3 3. Anak usia dini
Menurut J.Black, anak usia dini dimulai sejak anak masih dalam kandungan atau sebelum dilahirkan sampai dengan usia 6 tahun.
9
Sedangkan menurut Undang- Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, anak adalah
kelompok manusia yang berusia 0 sampai dengan 6 tahun.
10
Adapun yang dimaksud dengan anak usia dini dalam skripsi ini adalah anak yang berada pada usia 5-6 tahun, yakni peserta didik yang berada di kelompok B yang
memiliki berbagai potensi yang harus dikembangkan. 4.
Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Taman kanak-kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung adalah
yaitu salah satu bentuk lembaga pendidikan bagi anak usia dini, khususnya pada jalur pendidikan formal bagi anak usia 4 tahun Kelompok A dan usia 5-6 tahun
Kelompok B, yang berada di bawah naungan yayasan Al-Fath Bandar Lampung dan tepatnya beralamatkan di Jalan Pulau. Damar Gg. Melati No.117 Way Dadi
Sukarame Bandar Lampung.
B. Alasan Memilih Judul
Adapun alasan penulis memilih judul ini adalah sebagai berikut:
1. Pentingnya membentuk kemandirian sejak dini, sebagai bekal dalam
mengikuti perkembangan anak yang semakin kompleks. 2.
Jika kemandirian sudah terbentuk pada anak, maka hal in dapat membantu anak dalam melaksanakan berbagai disiplin.
9
Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Usia Dini Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2012, h. 25
10
Departemen Pendidikan Nasional, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, 2004, h. 9.
4 3.
Manusia tidak selamanya hidup bergantung pada orang lain. Ada kalanya anak sendiri dan sudah tidak dekat dengan anak yang lain maupun orang
dewasa di sekitarnya.
C. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah hak warga negara, tidak terkecuali pendidikan di usia dini merupakan hak warga negara dalam mengembangkan potensinya sejak dini.
Usia dini merupakan pondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupannya di masa depan. Selain itu pendidikan di usia dini dapat mengoptimalkan
kemampuan dasar anak dalam menerima proses pendidikan di usia-usia berikutnya. Mengingat betapa pentingnya suatu pendidikan anak usia dini, maka
negara Republik Indonesia telah mengaturnya dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang pendidikan anak usia dini, yaitu seperti yang dijelaskan dalam Pasal 1
Butir 14: Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
pada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.
11
Dalam proses pendidikan, usia enam tahun pertama menjadi masa penting bagi seorang anak, karena setiap usaha yang dirancang untuk mengembangkan minat
dan potensi anak harus dilakukan pada masa awal ini. Oleh karena itu penguasaan metode-metode pembelajaran anak usia dini merupakan salah satu kompetensi yang
h arus dimiliki guru PAUD agar proses pembelajaran tersebut dapat mendorong
11
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional
Jakarta: Sinar Grafika, 2011, h. 4.
5 perkembangan anak, baik perkembangan intelektual, fisik maupun emosionalnya.
Dengan menguasai metode pembelajaran, seorang guru dapat mengelola proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya.
Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam kegiatan nyata, agar tujuan yang telah disusun tercapai
secara optimal.
12
Pembelajaran diarahkan pada pengembangan potensi dan kemampuan yang dimiliki seperti kemampuan berbahasa, sosio-emosional, motorik
dan intelektual. Untuk itu pembelajaran pada usia dini harus dirancang agar anak merasa tidak terbebani dalam mencapai tugas perkembangnya. Agar suasana belajar
tidak memberikan beban dan membosankan, suasana belajar perlu dibuat secara alami dan menyenangkan. Selain itu, karena anak merupakan individu yang unik dan sangat
variatif, maka unsur variasi individu dan minat anak juga perlu diperhatikan dan dikembangkan secara optimal.
