Aspek Administrasi Pertanahan Dalam Pendaftaran Tanah

40 f. Tanah Negara. Dalam prakteknya, bukan rahasia lagi bahwa banyak masyarakat yang mengalami kesulitan untuk mendaftarkan tanahnya. Dilihat dari aspek administrasi, pelayanan kantor pertanahan juga belum mampu memberikan kinerja yang diharapkan yaitu pelayanan yang sederhana, aman, terjangkau, dan transparan. Sebagian pelayan administrasi pertanahan yang diinginkan oleh masyarakat tidak sesuai dengan yang diberikan oleh pegawai kantor pertanahan. 39 Pendaftaran hak atas tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, dilaksanakan melalui dua cara, yaitu : a. Secara Sistematik, yaitu pendaftaran hak atas tanah yang dilakukan atas semua bidang tanah massal yang meliputi wilayah satu desakelurahan atau sebagiannya yang pelaksanaannya atas prakarsa Pemerintah; b. Secara Sporadik, yaitu pendaftaran mengenai bidang tanah tertentu atas permintaan pemegang atau penerima hak yang bersangkutan secara individual atau massal, dengan cara mengajukan permohonan hak ke Kantor Pertanahan setempat.

2. Aspek Administrasi Pertanahan Dalam Pendaftaran Tanah

Berdasarkan Pasal 19 ayat 2 UUPA, terdapat tugas-tugas pendaftaran tanah yang merupakan administratif dan tugas teknis. Tugas administratif menyangkut 39 Adrian Sutedi, Tinjauan Hukum Pertanahan, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 2009, hal. 1. Universitas Sumatera Utara 41 pembukuan tanah, pendaftaran hak-hak atas tanah, pendaftaran peralihan dan pemberian surat tanda bukti hak. Sedangkan tugas teknis terdiri dari pengukuran dan pemetaan. Proses administrasi kegiatan pendaftaran tanah tersebut, secara konkrit ditandai dengan adanya daftar-daftar isian yang diberikan kode-kode tertentu untuk mencatat setiap kegiatan dari pendaftaran tanah tersebut. Daftar isian tersebut adalah daftar yang disediakan di Kantor Pertanahan dalam rangka kegiatan penata-usahaan pendaftaran tanah, yang daftarnya disediakan dalam buku tersendiri. Kegiatan yang bersifat administratif setelah penerbitan sertifikat tanah yang dilakukan karena terjadinya perubahan yuridis subyek hak, jenis hak dan jangka waktu hak atas tanahnya, terdiri dari : 40 a. Peralihan Hak Atas Tanah; Terdiri dari peralihan hak atas tanah yang terjadi karena jual-beli, tukar- menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan, pewarisan, dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya. b. Pemindahan Hak Atas Tanah; Pemindahan ini dapat disebabkan karena pewarisan, terjadi pelelangan, penggabungan dan peleburan Perseroan atau Koperasi. c. Perpanjangan jangka waktu Hak Atas Tanah; 40 Muhammad Yamin dan Abdul Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, Edisi Revisi, Cetakan Kedua, CV. Mandar Maju, Bandung, 2010, hal. 211. Universitas Sumatera Utara 42 Perpanjangan jangka waktu hak atas tanah ini masuk dalam kategori pendaftaran karena perubahan data yuridis, karena terjadinya perubahan jangka waktu berlakunya hak tersebut yang dicantumkan dalam sertifikat tanah yang bersangkutan, sungguhpun tidak terjadi perubahan subyek dan obyeknya. d. Pembaharuan Hak Atas Tanah; Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 10 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN Nomor 3 Tahun 1999 junto Pasal 1 angka 10 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN Nomor 9 Tahun 1999 ditegaskan bahwa maksud dari pembaharuan hak adalah pemberian hak atas tanah yang sama kepada pemegang hak yang sama yang dapat diajukan setelah jangka waktu berlakunya hak atas tanah yang bersangkutan berakhir. e. Perubahan Hak Atas Tanah Peningkatan atau penurunan Hak atas tanah; Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 11 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN Nomor 3 Tahun 1999 junto Pasal 1 angka 13 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN Nomor 9 Tahun 1999 ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan perubahan hak atas tanah adalah penetapan Pemerintah mengenai penegasan bahwa sebidang tanah yang semula dipunyai dengan suatu hak atas tanah tertentu, atas permohonan pemegang haknya, menjadi tanah Negara dan sekaligus memberikan tanah tersebut kepadanya dengan hak atas tanah jenis lainnya. Perubahan hak ini terdiri dari penurunan dan peningkatan hak. Universitas Sumatera Utara 43 f. Pembatalan Hak Atas Tanah; Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 