Akibat – akibat Hukum Terjadinya Peralihan Harta Waris Tanah. Pengetahuan Masyarakat Kota Stabat Tentang Manfaat Sertifikat Tanah.

60 7 Bukti pelunasan pembayawan Pajak Penghasilan PPh, dalam hal pajak tersebut terutang. 2. Jika hak atas tanah yang dihibahkan belum ditentukan bagiannya, maka pendaftaran peralihan haknya dilakukan kepada para ahli waris dan penerimaan hibah wasiat sebagai harta bersama.

4. Akibat – akibat Hukum Terjadinya Peralihan Harta Waris Tanah.

Akibat-akibat hukum terjadinya peralihan harta waris tanah apabila persyaratan permohonan peralihan hak atas tanah karena warisan dipenuhi, maka Kantor Badan Pertanahan akan melakukan pencatatan peralihan hak dalam buku tanah, sertifikat dan daftar lainnya, yaitu sebagai berikut : a. Nama pemegang hak lama di dalam buku tanah dicoret dengan tinta hitam dan dibubuhi paraf Kepala Kantor Pertanahan atau Pejabat yang ditunjuk; b. Nama atau nama-nama pemegang hak yang baru dituliskan pada halaman dan kolom yang ada dalam buku tanahnya dengan dibubuhi tanggal pencatatan, dan besarnya bagian setiap pemegang hak dalam hal penerima hak beberapa orang dan besarnya bagian yang ditentukan dan ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan atau Pejabat yang ditunjuk dan cap dinas Kantor Pertanahan; c. Perubahan nama pemegang hak juga dilakukan pada sertifikat hak yang bersangkutan dan daftar-daftar umum lain yang memuat nama pemegang hak yang lama; Universitas Sumatera Utara 61 d. Nomor hak dan identitas dari tanah yang dialihkan dicoret dari daftar nama pemegang hak lama dan nomor hak dan identitas tersebut dituliskan pada daftar nama penerima hak. e. Adanya suatu jaminan kepastian hukum sebagai alat bukti kepemilikan yang kuat atas tanah terhadap ahli waris atau pemilik baru atas tanah tersebut.