Dalam kegiatan pembelajaran, anak adalah sebagai subjek dan bukan sebagai objek dalam kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah
kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk
mencapainya. Keaktifan anak didik disini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif tetapi pikiran dan mentalnya
kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di
12
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, h. 93.
6 dalam dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di
dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Penggunaan metode pengajaran yang tepat dan sesuai dengan karakter anak
akan dapat memfasilitasi perkembangan berbagai potensi dan kemampuan anak secara optimal serta tumbuhnya sikap dan perilaku positif bagi anak.
Secara teknis ada beberapa metode pengajaran yang dapat diterapkan pada anak usia dini yaitu
metode bermain, metode karyawisata, metode bercakap-cakap, metode demonstrasi, metode proyek, metode bercerita, metode pemberian tugas.
13
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu metode bercerita. Bercerita itu adalah sesuatu cara guru untuk menyampaikan nilai-nilai yang
ada di masyarakat dengan menggunakan alat media, guru dapat menarik perhatian anak agar warisan budaya kita bisa berkembang dari anak satu ke anak yang lain
14
. Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK
dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Metode bercerita ialah suatu cara menyampaikan materi pembelajaran melalui kisah-kisah atau cerita yang dapat
menarik perhatian anak. Jadi metode bercerita adalah salah satu pemberian pengalaman belajar yang disampaikan secara lisan pada anak dengan menggunakan
kisah-kisah atau cerita yang dapat menarik perhatian anak. Tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah agar anak mampu
mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak dapat bertanya apabila tidak memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan,
13
Moeslichatoen, Op Cit, h. 24.
14
Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini Bandung: Alfabeta, 2010, h. 90.
7 selanjutnya anak dapat menceritakan dan mengekpresikan terhadap apa yang
didengarkan dan diceritakannya, sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun dapat didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan, dan diceritakan pada
orang lain. Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik. Dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak, metode bercerita dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan
tentang hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai kompetensi dasar usia anak TK.
Al-Quran telah mengoptimalkan penggunaan kisahcerita untuk menetapkan nilai-nilai positif dalam diri seorang mukmin. Sehingga kisahcerita pun dapat
digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai baik melalui simpati dan empatinya dengan kehidupan seorang tokoh Islam terkemuka. Imam Al Ghazali
memaparkan tentang pengoptimalan penggunaan kisahcerita dalam proses pendidikan anak.
15
Sebagaimana Allah telah berfirman dalam Al Qur’an, berikut ini:
............
Artinya: “
Maka Ceritakanlah kepada mereka kisah-kisah itu agar mereka berfikir
”
. QS. AL-
A’Raf: 176.
16
15
Humammad Rasyid Dimas, 25 Kiat Mempengaruhi Jiwa Akal Anak Jakarta: Robbani Pers, 2009, h. 225.
16
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya Jakarta: Gema Risalah Pers,
1993, h. 413.
8 Berdasarkan ayat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa metode bercerita
dapat memberikan rangsangan positif terhadap anak terutama untuk menanamkan nilai-nilai positif yang berlaku di masyarakat. Oleh karena itu materi yang
disampaikan berbentuk cerita yang awal dan akhirnya berhubungan erat dalam kesatuan yang utuh, alurnya ceritanya pun tidak terlalu menyimpang dari isi cerita.
Oleh karena itu, guru harus mempersiapkan terlebih dahulu secara matang cerita yang akan disajikan, sehingga anak pun dapat menerima dan memahaminya.
Biasanya kegiatan bercerita dilaksanakan pada kegiatan penutup, sehingga kalau anak pulang, anak menjadi tenang dan senang setelah mengikuti pembelajaran.
Namun demikian pada prakteknya tidak selalu pada saat kegiatan penutup, bercerita dapat dilakukan pada saat kegiatan pembukaan, kegiatan inti maupun pada waktu-
waktu senggang di sekolah, misalnya pada saat waktu istirahat, karena mendengarkan cerita adalah sesuatu yang mengasyikkan bagi anak usia Taman Kanak-kanak.