12 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN Nomor 3 Tahun 1999 junto Pasal 1 angka 14 Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala BPN Nomor 9 Tahun 1999 ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan pembatalan hak atas tanah adalah pembatalan Keputusan pemberian suatu hak atas tanah atau sertifikat hak atas tanah karena keputusan mengandung cacat hukum administrasi dalam penerbitannya atau untuk melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. g. Pencabutan Hak Atas Tanah; Pencabutan hak atas tanah dapat dikategorikan sebagai pengasingan hak atas tanah karena antara subyek atau pemegang hak atas tanah akan dipisahkandiasingkan dengan obyek tanahnya untuk selama-lamanya, tanpa ada kemungkinan untuk diambil alih melalui perbuatan hukum apapun. Pencabutan hak atas tanah ini didasarkan pada Pasal 18 Undang-undang Pokok Agraria, yakni untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan Negara, serta kepentingan bersama rakyat. h. Pembebanan Hak Atas Tanah; i. Perubahan data karena Putusan dan Penetapan Pengadilan; j. Perubahan data karena perubahan nama; Perubahan nama pemegang hak dapat juga mengakibatkan perubahan data pendaftaran tanah dan unutk kepentingan pemeliharaan data agar mutakhir, Universitas Sumatera Utara 44 maka penting untuk dilakukan tindakan administratif dengan mencatat perubahan nama tersebut melalui pencoretan nama lama dan pencatatan nama baru. k. Hapusnya Hak Atas Tanah; Hapusnya Hak atas Tanah ini menurut Ketentuan Undang-undang Pokok Agraria dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996, dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain, karena pencabutan hak atas tanah untuk kepentingan umum, penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya, karena ditelantarkan, karena meloanggar prinsip nasionalitas haknya jatuh kepada warga negara asing, tanahnya musnah, jangka waktunya berakhir, dan dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat tidak dipenuhi, termasuk karena Putusan Pengadilan. l. Penggantian Sertifikat. Berdasarkan Ketentuan Pasal 57 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, diatur bahwa atas permohonan pemegang hak diterbitkan sertifikat baru sebagai pengganti sertifikat yang rusak, hilang, masih menggunakan blanko sertifikat yang tidak digunakan lagi, atau yang tidak diserahkan kepada pembeli lelang dalam suatu lelang eksekusi.

C. Tinjauan Tentang Peralihan Harta Waris Tanah 1.

Pengertian Peralihan Harta Waris Tanah; Peralihan hak atas tanah dibagi menjadi 2 dua bentuk, yakni : 1. Beralih Universitas Sumatera Utara 45 Berpindahnya hak atas tanah dari pemegang haknya kepada pihak lain karena pemegang haknya meninggal dunia atau melalui pewarisan. Boedi Harsono menyatakan bahwa pengertian beralih menunjuk pada berpindahnya Hak Milik kepada pihak lain karena pemiliknya meninggal dunia. 2. DialihkanPemindahan Hak Berpindahnya hak atas tanah dari pemegang subjek haknya kepada pihak lain karena suatu perbuatan hukum yang sengaja dilakukan dengan tujuan agar pihak lain tersebut memperoleh hak tersebut. Perbuatan hukum tersebut dapat berupa jual-beli, tukar-menukar, hibah, pemasukan dalam modal perusahaan, pemberian dengan wasiat, lelang. Istilah pewarisan disebutkan dalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pertanahan, yaitu Undang-undang Nomor 5 tahun 1960, Undang- undang Nomor 16 tahun 1985, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, dan Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997. Namun demikian, di dalam peraturan perundang-undangan tersebut tidak memberikan pengertian apa yang dimaksud dengan pewarisan. Menurut A. Pitlo, hukum waris adalah suatu rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana, berhubungan dengan meninggalnya seseorang, akibat-akibatnya di dalam bidang kebendaan, diatur yaitu : akibat dari beralihnya harta peninggalan dari seorang Universitas Sumatera Utara 46 yang meninggal, kepada ahli waris baik di dalam hubungannya antara mereka sendiri, maupun dengan pihak ketiga.” 41 Perolehan Hak Milik atas tanah dapat juga terjadi karena pewarisan dari pemilik kepada ahli waris sesuai dengan Pasal 26 Undang-undang Pokok Agraria. Pewarisan dapat terjadi karena ketentuan Undang-undang ataupun wasiat dari orang yang mewasiatkan. 