5. Faktor Penghambat yang Timbul Dalam Melakukan Pendaftaran Tanah

Warisan di Kota Stabat Hasil wawancara di lapangan menemukan faktor-faktor penghambat yang menyebabkan mayoritas masyarakat Kota Stabat tidak mendaftarkan tanah warisannya, yakni : 1. Banyak yang tidak mengetahui bahwa tanah tersebut harus didaftarkan lagi dan juga tidak mengetahui manfaat pendaftaran tanah. 2. Belum adanya kata sepakat diantara para ahli waris dalam porsi pembagian tanah warisan tersebut. 3. Masih adanya sengketa terhadap tanah warisan tersebut dengan pihak ketiga. 4. Adanya presepsi di masyarakat bahwa proses pendaftaran peralihan tanah warisan itu rumit dan berbelit-belit, sehingga timbul rasa malas dan tidak perduli akan pendaftaran tanah. 5. Adanya presepsi di masyarakat bahwa proses pendaftaran peralihan tanah warisan itu akan memakai biaya yang besar. 6. Banyak yang merasa takut jika didaftarkan, mungkin Pajak Bumi dan Bangunan atau pajak-pajak lainnya akan semakin mahal. Universitas Sumatera Utara 62 7. Masih adanya Janda dari pewaris tersebut, sehingga ahli warisnya enggan untuk membagi dan mendaftarkan tanah warisan tersebut meskipun pewaris telah meninggal dan dipenuhinya syarat-syarat dari waris, disebabkan oleh pengaruh hukum Adat masyarakat tersebut. 8. Masalah ekonomi, mereka beranggapan bahwa mendaftarkan kembali tanah warisan tersebut bukan merupakan kebutuhan pokok, dan masih banyak keperluan lainnya, lagipula tanah tersebut tidak akan jatuh ke tangan orang lain, karena sertifikatnya tetap atas nama Ayahnya Ibunya Almarhum. 9. Tidak adanya sanksi yang tegas apabila mereka terlambat melakukan pendaftaran tanah warisan tersebut, ataupun apabila mereka sama sekali tidak melakukan pendaftaran tanah warisan tersebut. 10. Masyarakat enggan membayar BPHTB Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dan kewajiban-kewajiban lainnya sehubungan dengan pendaftaran tanah warisan, karena dianggap terlalu mahal. 11. Tidak adanya sanksi tegas yang diberikan oleh Pemerintah dalam hal ini pihak Badan Pertanahan Nasional apabila para ahli waris tidak mendaftarkan peralihan hak atas tanah karena pewarisan. Pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 ada mengatur mengenai pendaftaran peralihan hak atas tanah karena pewarisan, namun apa yang tercantum dalam pasal tersebut tidak bersifat memaksa, hanya bersifat mengatur saja. Oleh sebab itu, banyak terjadi di dalam masyarakat dari dulu hingga sekarang, bahwa masih banyaknya pemilik tanah warisan atau ahli waris yang tidak mendaftarkan Universitas Sumatera Utara 63 tanah warisan yang diperolehnya meskipun peralihan tersebut sudah terjadi lebih dari 10 sepuluh tahun yang lalu. Salah satu faktor yang membuat para ahli waris tidak takut untuk tidak mendaftarkan peralihan hak atas tanah karena pewarisan ini karena bagi mereka adalah karena kepastian hak atas tanah masih tetap sama. Alasan-alasan yang dikemukakan oleh masyarakat Kota Stabat mengenai faktor-faktor yang membuat mereka masih enggan melakukan pendaftaran tanah warisan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Muhammad Yamin dan Abdul Rahim Lubis, bahwa hal ini dikarenakan oleh belum terwujudnya kepastian hukum pendaftaran tanah. Secara yuridis teknis, tujuan utama pendaftaran tanah adalah untuk menciptakan kepastian hukum dan menjamin perlindungan hukum. Dalam pada kenyataannya, kepastian hukum pendaftaran tanah tersebut belum dapat dirasakan oleh masyarakat. Artinya dalam kenyataan sepanjang hidup kita ini, masih dianggap tidak ada kepastian hukum dari adanya pendaftaran tanah di Negara ini, sebab sertifikat belum menjamin sepenuhnya hak atas tanah seseorang. 