Ada beberapa tehnik bercerita yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita, antara lain:
a. Membaca langsung dari buku cerita
b. Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku
c. Menceritakan dongeng
d. Bercerita dengan menggunakan papan flanel
e. Bercerita dengan menggunakan media boneka
f. Dramatisasi suatu cerita
g. Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan.
17
Agar kegiatan bercerita pun dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, guru sebaiknya menguasai langkah-langkah bercerita sebagai berikut:
17
Montolalu, dkk, Bermain dan Permianan Ana k Jakarta: Universitas Terbuka, 2012, h. 10.13.
9 1.
Mengkomunikasikan tujuan dan tema cerita 2.
Mengatur tempat duduk 3.
Melaksanakan kegiatan pembukaan 4.
Mengembangkan cerita 5.
Menetapkan tehnik bertutur 6.
Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.
18
Metode bercerita sangat umum digunakan dalam pembelajaran anak usia dini, khususnya dalam menyampaikan pesan-pesan dan nilai-nilai yang hendak
diinternalisasikan kepada anak sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari- hari anak.. Adapun kelebihan metode ini adalah: dapat meningkatkan motivasi anak
untuk belajar, karena anak sangat senang dengan cerita-cerita. Sangat sesuai untuk pendidikan afektif nilai, sebab metode ini dapat menyampaikan nilai-nilai kebaikan
kepada anak melalui contoh-contoh dalam cerita sehingga mendorong anak untuk melakukan kebaikan tersebut, sekaligus menghindari perbuatan buruk yang
digambarkan dalam cerita guru. Tidak membutuhkan banyak alat dan media pembelajan.
Adapun kelemahannya antara lain: dalam pembelajaran ini biasanya guru lebih dominan, sehingga peran aktif anak sedikit terbatas. Oleh karena itu, guru harus
mampu mengkolaborasikan metode ini dengan metode-metode yang lainnya seperti tanya jawab dan bernyanyi. Guru dituntut untuk benar-benar menguasai teknik
bercerita yang baik, sehingga anak tertarik dengan cerita yang dibawakannya sekaligus pesan yang ingin disampaikan akan diterima anak dengan baik.
Salah satu potensi yang ada dalam diri anak usia dini yang harus dikembangkan adalah kemandirian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mandiri diartikan
18
Masitoh, dkk, Strategi Pembelajaran TK Jakarta: Universitas Terbuka, 2011, h. 10.16.
10 sebagai keadaan yang dapat menjadikan individu berdiri sendiri, tidak tergantung
pada orang lain. Kemandirian sendiri merupakan hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain.
19
Kemandirian adalah sikap dan perilaku seseorang yang mencerminkan perbuatan yang cenderung individual mandiri, tanpa
bantuan dan pertolongan dari orang lain. Kemandirian identik dengan kedewasaan, berbuat sesuatu tidak harus
ditentukan atau diarahkan sepenuhnya oleh orang lain. Kemandirian anak sangat diperlukan dalam rangka membekali mereka untuk menjalani kehidupan yang akan
datang. Dengan kemandirian ini seorang anak akan mampu untuk menentukan pilihan yang ia anggap benar, selain itu ia berani memutuskan pilihannya dan
bertanggung jawab atas resiko dan konsekwensi yang diakibatkan dari pilihannya tersebut. Kemandirian anak usia dini dapat diukur dengan indikator - indikator yang
telah dikemukakan oleh beberapa ahli. Di mana indikator tersebut merupakan pedoman dalam melihat dan mengevaluasi perkembangan dan pertumbuhan anak.
Menurut Diane Trister Dodge, kemandirian anak usia dini dapat dilihat dari pembiasaan perilaku dan kemampuan anak dengan indikator:
20
Adapun secara rinci dijabarkan sebagai berikut ini:
a. Kemampuan fisik
Kemampuan fisik dalam hal ini maksudnya adalah kemandirian dalam hal memenuhi kebutuhan. Seorang anak dikatakan mandiri secara fisik jika ia
dapat bekerja sendiri, mampu menggunakan fisiknya untuk melakukan segala aktivitas hidupnya. Misalnya: anak dapat mencuci tangan sendiri.