42 Penyelesaian dan pengurusan hak-hak dan kewajiban seseorang sebagai akibat adanya peristiwa hukum karena meninggalnya seseorang diatur oleh hukum waris. Hukum waris itu dapat dikatakan sebagai himpunan dan peraturan-peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya pengurusan hak-hak dan kewajiban seseorang yang meninggal dunia oleh ahli waris atau badan hukum lainnya 43. Agar terjadinya suatu peristiwa pewarisan, harus dipenuhi beberapa syarat yakni: 44 1. Harus ada orang yang meninggal dunia untuk menjadi pewaris. Pengertian meninggal dunia, pertama-tama tentulah apa yang dinamakan kematian alami natuurlijke dood. 2. Harus ada orang yang mewaris ahli waris Ahli waris itu harus sudah ada pada saat kematian pewaris Pasal 836 KUHPerdata dengan mengindahkan ketentuan Pasal 2 KUHPerdata bahwa 41 Ali Afandi, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hal. 7. 42 Adrian Sutedi, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hal. 101. 43 M.Idris Ramulyo, Perbandingan Pelaksanaan Kewarisan Islam dan Kewarisan Menurut Hukum Perdata BW,Jakarta, 1993, hal. 3 44 M.U. Sembiring, Beberapa Bab Penting Dalam Hukum Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Program Pendidikan Notariat Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 1989, hal. 32-33. Universitas Sumatera Utara 47 anak yang masih dalam kandungan juga dianggap sudah lahir. Anak yang masih dalam kandungan sudah berhak mewaris, asal saja tidak ternyata di kemudian hari bahwa anak itu lahir dalam keadaan mati. Dalam rangka syarat-syarat pewarisan ini perlu diperhatikan Pasal 831 KUHPerdata yang menentukan bahwa jika beberapa orang di mana yang seorang adalah calon ahli waris dari yang lainnya, meninggal dunia karena kecelakaan yang sama atau pada hari yang sama tanpa dapat diketahui siapakah di antara mereka yang terlebih dahulu meninggal dunia, maka mereka dianggap meninggal dunia pada saat yang sama dan karena itu tidak terjadi pewarisan dari yang seseorang kepada yang lainnya itu. 3. Orang yang seharusnya mewaris itu bukanlah orang yang tidak pantas untuk mewaris onwaardig om te erven. Adapun unsur-unsur yang dapat menyebabkan adanya warisan menurut Muhammad Abdulkadir adalah : 45 a. Adanya pewaris. Pewaris atau peninggal warisan adalah orang yang meninggal dunia dan meninggalkan harta kekayaan pada orang yang masih hidup. Istilah pewaris dipakai untuk menunjukkan orang yang meneruskan harta peninggalan ketika hidupnya kepada waris atau orang yang setelah wafat meninggalkan harta 45 Muhammad Abdulkadir, Hukum Waris, Cipta Aditia Bakti, Bandung, 1990, hal. 270-276 Universitas Sumatera Utara 48 peninggalan yang diteruskan atau dibagikan kepada waris. Tegasnya pewaris adalah yang memiliki harta peninggalan atau harta warisan. Menurut Pasal 830 KUHPerdata dikatakan bahwa : “ Pewaris hanya terjadi atau berlangsung dengan adanya kematian. Kematian seseorang dalam hal ini orang yang meninggal dengan meninggalkan harta kekayaan merupakan unsur yang mutlak untuk adanya pewarisan, karena dengan adanya kematian seseorang maka pada saat itu pula mulailah harta warisan itu dapat dibuka atau dibagikan. Dan pada saat itu pula para ahli waris sudah dapat menentukan haknya untuk diadakan pembagian warisan, karena dengan meninggalnya perwaris maka seluruh aktiva atau seluruh harta kekayaanya maupun seluruh pasiva atau seluruh hutang-hutangnya secara otomatis akan jatuhberalih kepada ahli waris yang ada.” Kematian yang dimaksud dalam pasal 830 KUHPerdata ini masih bisa diartikan dalam pengertian yang sangat luas, karena kematian itu sendiri dibedakan menjadi 2 dua bagian,yaitu : a Kematian yang didasarkan pada kenyataan pengertian kematian ini dalam bahasa sehari-hari diartikan bahwa pada saat seseorang menghembuskan nafasnya yang penghabisan maupun dengan berhenti detaknya jantung seseorang, maka saat itulah yang dinamakan kematian berdasarkan kenyataan. b Kematian yang didasarkan atas adanya dugaan hukum. Universitas Sumatera Utara 49 Pengertian kematian itu didasarkan dengan ketidakhadiran seseorang pada keadaan tertentu dan waktu tertentu pula. Hal ini seperti yang dimaksudkan dalam Pasal 460 KUHPerdata. Untuk menentukan bahwa seseorang telah meninggal dunia berdasarkan dugaan hukum, maka jalan yang harus ditempuh yaitu pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal ini para ahli waris dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan negeri agar Pengadilan Negeri