiapkan sendiri berbagai media boneka. Dapat berasal dari bahan/kain/kaos kaki dan tangan untuk boneka tangan serta dapat terbuat dari karton untuk boneka jari. Selain itu, tehnik bercerita dengan menggunakan boneka dapat dikombinasikan dengan menggunakan panggung, kemudian dikenal dengan metode sandiwara boneka. Penggunaan panggung yang berupa papan penyekat dilengakpi dengan penutup/layar dapat mengundang antusiasme anak sebagai penontonnya. Posisi guru yang bercerita berada di belakang papan penyekat. Saat hendak menampilkan tokoh cerita, guru mengeluarkan beberapa boneka-boneka melalui


(39)

celah layar. Kegiatan bercerita melalui media boneka dengan panggungnya akan meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak.

Menurut Jenkins, penggunaan panggung boneka dapat membantu anak, untuk:

a. Mengembangkan daya kreasi dan imajinasinya. b. Berkonsentrasi.

c. Mengembangkan keterampilan berkomunikasi. d. Belajar bekerja sama.

e. Mengurangi kecemasan diri. f. Memperoleh pengetahuan.

g. Mengenalkan tentang alur kehidupan. h. Sadar akan perilakunya.36

Selain menggunakan panggung boneka, guru dapat juga bercerita menggunakan boneka jari, karena boneka jari merupakan salah satu alat edukatif yang dapat membantu mengembangkan berbagai aspek perkembangana anak.

Adapun kegiatan bercerita dengan boneka jari dapat berfungsi untuk: 1. Melatih keterampilan jari jemari.

2. Melatih daya fantasi anak.

3. Mengembangkan nilai-nilai kehidupan anak. 4. Mempertinggi kehidupan anak.

5. Mengembangkan kemampuan berbahasa anak.37

36


(40)

Sedangkan langkah-langkah bercerita menggunakan boneka jari, antara lain: 1. Sebagai pendahuluan, guru dapat menyebutkan judul cerita.

2. Guru memasang sejumlah boneka jari pada sejumlah jarinya.

3. Guru memberikan kesempatan pada anak unutk mengikuti jalan cerita dengan menggunakan dialog maupun komentar.

4. Guru menggerakan boneka jari dengan jalan menggerakkan jari ketika tokoh cerita sedang berdialog.

5. Guru menjawab pertanyaan dan menanggapi komentar anak agar lebih menghayati isi cerita.

6. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menceritakan kembali cerita menggunakan boneka jari dengan bahasanya sendiri secara individual. 7. Guru memupuk keberanian anak untuk menceritkan kembali cerita yang telah

di dengar dan dilihatnya.

8. Guru melakukan pengamatan terhadap penampilan anak.38

Semakin banyaknya variasi tehnik bercerita menggunakan boneka, akan semakin menambah berbagai kemampuan anak dalam mengembangkan aspek-aspek perkembangan yang harus dijalani anak sesuai dengan tahap perkembangannnya. Melalui bercerita menggunakan boneka dengan berbagai tehnik, akan membuat anak merasa senang dengan pembelajaran yang akan disampaikan guru, sehingga anak merasa tidak dipaksa dan mereka tidak merasa bosan.

37 Novan Ardy Wiyani, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Gava Media,

2014), h. 116.

38

Novan Ardy Wiyani & Barnawi, Format PAUD( Konsep, Karakteristik dan Implementasi Pendidikan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2012), h. 157.


(41)

m. Dramatisasi Suatu Cerita

Guru dalam bercerita memainkan perwatakan tokoh-tokoh dalam suatu cerita yang disukai anak dan merupakan daya tarik yang bersifat universal. Cerita anak-anak yang disukai: timun emas, si Kancil mencuri ketimun, dan sebagainya.

n. Bercerita Sambil Memainkan Jari-Jari Tangan

Media lain yang lebih sederhana yang dapat digunakan guru dalam bercerita adalah menggunakan jari-jari tangan. Tehnik ini tidak kalah menariknya dengan tehnik bercerita lainnya. Dengan improvisasi yang baik, seorang guru yang piawai akan menikmati tehnik sederhana ini, asalkan diikuti kreativitas yang tinggi dalam menggali ide cerita sehingga anak tertarik untuk mendengarnya.