19
Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia Edisi Ketiga Jakarta: Balai Pustaka, 2003, h. 360.
20
Martinis Yamin Jamilah Sabri Sanan, Panduan PAUD Jakarta: Referensi Gaung Persada Press Group, 2013, h. 60.
11 a.
Percaya diri Anak mampu dan berani menentukan pilihan sendiri. Anak mandiri memiliki
kemampuan dan keberanian dalam menentukan pilihan sendiri dan mengambil keputusan dengan berani mengambil resiko.
b. Bertanggung jawab
Anak mampu bertanggung jawab menerima konsekwensi yang menyertai pilihannya. Di dalam mengambil keputuan atau pilihan tentu ada konsekwensi
yang melekat pada pilihannya. Anak yang mandiri dia bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya apapun yang terjadi tentu saja bagi anak Taman
Kanak-kanak tanggung jawab pada taraf yang wajar. Misalnya tidak menangis ketika ia salah mengambil alat mainan dan mau membereskan kembali.
c. Disiplin
Anak mampu memahami adanya keseimbangan antara waktu menikmati masa kanak-kanak bermain yang memang hak anak dan waktu untuk melakukan
rutinitas sehari-hari makan, mandi, tidur dan tugas-tugas sekolah yang merupakan kewajiban anak tanpa harus bergantung dengan orang lain,
walaupun terkadang masih memerlukan bimbingan dari orang dewasa.
d. Pandai bergaul
Anak mampu mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain. Anak mampu bersosialisasi tanpa harus
ditemani oleh orang tuanya.
e. Saling berbagi
Anak memiliki sifat mau berbagi, baik dengan teman maupun saudara, dalam bentuk benda, maianan maupun makanan ataupun bantuan. Dengan demikian,
anak akan terbiasa untuk menolong orang yang lebih membutuhkan tanpa harus diperintah oleh orang lain.
f. Mengendalikan emosi
Anak dapat mengontrol emosinya bahkan dapat berempati terhadap orang lain, mampu mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan
amarah, menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah pribadi.
Adapun secara rinci, indikator kemandirian yang akan dikembangkan dalam
penelitian ini adalah berdasarkan teori yang telah digagas oleh Diane Trister Dodge, dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1 Indikator Pencapaian Kemandirian Anak
No
Aspek Yang Akan Dikembangkan
Indikator
1 Kemampuan fisik
Anak dapat makan sendiri 2
Percaya diri Anak dapat tampil di depan kelas tanpa ditemani
12 guru
3 Bertanggung jawab
Anak dapat membereskan peralatan makan sendiri Anak dapat membereskan mainan yang telah
digunakan 4
Disiplin Anak mau masuk kelas setelah waktu bermain
selesai 5
Pandai bergaul Anak dapat bergaul dengan siapa saja
6 Saling berbagi
Anak mau berbagi makanan pada teman yang tidak membawa makanan
Anak mau bergantian alat permainan dengan temannya
7 Mengendalikan emosi Anak dapat mengendalikan amarah
Anak mau langsung meminta maaf bila melakukan kesalahan
Sumber: Teori Diane Trister Dodge
Unsur-unsur indikator kemandirian tersebut di atas, tentu pada anak usia dini berbeda dengan makna kemandirian bagi orang dewasa. Bagi anak usia dini
kemandirian sifatnya masih dalam taraf sangat sederhana, sesuai dengan tingkat perkembangannya. Hal ini terlihat dalam tingkah laku anak.