51 Tidak terwujudnya kepastian hukum tersebut didorong oleh beberapa faktor seperti : 52 1. Faktor Sejarah Kepemilikan Tanah Ketika kita mengkaji riwayat kepemilikan tanah yang didasarkan pada Hukum Adat, maka pendaftaran tanah tidak merupakan keharusan dan kalaupun ada 51 Muhammad Yamin dan Abdul Rahim Lubis, Ibid, hal 177-178. 52 Ibid, hal 178-181. Universitas Sumatera Utara 64 kegiatan semacam pendaftaran tanah di masyarakat adat hanya untuk kepentingan pemunguta pajak. Oleh karenanya pendaftaran tanah tidak dianggap sebagai kewajiban yang dapat memberikan manfaat bagi hak atas tanah masyarakat. Apalagi kepemilikannya semula adalah kepemilikan yang bersifat kolektif, maka bukti hak tidak menjadi sesuatu yang sangat diperlukan, sehingga pada ketika itu, masyarakat tidak mau mendaftarkan tanah. Dan bukti tanah selalu diabaikan sehingga kepentingan untuk kepastian hukum tidak terwujud dengan baik. 2. Faktor Psikologi Masyarakat Masyarakat tidak memahami adanya suatu perbedaan yang berarti antara adanya sertifikat dari tanahnya atau dengan tidak adanya sertifikat atas tanahnya. Bahkan di mata masyarakat, perlindungan yang diberikan Negara terhadap pemegang sertifikat hampir sama dengan yang tidak memiliki sertifikat. Realitas dengan tidak adanya jaminan yang lebih dari Negara ini, melemahkan keinginan masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya. 3. Faktor Kelemahan Aturan Pendaftaran Tanah Sampai saat ini, masih banyak masyarakat yang tidak tahu mengenai aturan pendaftaran tanah. Oleh karena itu, secara material aturan pendaftaran tanah seharusnya diharapkan dapat mempercepat terwujudnya pelaksanaan pendaftaran tanah di Negara ini. Namun kenyataannya malah bidang tanah yang terdaftar jumlahnya tidak banyak bila dibandingkan dengan tanah-tanah yang belum terdaftar. Karena itu dapat dikatakan tidak dijumpai realitas Universitas Sumatera Utara 65 perlindungan hukum atas aturan tersebut, bahkan isi aturan itu tidak dapat dipertahankan untuk memberikan alat bagi pencapaian target terwujudnya sertifikat hak atas tanah di Indonesia. 4. Faktor Pelaksana dan Pelaksanaan Masih banyaknya keluhan masyarakat pada pelaksanaan dari pendaftaran tanah. Akibat pelaksanaan yang dianggap tidak tegas, kabur, dan berbelit- belit. Dan bahkan terjadi lagi beda tafsir dalam melakukan pekerjaannya. Tentu jika ini muncul, maka sudah pasti tidak akan terdorong lagi minat masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya. Masyarakat merasa susah, terbebani dan belum tentu ada banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat dari adanya pendaftaran tanah. 5. Faktor intervensi Undang-undang Perpajakan dan Biaya lain. Bagi masyarakat yang ingin mendaftarkan tanahnya, sudah mengeluh terlebih dahulu, karena mereka memperkirakan bahwa mendaftarkan tanah adalah mahal biayanya. Padahal sebenarnya jika dijalankan dengan benar, maka biaya pendaftaran tanah adalah relatif sangat murah. Di samping harus memenuhi biaya pemohon yang ditetapkan aturan pendaftaran tanah, masih ada juga biaya-biaya lain atas perintah Undang-undang yang tidak dapat diabaikan, seperti Undang-undang BPHTB Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang mewajibkannya untuk dibayar jika terjadi peralihan dan perolehan hak atas tanah. Semua biaya yang dibebankan dari ketentuan aturan pendaftaran tanah itu sendiri membuat masyarakat enggan mendaftarkan tanahnya. Universitas Sumatera Utara 66