Hal-hal yang menjadi ide cerita pada tehnik bercerita sambil memainkan jari-jari tangan, antara lain adalah cerita tentang jumlah jari-jari tangan, nama dari masing-masing jari, guna jari tangan dan lain-lain. Contohnya menurut Hildebrand adalah sebagai berikut: Sepuluh jari tangan seperti merentangkan jari-jari kedua tangan, menunjuk diri sendiri, mengepalkan tangan, merentangkan jari, menepuk jari, menyembunyikan jari kebelakang, mengangkat jari tangan, menurunkan jari tangan, menyilang jari tangan, membentuk bulatan ibu jari dan telunjuk, serta membentuk bulatan dengan kedua lengan tangan.39

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru dapat menggunkan berbagai tehnik dalam bercerita, yaitu: membaca langsung dari buku cerita, bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku, menceritakan dongeng, bercerita dengan menggunakan papan flanel, bercerita dengan

39


(42)

menggunakan media boneka, dramatisasi suatu cerita dan bercerita sambil memainkan jari-jari tangan. Apabila guru menggunakan tehnik bercerita yang bervariasi akan semakin menambah antusiasme anak untuk mendengarkan cerita yang disampaikan guru dan hal ini juga semakin memudahkan guru untuk menyampaikan ataupun menanamkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam cerita.

3. Langkah-langkah Bercerita bagi Anak Usia Dini

Kegiatan bercerita merupakan kegiatan yang memiliki manfaat besar bagi perkembangan anak serta pencapaian tujuan pendidikan. Sebelum melaksanakan kegiatan bercerita guru terlebih dahulu harus merancang kegiatan bercerita berupa langkah-langkah yang harus ditempuh secara sistematis.

Metode pembelajaran melalui bercerita terdiri dari 5 langkah perencanaan kegiatan bercerita, yaitu:

Langkah-langkah perencanaan kegiatan bercerita dimaksud adalah: a. Menetapkan tujuan dan tema cerita.

Tujuan utama penggunaan metode bercerita adalah memberi pengalaman belajar melalui bercerita untuk menyampaikan tujuan pengajaran, yaitu memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral atau agama. Maka dalam menetapkan tujuan pengajaran harus dikaitkan dengan tema yang dipilih. Tema tersebut harus ada kedekatan hubungan antara anak di keluarga, sekolah atau pun di luar sekolah.


(43)

Adapun bentuk-bentuk cerita yang dapat dipilih, misalnya: bercerita dengan membaca langsung dari buku cerita, menggunakan gambar-gambar, menggunakan papan flannel, menceritakan dongeng dan sebagainya.

c. Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita sesuai dengan bentuk bercerita yang dipilih.

Bahan dan alat yang diperlukan dalam bercerita dapat disesuaikan dengan bentuk cerita yang akan dipilih. Misalnya: guru akan bercerita menggunakan buku cerita, maka guru dapat menyiapkan buku cerita.

d. Menetapkan langkah-langkah kegiatan bercerita, yang terdiri dari: 1. Menyampaikan tujuan dan tema cerita

Langkah ini dilakukan guru pada awal kegiatan bercerita. Hal ini dilakukan sebagai sarana untuk menggali pengetahuan yang telah dimiliki anak sebelumnya dan menghubungkan dengan hasil belajar yang akan diperoleh melalui bercerita.

2. Mengatur tempat duduk

Pengaturan tempat duduk merupakan hal penting yang harus dilakukan karena pengaturan tempat duduk yang tepat, akan membuat anak merasa nyaman mengikuti kegiatan bercerita. Untuk kepentingan ini, guru dapat mengajak anak untuk duduk di atas tikar atau karpet dalam formasi setengah lingkaran, sehingga interaksi dapat berjalan dengan baik.


(44)

Pada kegiatan pembukaan ini , guru dapat menggali pengalaman yang telah dimiliki anak sebelumnya dan menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman baru yang akan didapatkan melalui kegiatan bercerita.

4. Mengembangkan cerita

Pada tahap pengembangan cerita, guru dapat menambahkan informasi lain yang berkenaan dengan tema cerita. Guru dapat menyajikan fakta-fakta disekitar kehidupan anak berkaitan dengan tema cerita.

5. Menetapkan teknik bertutur

Guru dapat menetapkan rancangan cara-cara bertutur yang dapat menggetarkan perasaan anak, sehingga cerita yang disampaikan dapat tepat sasaran.

6. Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.

Langkah ini merupakan tahap penutup dalam kegiatan bercerita, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita dan dapat memberikan solusi terhadap permaslaahan yang ada dalam cerita.40

e. Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita

Kualitas keberhasilan menggunakan metode bercerita banyak dipengaruhi oleh perencanaan pelaksanaan kegiatan bercerita yang telah ditetapkan. Dalam rancangan kegiatan bercerita telah ditetapkan tujuan bercerita. Sesuai dengan tujuan dan tema bercerita yang dipilih, maka dapat dirancang penilaiam kegiatan bercerita

40 Moeslichatoen, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),


(45)

dengan menggunakan tehnik bertanya pada akhir kegiatan bercerita yang memberi petunjuk seberapa besar perhatian dan tanggapan anak terhadap isi cerita.41

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan bercerita serta tema yang dipilih oleh guru menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan lainnya. Guru memiliki kebebasan untuk menentukan bentuk cerita yang dipilih, sepanjang bisa menggambarkan isi cerita dengan baik. Bahan dan alat yang dipergunakan dalam kegiatan bercerita sangat bergantung kepada bentuk cerita yang dipilih sebelumnya. Pengaturan tempat duduk, merupakan hal yang patut mendapat perhatian karena pengaturan yang baik membuat anak merasa nyaman dan dapat mengikuti cerita di samping teknik bercerita.