menetapkan bahwa menurut dugaan hukum orang tersebut meninggal dunia. b. Adanya harta warisan. Harta warisan adalah sejumlah harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang yang meninggal dunia berupa kumpulan dari aktiva dan passiva. Menurut ketentuan undang-undang, hanya hak-hak dan kewajiban-kewajiban dalam lapangan hukum meninggalkan harta kekayaanlah yang dapat diwarisi oleh para ahli waris, tetapi ketentuan ini masih memiliki pengecualian- pengecualian. Ada juga beberapa hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang terletak dalam hukum kebendaan atau dalam hukum perjanjian sekalipun mempunyai nilai sebagai harta kekayaan tidak ikut beralih kepada para ahli waris. Hak-hak itu sebagai berikut : a Hak menarik hasil. Adalah hak yang diberikan seseorang kepada orang lain untuk menarik hasil dari benda atau barang si pemberi hak tersebut. b Dalam perjanjian perburuhan untuk melakukan suatu pekerjaan dengan tenaga sendiri. Universitas Sumatera Utara 50 Berdasarkan uraian di atas harta atau barang warisan yang dapat diwarisi oleh ahli waris hanyalah harta atau barang yang benar-benar menjadi milik si pewaris. Barang-barang yang bukan milik si pewaris misalnya barang-barang jaminan yang ada padanya tidak bisa diwaris oleh ahli waris. c. Adanya ahli waris. Ahli waris adalah setiap orang yang berhak atas harta peninggalan pewaris dan berkewajiban menyelesaikan hutang-hutangnya. Hak dan kewajiban tersebut timbul setelah pewaris meninggal dunia. Hak waris ini didasarkan pada hubungan perkawinan, hubungan darah dan surat wasiat yang diatur dalam undang-undang. Kedudukan ahli waris adalah sangat penting karena untuk meneruskan pengurusan harta kekayaan dari si pewaris. Hukum waris mengenal 2 dua jenis ahli waris, yaitu: 46 a. Ahli waris menurut undang-undang, disebut juga ahli waris tanpa wasiat atau ahli waris ab intestato. Yang termasuk dalam golongan ini ialah : 1 Suami atau isteri dudajanda dari si pewaris si mati. 2 Keluarga-sedarah yang sah wettige bloedverwanten dari si pewaris. 3 Keluarga-sedarah alami natuurlijke bloedverwanten dari si pewaris. 46 Ibid, hal. 1-2 Universitas Sumatera Utara 51 b. Ahli waris menurut surat wasiat ahli waris testamentair, yang termasuk dalam golongan ini adalah semua orang yang oleh pewaris diangkat dengan surat wasiat untuk menjadi ahli warisnya. Hukum waris berlaku juga suatu asas, bahwa apabila seseorang meninggal, maka seketika itu juga hak dan kewajibannya beralih pada para ahliwarisnya. 47 Menurut Pasal 21 ayat 3 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok- pokok Agraria, yaitu Orang asing yang sesudah berlakunya Undang-undang ini memperoleh hak milik karena pewarisan tanpa wasiat atau pencampuran harta harta karena perkawinan, demikian pula Warganegara Indonesia yang mempunyai hak dan setelah berlakunya Undang-undang ini kehilangan Kewarganegaraannya, wajib melepaskan hak itu di dalam jangka waktu 1 satu tahun sejak diperolehnya hak tersebut atau hilangnya kewarganegaraan itu. Jika sesudah jangka waktu tersebut lampau dan hak milik atas tanah tersebut tidak dilepaskan, maka hak tersebut hapus karena hukum dan tanahnya jatuh pada Negara, dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak lain yang membebaninya tetap berlangsung. Menurut Pasal 42 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yaitu untuk pendaftaran peralihan hak karena pewarisan mengenai bidang tanah hak yang sudah didaftar dan hak milik atas satuan rumah susun sebagai yang diwajibkan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, wajib diserahkan oleh yang menerima hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang bersangkutan sebagai warisan kepada Kantor Pertanahan, 47 Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Bandung, 1982, hal. 96 Universitas Sumatera Utara 52 sertipikat hak yang bersangkutan, surat kematian orang yang namanya dicatat sebagai pemegang haknya dan surat tanda bukti sebagai ahli waris. Menurut Pasal 61 Ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yaitu untuk pendaftaran peralihan hak karena pewarisan yang diajukan dalam waktu 6 enam bulan sejak tanggal meninggalnya pewaris, tidak dipungut biaya pendaftaran. Pewarisan yang dimaksud adalah pewarisan hak atas tanah. Secara yuridis, yang diwariskan adalah hak atas tanah, bukan tanahnya.

2. Tujuan Dilakukan Pendaftaran Peralihan Tanah Warisan