BAB III KESADARAN HUKUM MASYARAKAT KOTA STABAT DALAM

MELAKUKAN PENDAFTARAN TANAH WARISAN DI KOTA STABAT

A. Tinjauan Umum Tentang Kesadaran Hukum 1.

Pengertian, indikator dan faktor yang mempengaruhi Kesadaran Hukum. Berbicara mengenai ketaatan hukum, maka kita tidak dapat terlepas dari kesadaran hukum, karena keduanya mempunyai hubungan yang erat. Seseorang akan mudah muncul kepatuhan hukumnya, jika ia menyadari pentingnya hukum. Tidak mungkin seseorang dapat patuh terhadap hukum, jika ia tidak memahami hukum. Selain itu, kesanggupan untuk memahami hukum secara logis akan diikuti oleh kemampuan untuk menilainya, terlepas dari adil atau tidaknya hukum tersebut. 53 Masyarakat pada umumnya berpendapat bahwa kesadaran hukum yang tinggi mengakibatkan para warga masyarakat mematuhi ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku. Sebaliknya, apabila kesadaran hukum sangat rendah, maka derajat kepatuhan hukum juga tidak tinggi. 54 Dengan demikian, pendapat tersebut berkaitan dengan berfungsinya hukum dalam masyarakat atau efektifitas dari ketentuan-ketentuan hukum di dalam pelaksanaannya. Jadi kesadaran hukum menyangkut masalah apakah ketentuan hukum benar-benar berfungsi atau tidak dalam masyarakat. 55 53 Ronny Hanitijo Soemitro, Permasalahan Hukum di dalam Masyarakat, Alumni, Bandung, 1990, hal 81 54 Ibid, hal. 228 55 Soerjono Soekanto, Kegunaan Sosiologi Hukum Bagi Kalangan Hukum, Alumni, Bandung, 1979, hal. 46-47. 66 Universitas Sumatera Utara 67 Menurut RM. Sudikno Mertokusumo, kesadaran hukum menunjuk pada kategori hidup kejiwaan pada individu, sekaligus juga menunjuk pada kesamaan pandangan dalam lingkungan masyarakat tertentu tentang apa hukum itu, tentang apa yang seyogyanya dilakukan atau perbuat dalam menegakkan hukum atau apa yang sebaiknya dilakukan untuk terhindar dari perbuatan melawan hukum. 56 Menurut Soetandyo Wignjosoebroto, kesadaran hukum legal awareness memiliki dua dimensi, yaitu dimensi kognitif, pengetahuannya tentang hukum yang mengatur perilaku tertentu yang tengah dilakukan melarang atau memerintahkan, dan dimensi efektif, yaitu keinsyafan bahwa hukum yang diketahuinya itu memang sebenar-benarnya harus dituruti. 57 Abdurahman, menyatakan bahwa kesadaran hukum itu adalah tidak lain daripada suatu kesadaran yang ada dalam kehidupan manusia untuk selalu patuh dan taat pada hukum. 58 Penjelasan diatas mengemukakan bahwa antara kepatuhan seseorang terhadap hukum terdapat hubungan yang sangat erat dengan kesadaran hukumnya. Hanya saja kepatuhan hukum tidak menyangkut pengetahuan, pemahaman, sikap dan perilaku pelaku terhadap hukum. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa sebab mengapa seseorang itu taat dan patuh kepada hukum, seperti sebagai berikut: 59 1. Takut karena sanksi yang negatif, apabila hukum dilanggar; 56 Andi Nuzul, “Kesadaran Hukum: Landasan Memperbaiki Sistem Hukum”, Serial Online Cited on 2009 Nov. 30, diakses http:andinuzul.wordpress.com, pada tanggal 18 Juni 2012. 57 Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum, Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya, Elsam dan HUMA, Jakarta, 2002, hal.391. 58 Abdurahman, Aneka Masalah Hukum, dan Pembangunan di Indonesia, Alumni, Bandung, 1979, hal. 29 59 Soerjono Soekanto, Op. Cit., 1982, hal. 186 Universitas Sumatera Utara 68 2. Untuk menjaga hubungan baik dengan penguasa; 3. Untuk menjaga hubungan baik dengan rekan-rekan sesamanya; 4. Karena hukum tersebut sesuai dengan nilai-nilai yang dianut; 5. Kepentingannya sendiri. Pengetahuan masyarakat Kota Stabat yang rendah atas pendaftaran tanah mengakibatkan kesadaran hukum masyarakat Kota Stabat juga rendah. Atas dasar kenyataan tersebut, sangat penting untuk dilakukan penyuluhan agar : 60 a. Penyebarluasan informasi hukum pertanahan kepada masyarakat luas, agar mereka mengetahui isi peraturan-peraturan hukum tersebut, sehingga tahu hak dan kewajibannya. b. Pembinaan kesadaran hukum pertanahan kepada masyarakat agar setiap warga masyarakat taat, patuh dengan suka rela melaksanakan isi ketentuan-ketentuan hukum pertanahan. Pengetahuan dan pemahaman warga masyarakat biasanya diikuti dengan suatu penghargaan terhadap hukum, bila ia menghayati manfaat hukum bagi kehidupan bersama di dalam masyarakat yang bersangkutan. Selanjutnya Soerjono Soekanto mengatakan bahwa warga masyarakat dalam memahami hukum, mereka memberi pengertian terhadap hukum sebagai berikut: 61 1. hukum sebagai ilmu pengetahuan; 2. hukum sebagai disiplin; 60 Suditjo, Prona Persertifikatan Tanah Secara Massal dan Penyelesaian Sengketa Tanah Yang Bersifat Strategis, Liberty, Yogyakarta, 1997, hal. 20. 