4. Tujuan Kegiatan Bercerita Bagi Anak Usia Dini

Kegiatan bercerita merupakan salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberi pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik.

Secara umum kegiatan bercerita memiliki tujuan sebagai berikut:

1 Melalui bercerita anak menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita. Penuturan cerita yang sarat informasiatau nilai-nilai itu dihayati anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2 Dalam kegiatan bercerita anak dibimbing mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan cerita guru yang bertujuan untuk memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral, dan keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Lingkungan fisik itu meliputi

41


(46)

segala sesuatu yang ada di sekitar anak yang non-manusia. Dalam kaitan lingkungan fisik melalui bercerita anak memperoleh informasi tentang binatang, peristiwa yang terjadi dari lingkungan anak, bermacam makanan, pakaian, perumahan, tanaman yang terdapat di halaman rumah, sekolah, kejadian di rumah dan di jalan. Sedangkan informasi tentang lingkungan sosial meliputi: orang yang ada dalam keluarga, di sekolah, dan di masyarakat. Dalam masyarakat tiap orang itu memiliki pekerjaan yang harus dilakukan setiap hari yangmemberikan pelayanan jasa kepada orang lain atau menghasilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan orang lain.42

Selain itu,tujuan penting yang dapat diambil dari metode bercerita bagi perkembangan anak usia dini, antara lain melalui cerita kita dapat:

1. Mengkomunikasikan nilai-nilai budaya 2. Mengkomunikasikan nilai-nilai sosial 3. Mengkomunikasikan nilai-nilai keagamaan 4. Menanamkan etos kerja, etos waktu, etos alam 5. Membantu mengembangkan fantasi anak

6. Membantu mengembangkan dimensi kognitif anak 7. Membantu mengembangkan dimensi bahasa anak.43

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, kegiatan bercerita bagi anak usia dini memiliki tujuan yang sangat mulia bagi perkembangan anak. Diantarnya: menyampaikan pesan-pesan maupun nilai-nilai kehidupan bagi anak, baik nilai-nilai sosial, agama, budaya dan moral yang akan ditemui dan diterapkan

42 Ibid, h. 10.8. 43


(47)

anak dalam kehidupan sehari-hari anak serta pengenalan lingkungan yang ada disekitar anak.

B. Kemandirian Anak Usia Dini 1. Pengertian Kemandirian

Kemandirian adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung kepada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya”.44 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mandiri diartikan sebagai keadaan yang dapat menjadikan individu berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain. Kemandirian sendiri merupakan hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain.45 Yuliani Sujiono

mengatakan bahwa kemandirian adalah suatu upaya yang dilakukan dan dimaksudkan untuk melatih anak dalam memecahkan masalahya. Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diismpulkan bahwa kemandirian adalah sikap dan perilaku seseorang yang mencerminkan perbuatan yang cenderung individual (mandiri), tanpa bantuan dan pertolongan dari orang lain. Kemandirian identik dengan kedewasaan, berbuat sesuatu tidak harus ditentukan atau diarahkan sepenuhnya oleh orang lain. Kemandirian anak sangat diperlukan dalam rangka membekali mereka untuk menjalani kehidupan yang akan datang. Dengan kemandirian ini seorang anak akan mampu untuk menentukan pilihan yang ia anggap

44Muhammad Fadillah & Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini

(Yogyakarta: AR-RUZZ Media), h. 195.

45 Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka,


(48)

benar, selain itu ia berani memutuskan pilihannya dan bertanggung jawab atas resiko dan konsekwensi yang diakibatkan dari pilihannya tersebut.

2.2. Ciri-ciri Kemandirian Anak Usia Dini 3.

Ciri-ciri kemandirian anak usia dini dapat diukur dengan indikator - indikator yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli. Di mana indikator tersebut merupakan pedoman dalam melihat dan mengevaluasi perkembangan dan pertumbuhan anak dalam membentuk kemandirian anak.

