2.4 Pelayanan Kesehatan
Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 memberikan batasan kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi. Batasan yang diangkat dari batasan kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO yang terbaru ini,
sangat luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan sebelumnya yang menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental maupun sosial, dan
bebas dari penyakit dan cacat. Pada batasan yang terdahulu, kesehatan itu hanya mencapai tiga aspek, yaitu: fisik, mental dan sosial, tetapi menurut Undang-Undang
Nomor 23 tahun 1992, kesehatan mencakup empat aspek yaitu: fisik, mental, sosial, dan ekonomi. Notoadmojo, 2007:3.
Hal tersebut dapat diartikan kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti
mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Bagi yang belum memasuki usia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja atau usia
lanjut, berlaku produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan, misalnya sekolah atau kuliah bagi anak dan remaja, dan kegiatan pelayanan sosial bagi usia lanjut.
Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok atau masyarakat. Maka dari itu
kesehatan bersifat holistik atau menyeluruh. Wujud atau indicator dai masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan individu antara lain sebagai berikut:
a. Kesehatan Fisik, terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit dan memang secara klinis tidak sakit. Semua organ tubuh normal dan berfungsi secara baik.
Universitas Sumatera Utara
b. Kesehatan Mental Jiwa, mencakup tiga komponen yaitu: pikiran, emosional, dan spiritual. Pikiran yang sehat tercermin dari cara berfikir seseorang yaitu mampu
berfikir secara logis atau masuk akal. Emosional tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya gembira, takut, sedih, dan lain
sebagainya. Spiritual tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian atau penyembahan terhadap sang pencipta alam dan seisinya Tuhan
Yang Maha Esa. c. Kesehatan Sosial, terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang
lain secara baik atau pun mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain tanpa membeda-bedakan ras, suku, atau kepercayaan, status social, ekonomi, politik dan
sebagainya. d. Kesehatan dari Aspek Ekonomi, terlihat dari produktifitas seseorang dewasa
dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menghidupi dirinya sendiri dan keluarga secara finansial. Bagi anak, remaja dan usia lanjut
dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Bagi mereka, produktifitas disini diartikan mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya
sekolah ataupun kuliah bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan pelayanan atau keagamaan bagi para usia lanjut.
Berdasarkan uandang-undang kesehatan tersebut, untuk mewujudkan kesehatan maka pemerintah melakukan berbagai upaya. Upaya kesehatan adalah
kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat. Hal ini berarti, dalam rangka mewujudkan derajat
kesehatan ini, baik kesehatan individu, kelompok, ataupun masyarakat harus
Universitas Sumatera Utara
diupayakan. Upaya mewujudkan kesehatan ini dilakukan oleh individu, kelompok, masyarakat, baik secara lembaga oleh pemerintah ataupun swadaya masyarakat
LSM. Dilihat dari sifatnya, upaya mewujudkan kesehatan tersebut dapat dilihat dai
dua aspek yaitu, pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan mencakup dua aspek yaitu: kuratif pengobatan penyakit, rehabilitatif
pemulihan kesehatan setelah sembuh dari sakit atau cacat. Sedangkan peningkatan kesehatan mencakup dua aspek yaitu: preventif pencegahan penyakit dan promotif
peningkatan kesehatan. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan diwujudkan dalam suatu
wadah pelayanan kesehatan, yang disebut sarana atau pelayanan kesehatan helath service. Jadi, pelayanan kesehatan adalah tempat atau sarana yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan. Dilihat dari sifat upaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan, pada umumnya
dibedakan menjadi tiga: a. Sarana Pelayanan Kesehatan Primer primary care
Sarana atau pelayanan kesehatan bagi kasus-kasus atau penyakit ringan. Sarana kesehatan primer ini adalah yang paling dekat bagi masyarakat, artinya
pelayanan kesehatan yang paling pertama menyentuh masalah kesehatan di masyarakat.
b. Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Dua Sarana atau pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus atau penyakit-
penyakit dari kesehatan pelayanan primer. Artinya, sarana pelayanan kesehatan ini
Universitas Sumatera Utara
menangani kasus-kasus yang tidak atau belum bias ditangani oleh sarana kesehatan primer, karena peralatan atau keahliannya belum ada. Misalnya, Puskesmas dengan
rawat inap Pus-Kesma RI, Rumah Sakit Kabupaten, Rumah sakit tipe D dan C, Rumah Bersalin.
c. Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Tiga Sarana pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus yang tidak dapat
ditangani oleh sarana-sarana pelayanan kesehatan primer seperti disebutkan diatas. Misalnya, Rumah Sakit Provisi, Rumah Sakit tipe B atau A.
Sarana pelayanan kesehatan primer seperti telah diuraikan diatas, disamping melakukan pelayanan kuratif, juga melakukan pelayanan rehabilitatif, preventif, dan
promotif. Oleh sebab itu, Puskesmas khusunya melakukan pelayanan kesehatan yang lengkap atau komperehensif preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Dilihat
dari empat dimensi kesehatan seperti diuraikan diatas yaitu fisik, mental, sosial, dan ekonomi, maka pelayanan kesehatan tersebut harus juga melakukan pelayanan
kesehatan fisik, mental, sosial, dan ekonomi. Dalam realita sosial memang keempat aspek tersebut sulit dipisahkan. Oleh sebab itu, pelayanan kesehatan yang baik harus
bersifat hilistik, artinya mencakup sekurang-kurangnya pelayanan kesehatan fisik dan mental.
Pemberian layanan kesehatan harus memahami status kesehatan dan kebutuhan layanan kesehatan masyarakat yang dilayaninya dan mendidik masyarakat
tentang layanan kesehatan dasar dan melibatkan masyarakat dalam menentukan bagaimana cara yang paling efektif menyelenggarakan layanan kesehatan.
Masyarakat tidak akan mampu menilai dimensi kompetensi teknis dan tidak
Universitas Sumatera Utara
mengetahui layanan kesehatan apa yang dibutuhkannya. Agar dapat menjawab pertanyaan tersebut, perlu dibangun suatu hubungan yang saling percaya antara
pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat
2.5 Masyarakat