61 Ibid, hal. 76 Universitas Sumatera Utara 69 3. hukum sebagai tata hukum; 4. hukum sebagai petugas; 5. hukum sebagai keputusan pejabat atau penguasa; 6. hukum sebagai perilaku yang teratur; 7. hukum sebagai jalinan nilai; 8. hukum sebagai proses pemerintahan; 9. hukum sebagai kaedah; 10. hukum sebagai seni. Tingkat kesadaran hukum dalam suatu masyarakat dapat diketahui dengan menggunakan beberapa indikator tentang kesadaran hukum. Indikator-indikator dari kesadaran hukum sebenarnya merupakan petunjuk-petunjuk yang relatif konkret tentang taraf kesadaran hukum. Dengan adanya indikator tersebut, maka seseorang yang menaruh perhatian pada kesadaran hukum, akan dapat mengetahui apa yang sesungguhnya merupakan kesadaran hukum, walaupun hanya mengenai hal-hal tertentu saja. 62 Menurut Soerjono Soekanto, indikator-indikator dari kesadaran hukum sebenarnya merupakan petunjuk yang relatif kongkrit tentang taraf kesadaran hukum. Ini dapat dijelaskan lagi secara singkat bahwa: 63 1. Indikator pertama adalah pengetahuan hukum Seseorang mengetahui bahwa perilaku-perilaku tertentu itu telah diatur oleh hukum. Peraturan hukum yang dimaksud disini adalah hukum tertulis maupun 62 Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah. Op.cit., 1982, hal. 228 63 Soerjono Soekanto, Kesadaran dan Kepastian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 1982, hal. 140. Universitas Sumatera Utara 70 hukum yang tidak tertulis. Perilaku tersebut menyangkut perilaku yang dilarang oleh hukum maupun perilaku yang diperbolehkan oleh hukum. 2. Indikator kedua adalah pengakuan hukum Seseorang warga masyarakat mempunyai pengetahuan dan pemahaman mengenai aturan-aturan tertentu, misalnya adanya pengetahuan dan pemahaman yang benar dari masyarakat tentang hakikat dan arti pentingnya pendaftaran tanah warisan. 3. Indikator yang ketiga adalah sikap hukum Seseorang mempunyai kecenderungan untuk mengadakan penilaian tertentu terhadap hukum. 4. Indikator yang keempat adalah perilaku hukum. Dimana seseorang atau dalam suatu masyarakat warganya mematuhi peraturan yang berlaku. Menurut Soerjono Soekanto, beberapa faktor yang mempengaruhi kesadaran hukum, dijelaskan secara singkat sebagai berikut: 64 1. Pengetahuan tentang ketentuan hukum Secara umum, peraturan-peraturan yang telah sah, maka dengan sendirinya peraturan-peraturan tadi akan tersebar luas dan diketahui umum. Tetapi sering kali terjadi suatu golongan tertentu di dalam masyarakat tidak mengetahui 64 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta, 1987, hal.217-219 Universitas Sumatera Utara 71 atau kurang mengetahui tentang ketentuan-ketentuan hukum yang khusus bagi mereka. 2. Pengakuan terhadap ketentuan-ketentuan hukum Pengakuan masyarakat terhadap ketentuan-ketentuan hukum, berarti bahwa masyarakat mengetahui isi dan kegunaan dari norma-norma hukum tertentu. Artinya ada suatu derajat pemahaman yang tertentu terhadap ketentuan- ketentuan hukum yang berlaku. Namun hal ini belum merupakan jaminan bahwa warga masyarakat yang mengakui ketentuan-ketentuan hukum tertentu dengan sendirinya mematuhinya, tetapi juga perlu diakui bahwa orang-orang yang memahami suatu ketentuan hukum ada kalanya cenderung untuk mematuhinya. 3. Penghargaan terhadap ketentuan-ketentuan hukum Penghargaan atau sikap tehadap ketentuan-ketentuan hukum, yaitu sampai sejauh manakah suatu tindakan atau perbuatan yang dilarang hukum diterima oleh sebagian besar warga masyarakat. Juga reaksi masyarakat yang didasarkan pada sistem nilai-nilai yang berlaku. Masyarakat mungkin menentang atau mungkin mematuhi hukum, karena kepentingan mereka terjamin pemenuhannya. 