Adapun ciri-ciri kemandirian anak usia dini, antara lain: 1. Memiliki kepercayaan diri sendiri

2. Memiliki motivasi interinsik yang tinggi

3. Mampu dan berani menentukan pilihannya sendiri 4. Kreatif dan inovatif

5. Bertanggung jawab menerima konsekuensi yang menyertai pilihannya 6. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya

7. Tidak bergantung pada orang lain.46

Menurut Martinis Yamin ada tujuh indikator pencapaian kemandirian anak, yaitu:

g. Kemampuan fisik h. Percaya diri

i. Bertanggung jawab j. Disiplin

46

Novan Ardy Wiyani, Bina Karakter Anak Usia Dini (Yogyakarta: AR RUZZ Media, 2013), h. 33.


(49)

k. Pandai bergaul l. Saling berbagi

m. Mengendalikan emosi.47

Anak yang mandiri adalah anak yang memiliki kepercayaan diri dan motivasi yang tinggi. Sehingga dalam setiap tingkah lakunya tidak banyak menggantungkan diri pada orang lain, biasanya pada orang tuanya. Anak yang kurang mandiri selalu ingin ditemani atau ditunggui oleh orang tuanya, baik pada saat sekolah maupun pada saat bermain. Kemana-mana harus ditemani orang tua atau saudaranya. Berbeda dengan anak yang memiliki kemandirian, ia berani memutuskan pilihannya sendiri, tingkat kepercayaan dirinya lebih nampak, dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan teman bermain maupun orang asing yang baru dikenalnya.

Apabila anak sudah memiliki karakter mandiri, maka nantinya akan menjadikan anak usia dini siap bersekolah. Krikteria anak mandiri yang sudah siap bersekolah, antara lain:

1. Dapat ditinggal orang tua atau pengasuh selama 2-3 jam 2. Dapat ke toilet sendiri

3. Menyenangi dirinya sendiri 4. Mengatakan ingin pergi kesekolah 5. Tidak takut peergi ke sekolah 6. Mengerti tentang barang miliknya 7. Mengerti jenis kelaminnya sendiri

47 Martinis Yamin & Jamilah Sabri Sanan, Panduan PAUD (Jakarta: Referensi (Gaung


(50)

8. Dapat memakai baju sendiri 9. Dapat menggosok gigi sendiri 10.Tahu nama orangtuanya 11.Mengerti rambu lalau lintas 12.Dapat membawa piring 13.Dapat mengendalikan diri

14.Mau bermain dengan teman-temannya 15.Berbicara dengan mudah dan jelas 16.Dapat melakukann tugas sederhana 17.Dapat melakukan tugas sndiri

18.Mau mengerjakan pekerjaan rumah sehari-hari 19.Mengerti tentang kepemilikan

20.Dapat berbagi dengan teman.48

Anak yang mandiri itu adalah anak yang mempunyai kepercayaan diri dan motivasi instrinsik yang tinggi yang merupakan merupakan kunci utama bagi kemandirian anak. Dengan kepercayaan dirinya, anak berani tampil dan berekspresi di depan orang banyak atau di depan umum. Penampilannya tidak terlihat malu-malu, kaku, atau canggung,tapi ia mampu beraksi dengan wajar dan bahkan mengesankan. Sementara, motivasi instrinsik, atau motivasi bawaan, dapat membawa anak untuk berkembang lebih cepat, terutama perkembangan otak atau kognitifnya. Anak yang memiliki motivasi tinggi ini dapat terlihat dari perilakunya yang aktif, kreatif, dan

48 Mustamir Pedak & Handoko Sudrajat, Saatnya Bersekolah (Yogyakarta: Buku Biru, 2009),


(51)

memiliki sifat ingin tahu (curiositas) yang tinggi. Anak tersebut biasanya selalu banyak bertanya dan serba ingin tahu, selalu mencobanya, mempraktekkannya, dan mencoba-coba sesuatu yang baru.

Anak mandiri itu adalah anak yang mampu menggabungkan motivasi dan kognitifnya sekaligus, sehinggga dapat dikatakan bahwa menjadi anak yang mandiri tergantung pada kepercayaan terhadap diri sendiri dan motivasinya. Pada aspek motivasi, anak yang mandiri, biasanya ditandai dengan kemauannya yang keras, tidak cepat putus asa, bahkan tidak cepat bosan sebelum ia mampu mengetahui dan mencapai sesuatu yang dicarinya. Sementara pada aspek kognitif, anak telah memiliki banyak pengetahuan dan perbendaharaan kata atau kalimat yang diutarakannya. Dengan segenap pengetahuan dan perbendaharaan kata tersebut, maka akan memuculkan sikap mandiri dan keberanian yang tinggi, baik dalam sikap dan perbuatannya, maupun dalam menetapkan keputusan yang diambilnya.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Anak Usia Dini

Kemandirian merupakan slaah satu karakter kepribadian manusia yang tidak dapat berdiri sendiri. Kemandirian terkait dengan aspek kepribadian yang lain , yaitu percaya diri dan berani yang harus dilatih sejak dini agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan selanjutnnya. Pada usia dua sampai tiga tahun, tugas-tugas utama perkembangana anak adalah untuk mengembangkan kemandirian. Kemandirian yang tidak terpenuhi pada usia dua sampai tiga tahun, akan menimbulkan terhambatnya perkembangan kemandirian yang maksimal.