Anak yang mandiri adalah anak yang memiliki kepercayaan diri dan motivasi yang tinggi. Sehingga
dalam setiap tingkah lakunya tidak banyak menggantungkan diri pada orang lain. Anak yang kurang mandiri selalu ingin ditemani atau ditunggui oleh orang tuanya,
baik pada saat sekolah maupun pada saat bermain. Kemana-mana harus ditemani orang tua atau saudaranya. Berbeda dengan anak yang memiliki kemandiran, ia
berani memutuskan pilihannya sendiri, misalnya: mau bermain apa, bermain dengan siapa. Selain itu, tingkat kepercayaan dirinya lebih nampak, dan mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan teman bermain maupun orang asing yang baru dikenalnya.
13 Kemandirian merupakan salah satu karakter dasar yang harus dibentuk pada
saat usia dini. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk memperkenalkan nilai- nilai karakter pada anak, salah satunya karakter mendiri, antara lain: metode
keteladanan, metode pembiasaan, metode bercerita, metode karyawisata.
21
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk membentuk kemandirian pada anak usia dini
adalah melalui metode bercerita. Misalnya: guru bercerita dengan tehnik mendongeng tentang cara menggosok gigi sendiri.
Anak diajarkan menggosok gigi dengan cara perlahan-lahan. Setelah anak mendengarkan cerita, anak mulai dapat mempraktekkan cara menggosok gigi yang
benar. Dengan demikian, melalui refleksi dari apa yang dilakukan anak merupakan salah satu cara untuk memandirikan anak melalui cerita dan belajar dari
pengalaman.
22
Selain itu, dapat juga melalui mendongeng tentang binatang, misalnya: buaya yang suka makan permen dan akhirnya sakit gigi.
23
Manfaat yang dapat diambil yaitu bahwasannya anak dapat merefleksikan hal-hal yang baik dalam
kehidupan sehari-hari dari cerita yang telah di dengar sebelumnya. Manfaat lain dari metode bercerita, yaitu akan lebih mudah untuk
menanamkan nilai-nilai yang dapat digunakan untuk membentuk kemandirian anak, karena anak akan menerima pembelajaran yang disampaikan guru dengan perasaan
senang dan tanpa disadarinya karena anak terhanyut dengan isi cerita yang dismapaikan. Sehingga anak dapat merekam langsung dalam memorinya mengenai
nilai-nilai yang disampaikan melalui cerita.
21
Muhammad Fadillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Op Cit, h. 166.
22
Martinis Yamin Jamilah Sabri Sanan, Op Cit, h. 87.
23
Ida S Widyanti, Mendidik Karakter dengan Karakter Jakarta: Arga Tilanta, 2012, h. 98.
14 Namun ternyata, berdasarkan prasurvey peneliti di lapangan, didapatkan data
bahwa guru-guru di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung belum dapat mengambil manfaaat dari kegiatan bercerita secara optimal
dalam mengembangkan kemandirian pada anak. Sehingga ada anak yang belum terbentuk kemandiriannya, diantaranya: masih ada anak yang belum dapat makan
sendiri, tidak berani tampil di depan kelas harus ditemani ibu guru, belum dapat membuka ataupun menutup peralatan makannya sendiri, belum dapat membereskan
mainan yang telah digunakan.
24
Berikut ini adalah hasil pra survey peneliti terhadap kemandirian anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung.
Tabel 2 Hasil pra survey terhadap kemandirian anak melalui manfaat metode bercerita
Di kelompok B2 TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
Aspek Yang Akan
Dikembangkan Indikator
Teori Diane Trister Dodge
Penilaian BB
MB BSH BSB
Kemampuan fisik
1. Anak dapat makan sendiri
5 10
9 -
Percaya diri 2.
Anak dapat tampil di depan kelas tanpa ditemani guru
13 9
2 -
Bertanggung jawab
3. Anak dapat membereskan
peralatan makan sendiri 8
12 4
- 4.
Anak dapat membereskan mainan yang telah digunakan
10 9
5 -
Disiplin 5.