4. Ketaatan atau kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan hukum Salah satu tugas hukum yang penting adalah untuk mengatur kepentingankepentingan para warga masyarakat. Kepentingan para warga Universitas Sumatera Utara 72 masyarakat tersebut lazimnya bersumber pada nilai-nilai yang berlaku, yaitu anggapan tentang apa yang baik dan apa yang harus dihindari. Ketaatan masyarakat terhadap hukum, dengan demikian sedikit banyak tergantung apakah kepentingan-kepentingan warga masyarakat dalam bidang-bidang tertentu dapat ditampung oleh ketentuan-ketentuan hukum yang ada. Ada juga suatu anggapan bahwa kepatuhan hukum ada disebabkan karena adanya rasa takut pada sanksi, karena ingin memelihara hubungan baik dengan rekan-rekan sekelompok atau pimpinan karena kepentingannya terlindung, ataupun karena merasa cocok dengan nilai-nilai yang dianutnya. Menurut Achmad Sanusi, Ketaatan atau kepatuhan hukum seseorang tidak selalu dipengaruhi oleh kesadaran hukumnya, masih ada pengaruh dari variabel lainnya, yaitu: 65 a. Kelengkapan peraturan hukumnya, antara lain legitimasinya dari sudut konstitusi, kesesuaian sosiologis, komperhensif menyeluruh dan lengkap serta konsisten tidak ada pertentangan. b. Efektivitas sanksi-sanksi hukum, yaitu pasti kekuatannya, sederhana prosedur pelaksanaannya, cepat waktu pelaksanaannya dan murah biaya pelaksanaannya. c. Sarana sosial, yaitu sistem informasi terbuka dan alirannya bebas, dukungan politik dari penguasa, bonafiditas kepemimpinan, efektivitas kritik dan kontrol masyarakat. 65 Achmad Sanusi, Op.Cit, 1984, Hal. 229-230 Universitas Sumatera Utara 73 d. Keserasian dengan kebutuhan-kebutuhan dalam masyarakat, yaitu finansial, sosial yang termasuk rasa saling menghormati dan toleransi, kewibawaan pemerintah dan hak-hak demokrasi warga negara. Suatu ketentuan hukum agar benar-benar berfungsi, ada 5 lima faktor yang mempengaruhinya, yaitu : 66 1. Hukum itu sendiri; 2. Petugas yang menegakkannya; 3. Fasilitas yang diharapkan mendukung pelaksanaan hukum; 4. Kesadaran hukum masyarakat yang terkena ruang lingkup peraturan tersebut. 5. Budaya hukum masyarakat tersebut. Ide tentang kesadaran masyarakat sebagai dasar sahnya hukum positif yang intinya adalah bahwa tidak ada hukum yang mengikat masyarakat kecuali atas dasar kesadaran hukum. Jadi kesadaran hukum sebenarnya merupakan kesadaran atau nilai- nilai yang terdapat dalam manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan ada. 67 Peningkatan kesadaran hukum masyarakat Kota Stabat dalam melakukan pendaftaran tanah warisan yang diperolehnya dapat dilihat pada Tabel 5, halaman 90, dimana pada periode tahun 2010 hanya terdapat 142 pendaftaran, namun pada periode tahun 2011 terdapat 238 pendaftaran. Hal ini menunjukkan kesadaran hukum masyarakat Kota Stabat telah meningkat, umumnya hal ini terjadi karena adanya 66 Soerjono Soekanto, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali, Jakarta, 1992, hal. 5. 67 R. Otje Salman, Beberapa Aspek Sosiologi Hukum, Alumni, Bandung, 1989, hal. 51. Universitas Sumatera Utara 74 kebutuhan masyarakat akan uang yang meningkat, sehingga tanah yang diperoleh melalui pewarisan tersebut harus didaftarkan agar jelas haknya dan dapat dijadikan sebagai jaminan di Bank untuk meminjam uang. Penjelasan mengenai kesadaran hukum masyarakat Kota Stabat mengenai pendaftaran tanah warisan akan dijelaskan dan dibahas lebih lanjut dalam uraian- uraian serta tabel-tabel selanjutnya.

2. Pengetahuan Masyarakat Kota Stabat Tentang Manfaat Sertifikat Tanah.

Manfaat sertifikat tanah telah dibahas sebelumnya, banyak manfaat yang dapat dimiliki oleh pemegang sertifikat hak atas tanah maupun pihak-pihak lain yang berhubungan dengan hak atas tanah tersebut. Mengenai manfaat sertifikat tanah, dari hasil wawancara, diketahui bahwa pada umumnya masyarakat di Kota Stabat sudah mengetahuinya, namun mereka cenderung lebih tertuju kepada manfaat nilai ekonomi yang didapat dari membuat sertifikat hak atas tanah. Berikut beberapa jawaban dari masyarakat Kota Stabat mengenai manfaat sertifikat tanah : 68 a. Dapat digunakan sebagai jaminan di Bank. b. Agar nilai ekonomi harga tanah tersebut akan lebih tinggi. c. Sebagai alat bukti kepemilikan tanah atau bangunan. d. Tanah yang bersertifikat lebih mudah dijual.

3. Pengetahuan Masyarakat Kota Stabat Tentang Peraturan Pendaftaran