Kemandirian bukanlah keterampilan yang tiba-tiba muncul, melainkan perlu diajarkan kepada anak. Tanpa diajarkana nak tidaka kan tahu bagaimana cara


(52)

membantu dirinya sendiri. Kemampuan membantu dirinya sendiri itulah ersensi dari karakter amndiri anakl. Sehubungan dengan hal tersebut, setidaknya ada 2 faktor yang berpengaruh dalam mendorong timbulnyan kemandirian anak usia dini.

Berikut inin adalah faktor-faktor yang berpengaruh dalam mendorong timbulnyan kemandirian anak usia dini:

a. Faktor Internal

Faktor internal terdiri dari dua kondisi, yaitu kondisi fisiologis dan kondisi psikologis.

1. Kondisi Fisiologis

Kondisi fisiologis yang berpengaruh anataralain: keadaan tubuh, kesehatan jasmani dan jenis kelamin. Pada umumnya anak yang sakit lebuh cenderung tergantungdaripada anak yang tidak sakit. Sedangkan anak poerempuan biasanya memliki dorongan untuk melepas kan diri dari ketergantungan oran lain, dengan statusnya sebagai anak perempuan harus memiliki sikap positif. 2. Kondisi Psikologis

Meskipun kecerdasan atau kemmapuan logika anak dapat diubah atau dikembangkan mellaui lingkungan, sebagian ahli berpendapat bahwa faktior bawaan dapat berpengaruh terhadap keberhasilan lingkungan dalam mengembangkan kecerdasan anak. Terlepas dari pendapat tersebut, para pakar pendidikan sepakat bahwa kecerdasan atau kemmapuan kognitif anak sangat berpengaruh terhadap pembentukan kemandirian anak. Hal ini disebabkan kemmapuan bertindak dan mengambil keputusan oleh seorang anak hanya


(53)

mungkin dimiliki oleh anak yang mampu berfikir dengans eksama terhadap tindakannya.

b. Faktor Eksternal

Faktor Eksternal dalam membentuk kemandirian anak, antara lain meliputi: a. Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk kemandirian anak.Lingkungan yang baik dapat menjadikan cepat tercapainya pembentukan kemandirian anak. Dengan pemberian stimulasi yang terarah dan teratur, baik di lingkungan keluarga maupun sekolah sangat berpengaruh terhadap pembentukan kemandirian anak, sehingga anak akan lebih cepat mandiri dibandingkan anak yang kurang mendapat stimulasi.

b. Rasa cinta dan kasih sayang

Rasa cintadan kasih sayang orang tua di rumah maupun guru di sekolah dapat berpengaruh terhadap pembentukan kemandiran anak. Bila ada rasa cinta dan kasih sayang yang berklebihan akan membuat anak kurang mandiri. Hal ini dapat diatasi jika interaksi antara orang tua maupun guru dengan anak dapat berjalan lancar dab baik.

c. Pola asuh dala keluarga

Pembentukan kemandiriana nak tidak terlepas dari pola asuh orang tua dan pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anaknya.Ketika anak


(54)

terbiasa disejak kecil dilatih mandiri,maka ketika harus keluarv dari asuhan oarng tuanya untuk hidup mandiri, maka ia tidak merasa takut lagi. Pola asuh ayah dan ibu mempunyai peran nyata dalam mebentuk karakter mandiri anak. Toleransi yang berlebihan dan pemeliharanan dari orang tua yang terlalu keras dapat mengahmbat pembentukan kemandirian anak. d. Pengalama dalam kehidupan

Pengalamn dalam kehidupanm meliputi pengalaman di lingkungan sekolah dan masyarakat. Lingkungan sekolah berpengaruh terhadap pembentukan kemandirian anak, baik melalui hubungan dengan teman maupun guru. Melalui interaksi dengan teman sebaya, akan sangat membantu anak ketika mereka mulai memisahkan diri dengan orang tuanya. Maka pada saat itu anaka telah memulai perjuangan memperoleh kebebasan, sehingga melalaui hubungan dengan teman sebayanya anak belajar berfikir mandiri. 49

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembentukan kemandirian anak sangat dipengaruhi dari berbagai faktor, yang dimulai dari diri pribadi anak (faktor internal) yang meliputi: kondisi fisiologis dan kondisi psikologis anak. Selain itu faktor ekternal juga sangat berpengaruh terhadap pembentukan kemandirian anak, yang meliputi: lingkungan (keluaraga, sekolah,teman sebaya maupun masyarakat), rasa cinta dan kasih sayang, pola asuh dalam keluarga dan pengalaman dalam kehidupan.

