19
d. Asas mutakhir yang dimaksud yaitu adanya kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaannya dan kesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data
yang tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir. Asas mutakhir menuntut dipeliharanya data pendaftaran tanah secara terus menerus dan
berkesinambungan, sehingga data yang tersimpan di Kantor Pertanahan selalu sesuai dengan keadaan nyata dilapangan dan masyarakat dapat memperoleh
keterangan mengenai data yang benar setiap saat. Akibat-akibat dari tidak didaftarkannya tanah warisan tersebut adalah:
1. Melanggar Ketentuan UU Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah,
yang mewajibkannya untuk itu. 2.
Pemeliharaan dan penyajian data yang muktahir tidak dapat dilaksanakan, sehingga tidak ada informasi yang akurat mengenai tanah tersebut dan akan
mengakibatkan beberapa
kerugian kepada
pihak-pihak lain
yang berkepentingan atas tanah tersebut.
3. Kepastian hukum dan perlindungan hukum atas kepemilikan tanah tersebut
akan melemah karena akan sangat mudah dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
2. Konsepsi
Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi dalam penelitian ini untuk menghubungkan teori dan observasi, antara abstraksi dan
Universitas Sumatera Utara
20
kenyataan. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut definisi operasional
10
. Menurut Satjipto Rahardjo, Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu
sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analistis.
11
Oleh karena itu, untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini harus didefinisikan beberapa konsep dasar, agar secara operasional
diperoleh hasil dalam penelitian ini yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian, kalau
masalahnya dan kerangka konsep teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian, dan suatu konsep
sebenarnya adalah definisi secara singkat dari kelompok fakta atau gejala itu. “Maka konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan antara
variabel-variabel yang ingin menentukan adanya hubungan empiris”
12
. Pengertian pendaftaran tanah menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 1997 adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus-menerus,
berkesinambungan dan
teratur, yang
meliputi pengumpulan,
pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang dan satuan-satuan rumah
susun, termasuk pemberian bukti-bukti haknya yang disebut sertifikat, bagi bidang-
10
Samadi Suryabrata, Metodelogi penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta,1998, hal. 3
11
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hal 21
12
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Edisi Ketiga, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1997, hal. 21
Universitas Sumatera Utara
21
bidang tanah yang sudah ada haknya dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.
Menurut Soerjono Soekanto kesadaran hukum merupakan penilaian apa yang dianggap sebagai hukum yang baik danatau hukum yang tidak baik. Penilaian
terhadap hukum didasarkan pada tujuannya yaitu apakah hukum tadi adil atau tidak, oleh karena itu keadilan yang diharapkan oleh masyarakat.
13
Beberapa defenisi dari para Sarjana mengenai Kesadaran hukum, diantaranya:
a. Menurut Paul Scholten, kesadaran hukum sebenarnya merupakan kesadaran akan nilai-nilai yang terdapat di dalam diri manusia, tentang hukum yang ada
atau tentang hukum yang diharapkan ada. Sebetulnya yang ditekankan adalah nilai-nilai tentang fungsi hukum dan bukan suatu penilaian menurut hukum
terhadap kejadian-kejadian
yang konkrit
dalam masyarakat
yang bersangkutan.
b. Menurut H.C. Kelmen, secara langsung maupun tidak langsung kesadaran hukum berkaitan erat dengan kepatuhan atau ketaatan hukum, yang
dikonkritkan dalam sikap tindak atau perilaku manusia. Masalah kepatuhan hukum tersebut yang merupakan suatu proses psikologis yang sifatnya
kualitatif dapat dikembalikan pada tiga proses dasar, yakni Compliance, Identification, Internalization.
13
Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum dan Masyarakat, Rajawali Press, 1982, Hal. 211.
Universitas Sumatera Utara
22
c. Menurut Soerjono Soekanto memberikan pengertian Kesadaran Hukum, adalah suatu percobaan penerapan metode yuridis empiris untuk mengukur
kepatuhan hukum dalam menaati peraturan. Sebenarnya merupakan kesadaran akan nilai-nilai yang terdapat di dalam diri manusia, tentang hukum yang ada
atau tentang hukum yang diharapkan ada, sebetulnya yang ditekankan adalah nilai-nilai tentang fungsi hukum dan bukan suatu penilaian terhadap hukum.
d. Menurut Satjipto Rahardjo, mengartikan kesadaran hukum sebagai kesadaran pada masyarakat untuk menerima dan menjalankan hukum sesuai dengan
rasio pembentukannya. Hukum waris merupakan salah satu bagian dari hukum perdata secara
keseluruhan dan merupakan bagian terkecil dari hukum kekeluargaan. Hukum waris sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan sebab setiap manusia pasti
akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian. Akibat hukum yang selanjutnya timbul dengan terjadinya peristiwa hukum dari kematian seseorang
diantaranya ialah masalah bagaimana pengurusan dan kelanjutan hak-hak dan kewajiban-kewajiban sebagai akibat meninggalnya seseorang.
