Teknik Pengumpulan Data Alat Pengumpulan Data

25 Pendekatan Empiris digunakan untuk menganalisis hukum yang dilihat sebagai perilaku masyarakat yang berpola dalam kehidupan masyarakat yang selalu berinteraksi dan berhubungan dalam aspek kemasyarakatan mengenai pendaftaran tanah yang diaktualisasikan dalam praktik pelaksanaannya pada Kantor Badan Pertanahan Nasional. Penelitian empiris dilakukan dengan cara meneliti apa yang terdapat di lapangan, yang merupakan data primer. 18

2. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang deperoleh melalui studi lapangan dan data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan. Teknik pengumpulan data ditempuh degan cara: a. Studi kepustakaan library reasearch yaitu dilakukan untuk memperoleh atau mencari konsepsi-konsepsi, terori-teori atau doktrin-doktrin yang berkaitan dengan permasalahan penelitian studi kepustakaan meliputi bahan hukum tertier. 19 Bahkan menurut Ronny Hanitijo Soermitro dokumen pribadi dan pendapat ahli hukum termasuk dalam bahan hukum skunder. 20 b. Studi lapangan field reasearch yaitu dengan menggunakan metode observasipengamatan, interviewwawancara. Wawancara dilakukan di 3 tiga Kelurahan, yaitu Kelurahan Perdamaian, Kelurahan Kwala Bingai, dan Kelurahan Dendang dengan masing-masing sebanyak 10 sepuluh responden disetiap Kelurahan tersebut. Dari wawancara lisan yang dilakukan terhadap 30 18 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi penelitian Hukum dan Yurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1990, hal. 9 19 Ibid. hal. 36 20 Ronny Hanitijo Soermitro, Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982, hal. 56 Universitas Sumatera Utara 26 tiga puluh warga yang tinggal di Kelurahan-kelurahan tersebut, hanya 5 lima orang yang telah mendaftarkan tanah yang diperolehnya dari warisan tersebut.

3. Alat Pengumpulan Data

. Alat pengumpul data yang dipergunakan di dalam penelitian ini, antara lain: a. Studi Dokumen Penelitian pustaka dimaksud adalah memperoleh data dengan mempelajari dan menganalisa keseluruhan isi pustaka dengan mengaitkan pada pokok permasalahan yang ada. Adapun sumber-sumber pustaka yang menjadi acuan meliputi : 1 Bahan hukum primer, adalah bahan hukum yang bersifat autoriatif artinya mempunyai otoritas. Bahan hukum primer mempunyai kekuatan yang mengikat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, berupa peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan. 21 2 Bahan hukum tersier, adalah bahan hukum yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang relevan untuk melengkapi data dalam penelitian ini, yaitu seperti kamus umum, kamus hukum, majalah-majalah, dan internet, serta bahan- bahan di luar bidang hukum yang berkaitan guna melengkapi data. 22 b. Wawancara 21 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Penerbit Kencana, Jakarta, 2006, hal. 141 22 Jhonny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia, Jakarta, 2005, hal. 340. Universitas Sumatera Utara 27 Wawancara interview dengan responden dan nara sumber dengan menggunakan pedoman wawancara interview guide agar lebih fokus dan sistematis. Kota Stabat adalah ibu kota Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara, Luasnya lebih kurang 90,64 km², dengan jumlah penduduk 83.223 jiwa dan Kepadatan sekitar 851 jiwakm². Kota Stabat sendiri terdiri dari 6 enam Desa, yaitu Desa Pantai Gemi, Desa Banyumas, Desa Kwala Begumit, Desa Mangga, Desa Karang Rejo dan Desa Ara Condong; terdiri dari 6 enam Kelurahan, yaitu Kelurahan Stabat Baru, Kelurahan Kwala Bingai, Kelurahan Sidomulyo, Kelurahan Perdamaian, Kelurahan Dendang, dan Kelurahan Paya Mabar. 23 Hasil wawancara mengungkapkan beberapa alasan yang dikemukakan oleh masyarakat Kota Stabat mengenai mengapa mereka tidak juga mendaftarkan tanah warisannya adalah karena : a. Mereka tidak mengetahui bahwasannya tanah tersebut harus didaftarkan lagi jika telah dilakukan pembagian atas tanah warisan. b. Mereka tidak mengetahui apa manfaat dari pendaftaran tanah. c. Mereka mengeluh akan biaya yang akan mereka keluarkan bila harus melakukan pendaftaran tanah. d. Mereka menganggap proses pendaftaran akan rumit dan berbelit-belit, sehingga timbul rasa malas dan tidak perduli akan pendaftaran tanah. 23 Sumber : http:id.wikipedia.orgwikiStabat,_Langkat, diakses pada tanggal 28 April 2012 Universitas Sumatera Utara 28 e. Mereka takut jika didaftarkan, mungkin Pajak Bumi dan Bangunan atau pajak-pajak lainnya atas tanah tersebut akan menjadi semakin mahal dan mereka akan merasa keberatan atas hal itu. f. Mereka menganggap pendaftaran tanah itu penting untuk dilakukan hanya jika mereka ingin menjaminkan Surat tanahnya ke Bank untuk meminjam uang.

4. Analisis Data