4. Strategi Pembelajaran Dalam Membentuk Kemandirian Anak Usia Dini

49


(55)

Anak usia dini adalah anak dengan rentang usia 0-6 tahun, masa perkembangan tahap ini merupakan masa yang sangat penting bagi perkembangan hidup manusia, masa ini seringkali disebut dengan masa keemasan atau “The Golden

Age” karena terjadi perkembangan yang sangat pesat. Anak yang dapat menyelesaikan tugas perkembangannya di masa ini akan mudah dalam menuntaskan tugas perkembangan selanjutnya begitupun sebaliknya kemandirian sebagai salah satu tugas perkembangan anak jika tidak ditangai sejak dini maka akan berpengaruh pada perkembangan dimasa yang akan datang khususnya pada aspek kemandirian. Anak yang masih berperilaku dependen dimasa depan akan memiliki kecenderungan tidak mandiri.

Ada asumsi bahwa kemandirian sebagai aspek psikologis itu berkembang tidak dalan kevakuman atau diturunkan dari orang tuanya. Oleh karen itu, diperlukan strategi yang tepat bagi pengembangan pembentukan kemandirian anak. Guru dapat melakukan intervensi-intervensi positif sebagai ikhtiar pembentukan kemandirian anak usia dini.

Adapun strategi pembelajaran dalam membentuk kemandirian anak usia dini, antara lain:

a. Penciptaan partisipasi dan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran. Hal ini dapat diwujudkan dengan:

1. Saling menghargai antar peserta didik

2. Keterlibatan dalam memecahkan masalah peserta didik b. Penciptaan keterbukaan.


(56)

1. Toleransi terhadap perbedaan pendapat.

2. Memberikan alasan terhadap keputusan yang diambil bagi peserta didik. 3. Keterbukaan terhadap minat peserta didik

4. Mengembangkan komitmen terhadap tugas peserta didik. 5. Kehadiran dan keakraban hubungan dengan peserta didik. c. Penciptaan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan.

Hal ini dapat diwujudkan dengan:

1. Mendorong rasa ingin tau peserta didik.

2. Adanya jaminan rasa aman dan kebebasan untuk mengeksplorasi lingkungan. 3. Adanya aturan, tetapi cenderung tidak cenderung mengancam bila ditaati. d. Penerimaan positif tanpa syarat.

Hal ini dapat diwujudkan dengan:

1. Menerima apapun kelebihan maupun kekurangan yang ada pada diri peserta didik.

2. Tidak membeda-bedakan peserta didik satu dengan yang lainnya.

3. Menghargai ekspresi potensi peserta didik dalam bentuk kegiatan produktif, apapun, meskipun sebenarnya hasilnya kurang memuaskan.

e. Empati terhadap peserta didik. Hal ini dapat diwujudkan dengan:

1. Memahami dan menghayati pikiran dan perasaaan peserta didik.

2. Melihat berbagai persoalan peserta didik dengan menggunakan perpektif atau sudut pandang peserta didik.


(57)

3. Tidak mudah mencela karya peserta didik betapapun kurang bagusnya karya itu.

f. Penciptaan kehangatan hubungan dengan peserta didik. Hal ini dapat diwujudkan dengan:

1. Interaksi secara akrab tetapi saling menghargai.

2. Menambah frekuensi interaksi dan tidak bersikap dingin terhadap peserta didik.

3. Membangun suasana humor dan komunikasi ringan dengan peserta didik.50

Dengan demikian dapatdisimpulkan bahwa kemandirian pada anak usia dini sangatlah penting di terapkan pada anak usia prasekolah. Tanggung jawab dari kemandirian ini adalah sesuatu yang tidak dapat muncul dengan tiba-tiba tetapi perlu diajarkan. Tanpa diajarkan anak-anak tentunya tidak tahu bagaimana harus membantu dirinya sendiri, namun tentu saja bantuan yang kita berikan tidak berlebihan, karena nantinya anak akan terus tergantung pada orang lain. Anak usia prasekolah sebenarnya sudah dapat melakukan kebutuhan dirinya secara mandiri. Maka disinilah peran guru perlu ditingkatkan dalam membimbing pembentukkan kemandirian anak melalui startegi yang mendukung terbentuknya kemandirian anak.