Hukum waris merupakan perangkat kaedah yang mengatur tentang cara atau proses peralihan harta kekayaan. Proses peralihannya sendiri, sesungguhnya sudah
dapat dimulai semasa pemilik harta kekayaan itu sendiri masih hidup, serta proses itu selanjutnya berjalan terus hingga keturunannya itu masing-masing dengan keluarga
baru yang berdiri sendiri. Warisan adalah soal apakah dan bagaimanakah berbagai hak dan kewajiban tentang harta kekayaan sesorang pada waktu ia meninggal dunia
Universitas Sumatera Utara
23
akan beralih kepada orang yang masih hidup.
14
Dalam hukum waris pada pokoknya, ada 3 tiga unsur untuk dapat terlaksananya warisan, yaitu :
a. Adanya pewaris, yaitu orang yang meninggal dunia dan meninggalkan harta kekayaan pada orang yang masih hidup. Menurut Pasal 830 KUHPerdata
dikatakan bahwa : “ Pewaris hanya terjadi atau berlangsung dengan adanya kematian...........”.
b. Adanya harta warisan, harta warisan adalah sejumlah harta kekayaan yang
ditinggalkan seseorang yang meninggal dunia berupa kumpulan aktiva dan passiva. Menurut ketentuan undang-undang hanya hak-hak dan kewajiban-
kewajiban dalam lapangan hukum meninggalkan harta kekayaanlah yang dapat diwarisi oleh para ahli waris, tetapi ketentuan ini masih memiliki
pengecualian-pengecualian. c. Adanya ahli waris, adalah setiap orang yang mempunyai hak atas harta
peninggalan pewaris dan berkewajiban menyelesaikan hutang-hutangnya. Hak dan kewajiban tersebut timbul setelah pewaris meninggal dunia. Hak waris ini
didasarkan pada hubungan perkawinan, hubungan darah dan surat wasiat yang diatur dalam undang-undang.
Istilah pewarisan mengandung dua arti, yaitu dalam arti peralihan hak-hak dan kewajiban dari pewaris kepada ahli waris. ”Istilah pewarisan berarti mencakup
hukum formal yaitu tentang cara bagaimana melaksanakan penerusan, peralihan atau pembagian harta peninggalan kepada para ahli waris yang akan menerimanya.
Sedangkan istilah kewarisan berarti mencakup hukum materiil, yang menunjukkan
14
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Warisan di Indonesia, Sumur Agung, Bandung, 1983. hal.13
Universitas Sumatera Utara
24
aturan-aturan hukum tentang pewarisan seharusnya dilaksanakan. Selanjutnya istilah mewaris dan mewarisi berarti menerima warisan”.
15
Hak atas tanah adalah hak yang memberikan wewenang kepada empunya hak untuk mempergunakan atau mengambil manfaat atau tanah yang
dimilikinya.
16
G. Metode Penelitian 1.
Sifat dan Jenis Penelitian
Menurut Sutrisno Hadi, penelitian adalah usaha untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah.
17
Penelitian ini bersifat yuridis-empiris. Pendekatan Yuridis, digunakan untuk menganalisis berbagai peraturan perundangan terkait dengan pendaftaran tanah yaitu
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Undang-Undang Pokok Agraria, Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 Tentang Pendaftaran Tanah,
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, Peraturan Menteri AgrariaKepala BPN Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksana PP
241997 Tentang Pendaftaran Tanah dan peraturan-peraturan lainnya yang berkaitan dengan kesadaran hukum masyarakat dalam melakukan pendaftaran tanah warisan.
15
Hilman Hadi Kusuma, Hukum Waris Indonesia Menurut Perundangan, Hukum adat, Hukum Agama Hindu, Islam, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991. hal 12
16
Efendi Perangin, Hukum Agraria di Indonesia, Suatu Telaah Dari Sudut Pandang Praktisi Hukum, CV. Rajawali, Jakarta, 1986. Hal. 229
17
Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid 1, ANDI, Yogyakarta, 2000, hal 4.
Universitas Sumatera Utara
25
Pendekatan Empiris digunakan untuk menganalisis hukum yang dilihat sebagai perilaku masyarakat yang berpola dalam kehidupan masyarakat yang selalu
berinteraksi dan berhubungan dalam aspek kemasyarakatan mengenai pendaftaran tanah yang diaktualisasikan dalam praktik pelaksanaannya pada Kantor Badan
Pertanahan Nasional. Penelitian empiris dilakukan dengan cara meneliti apa yang terdapat di lapangan, yang merupakan data primer.
18
2. Teknik Pengumpulan Data