Anak mau masuk kelas setelah waktu bermain selesai
12 7
5 -
Pandai bergaul 6.
Anak dapat bergaul dengan siapa saja
14 7
3 -
Saling berbagi 7.
Anak mau berbagi makanan pada teman yang tidak
membawa makanan 5
16 3
-
24
Peneliti, Hasil Observasi, di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung, tanggal 12 April 2015.
15 Mengendalikan
emosi 8.
Anak mau bergantian alat permainan dengan temannya
13 9
2 -
9. Anak dapat mengendalikan
amarah 10
10 4
- 10.
Anak mau langsung meminta maaf bila melakukan
kesalahan 12
8 4
-
Jumlah 102
97 41
-
Sumber:
Hasil Pra Survey Peneliti , di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung, tanggal 12 Oktober 2016
Ket:
1. BB Belum Berkembang
Apabila anak belum mampu melakukan sendiri 2.
MB Mulai Berkembang Apabila anak dapat melakukan kegiatan dengan sedikit bantuan guru
3. BSH Berkembang Sesuai Harapan
Apabila anak mampu melakukan kegiatan sendiri 4.
BSB Berkembang Sangat Baik
Apabila anak mampu membantu teman yang belum bisa
Keberhasilan pembelajaran dilihat dari jumlah peserta didik yang mencapai lebih dari 75 dari jumlah peserta didik yang ada di kelas. Artinya jika anak yang
ada di dalam kelas sudah mencapai 75 lebih Berkembang Sesuai Harapan, maka proses pembelajaran berhasil dan penggunaan metode bercerita mempunyai pengaruh
yang sangat signifikan terhadap perkembangan aspek kemandirian anak. Namun, berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan
kemandirian anak masih rendah. Berikut ini, adalah pencapaian kemandirian anak yang Berkembang Sesuai Harapan BSH dapat diketahui hanya 17,03 Mulai
Berkembang MB sebesar 40, 41 dan Belum Berkembang BB sebesar 42,50 . Oleh karena itu, anak-anak masih memerlukan pembinaaan yang tepat yang dalam
membentuk potensi kemandiriannya sehingga dapat berkembang secara optimal, sebagai bekal anak untuk memasuki kehidupan sosial yang lebih luas.
16 Berdasarkan penemuan masalah-masalah terebut di atas, maka hal inilah yang
mendorong penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi “Manfaat Metode
Bercerita dalam Membentuk Kemandirian Anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung”.
D. Fokus Penelitian
Adapun penelitian ini difokuskan pada pembentukan kemandirian anak di kelompok B2 Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung,
tahun pelajaran 20162017 dengan berdasarkan pada pengembangan indikator menurut teori Diane Trister Dodge, melalui penggunaan metode bercerita. Dimana
dalam tahap pelaksanaanya disesuaikan dengan tahap perkembangan anak usia dini.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian tersebut, maka rumusan masalah dalam skripsi ini adalah: “Apakah manfaat metode bercerita dalam
membentuk kemandirian anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung?
”. F.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat metode bercerita dalam membentuk kemandirian pada anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum
Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung.
G. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak, antara lain: 1.
Lembaga Taman Kanak-Kanak
17 Sebagai bahan masukan bagi lembaga Taman Kanak-Kanak untuk dapat
meningkatkan berbagai potensi peserta didik, khususnya dalam membentuk kemandirian pada anak melalui metode bercerita.
2. Guru Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman guru dalam memanfaatkan
metode bercerita sebagai alternatif guru dalam memilih strategi pembelajaran yang efektif dalam membentuk kemandirian anak.
3. Anak didik Anak dapat mengembangkan segala potensi kemandirian yang dimilikinya
dengan stimulus yang tepat dan sesuai dengan tingkat perkembangannya, tanpa merasa terbebani dengan penggunaan metode pembelajaran yang ada.
18
BAB II LANDASAN TEORI
A. Metode Bercerita