C. Manfaat metode bercerita dalam membentuk kemandirian anak usia dini

Secara fitrahnya, seorang bayi sudah memiliki naluri berkembang untuk mandiri, misalnya: bayi secara otomatis akan belajar untuk tengkurap, merayap

50

Dirman & Cicih Juarsih, Karakteristik Peserta Didik (Jakarta: Rineka Cipta, 2014), h. 84-86


(58)

merangkak sendiri.51 Seiring bertambahnya usia anak, maka semakin berkembang

pula kemandirian anak. Namun, terkadang orang tua kurang mendukung memberi kesempatan untuk proses kemandirian anak. Memberi pertolongan yang berlebihan dengan alasan sayang dapat membatasi anak untuk mengembangkan dirinya sehingga anak akan tumbuh sebagai manusia yang senantiasa bergantung.52

Guru merupakan orang kedua yang paling bertanggung jawab terhadap anak

didik setelah orang tua”.53

Guru sebagai orang dewasa dapat membantu anak mengembangkan potensinya untuk menjadi individu yang mandiri. Namun, tentunya guru harus mengerti tentang metode pembelajaran yang akan digunakan dalam mengembangkan potensi anak untuk menjadi individu yang mandiri. Pemahaman tentang metode pembelajaran adalah hal yang sangat penting. Metode pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang prosedur dan teknik yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.54

Seperti halnya dalam pengembangan potensi kemandirian anak. Guru supaya dapat menggunakan metode pembelajaran yang dapat membantu anak belajar mandiri. Belajar mandiri adalah memandang anak sebagai para menajer dan pemilik tanggung jawab dari proses pembelajaran mereka sendiri.55 Pembentukan

kemandirian anak perlu dilakukan sejak dini, dengan tujuan ketika anak sudah

51

Ida S Widayanti, Mendidik Karakter dengan Karakter (Jakarta: PT Arga Tilanta, 2012), h. 87.

52

Ibid, h.89 53

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam (Bandung: PT Rosda Karya, 2002) h. 74.

54

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 26. 55


(1)

Raja : “Hai prajuritku...umumkan kepada seluruh rakyatku, siapa saja yang dapat menyembuhkan sakit gigiku ini, maka aku akan memberikan hadiah yang sangat besar”.

Prajurit: “ Baik baginda, akan kami laksanakan...”

(prajurit memberikan pengumuman)

Prajurit: “ Pengumuman... Pengumuman..

Barang siapa yang dapat menyembuhkan sakit ggi Raja, maka Raja akan Memberikan hadiah yang sangat besar”.

(rakyat pun mulai mencari berbagai cara maupun mencari obat untuk dapat menyembuhkan sakit gigi Raja. Namun, tidak ada seorang pun yang dapat menyembuhkan sakit gigi Raja. Hingga, suatu ada seorang anak yang datang untuk menghadap kepada Raja. Anak tersebut bernama Popi)

Popi : “Wahai sang Raja, bolehkah aku menyembuhkan sakit gigimu”. Raja : “Siapa namau anak manis?”.

Popi : “Namaku Popi baginda. Aku tahu bagaimana cara menyembuhkan sakit gigimu baginda”.

Raja : “Benarkah? Kalau begitu bagaimana caranya nak?”. Popi : “Begini baginda”.

(Popi pun mengajarkan baginda cara menggosok gigi sambil bernyanyi) Sok gosok-gosok gosok gigi, gosok gigi

Sok gosok-gosok gosok gigi, gosok gigi Ambil sikat gigimu, oles pasta gigimu Mulai gosok gigimu

Gumamkanlah lagumu....emmm...emmm

“Nah...begitu baginda. Ayo...baginda harusikuti aku ya....”

(raja pun mengikuti cara yang diajarkan Popi, dan ajaib setelah itu sakit gigi Raja langsung hilang)

Raja : “Wah....gigiku sudah tidak sakit lagi....Engkau hebat sekali Popi. Terimaksih ya Popi”.


(2)

Popi : “Sama-sama baginda. Nah, ...agar baginda tidak sakit gigi lagi, baginda harus menggosok gigi sebanyak 2x dalam sehari pagi dan malam hari ketika mau tidur”.

Raja : “Baiklah anak manis...Sebagai balasannya apa yang engkau inginkan?”. Popi : “Tidak ada baginda, aku sudah merasa senang dapat menyembuhkan baginda”.

Raja : “Wah...mulia sekali hatimu nak, kalau begitu aku akan mengangkatmu menjadi anakku dan engkau boleh berkunjung ke istanaku ini kapan pun yang engkau mau”.

Popi : “Terima kasih baginda. Engkau sangat baik sekali”.

(Nah, sejak saat itu Popi diangkat sebagai anak oleh Raja dan Raja memerintahkan seluruh rakyatnya untuk selalu menggosok gigi sebanyak 2x dalam sehari).


(3)

PAKAI SEPATU SENDIRI

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah anak-anak libur semester pertama. Anak-anak terlihat begitu senang. Mereka belajar bernyanyi, membaca doa, mewarnai dan lain-lain. Pada hari ini guru mengajarkan lagu “Kring-kring bunyi

sepeda”.

Ibu guru : “Anak-anak ada yang tahu tidak, bagaimana bunyi sepeda?”. Meli : “Saya tahu bu....bunyinya kring-kring-kring”.

Bejo : “Iya bu guru....seperti sepeda ontel kakekku”.

Ibu guru : “Iya benar semua. Nah hari ini, kita akan belajar menyanyi, Kring-kring bunyi sepeda”.

(mereka pun ikut bernyanyi)

Kring-kring bunyi sepeda Sepedaku roda dua

Ku dapat dari ayah, karena rajin bekerja Tuktuk...tuktuk bunyi sepatu

Sepatuku kulit lembu

Ku dapat dari ibu, karena rajin membantu

Meli : “ Wah...itu seperti saya bu...Kemarin saya dapat hadiah sepatu dari ibuku”.

Bejo : “Wah...asyik dong Mel. Tetapi....kamu bisa tidak memakai sepatu sendiri Mel?”.

Meli : “Bisa dong...”.

Bejo : “Bagus dong....Saya kira tidak bisa memakai sepatu sendiri. Nanti.... bisa-bisa pulang sekolahnya ketinggalan terus, seperti si Panjul itu, (ha....ha...ha...)”.

Meli : “Ha....ha....iya si Panjul kan belum bisa memakai sepatu sendiri, jadi selalu menunggu minta dipakaikan oleh ibu guru, jadi pulangnya


(4)

ketinggalan deh dengan teman-teman yang lain”,

Ibu guru : “Eh....sudah...sudah tidak boleh mengejek Panjul seperti itu... Panjul akan belajar memakai sepatu sendiri. Iya kan Panjul?”. Panjul : “Em....iya bu guru, Panjul tidak mau lagi ditinggal teman-teman karena pakai sepatunya terakhir terus”.

Bejo : “Wah....bagus dong. Kalau Panjul sudah bisa memakai sepatu sendiri, si Panjul tidak ketinggalan lagi pulangnya dan kita bisa pulang bersama-sama jadi lebih asyik nih

Meli : “Hore...”.

(anak-anak pun mulai melanjutkan belajarnya kembali bersama ibu guru).


(5)

DATA SISWA KELOMPOK B2 TK KUNTUM MEKAR 2 TAHUNPELAJARAN 2016/2017

No Nama Siswa Jenis

Kelamin

Tempat/tanggal lahir 1 Ajizan Musaid L B.Lampung, 18 Januari 2011 2 Alfatih Damar Brilian L B.Lampung,28 Desember 2010 3 Aulia Adina Puri P B.Lampung,2 Juli 2011 4 Aurel Juliyana Andina P Muara Dua, 3 Juli 2010 5 Bintang Wira Yudha L B.Lampung, 29 Desember 2010 6 Dara Safira Wahyuni Purwoko P Way Dadi, 20 Juli 2011 7 Elang Mulah Ahmad L B.Lampung,3 Juni 2011 8 Fitri Ardila P B.Lampung,3 Agustus 2011 9 Fakhrii Muhammad Prayudha L Manna,13 Maret 2012 10 Karenina M Ayundya P B.Lampung, 2 Juni 2012 11 Keysha Aprilia P B.Lampung, 2 April 2011 12 Khaisara Medina Azzalea P B.Lampung, 27 September 2010 13 Kirana Zahwa Meylafizza P B.Lampung, 19 September 2011 14 Maulida Febiyani P B.Lampung, 5 Februari 2011 15 Muhammad Fahri Pramudya L B.Lampung 18 September 2010 16

Muhammad Fathin Mu’adz Zaky L B.Lampung, 27 April 2011

17 Muhammad Arif Wibowo L B.Lampung, 11 Juni 2011 18 M. Arkan Marzuki L B.Lampung, 14 Juli 2011 19 Mutiara Dara Calista P B.Lampung, 23 Maret 2011 20 Najah Robiatul Adawiyah P Kota Agung, 20 Maret 2011 21 Shaqila Nafisa Adlina P Way Dadi, 13 Januari 2012 22 Zavas Adli Wiguna L B.Lampung, 26 September 2010 23 Zian Aidan Kadafi L B.Lampung, 18 Mei 2011 24 Zivanda Azkia P B.Lampung, 3 Maret 2011


(6)