Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi

- Kromatografi penukar ion 2. Fase bergerak gas – fase tetap padat kromatografi serapan: - Kromatografi gas padat 3. Fase bergerak zat cair – fase tetap zat cair kromatografi partisi: - Kromatografi cair kinerja tinggi 4. Fase bergerak gas – fase tetap zat cair kromatografi partisi: - Kromatografi gas cair - Kromatografi kolom kapiler Pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan terutama dilakukan dnegan mengunakan salah satu atau gabungan dari beberapa teknik tersebut dan dapat digunakan pada skala mikro maupun makro Harborne, 1987.

2.4.1 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan yang memerlukan investasi yang kecil untuk perlengkapan, menggunakan waktu yang singkat serta pemakaian pelarut dan cuplikan dalam jumlah sedikit. KLT termasuk kromatografi serapan, dimana sebagai fase diam berupa zat padat yang disebut adsorben penyerap dan fase gerak adalah zat cair yang disebut larutan pengembang Gritter dkk., 1991; Stahl, 1985. Pendeteksian bercak hasil pemisahan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan pengamatan langsung atau dibawah sinar ultraviolet jika senyawanya berwarna dan pengamatan dengan cahaya biasa atau cahaya ultraviolet setelah disemprot dengan pereaksi yang membuat bercak tersebut tampak. Beberapa senyawa organik bersinar atau berfluorosensi jika disinari Universitas Sumatera Utara dengan sinar UV gelombang pendek 254 nm atau gelombang panjang 366 nm Ditjen POM, 1995; Gritter dkk., 1991. a. Fase diam Lapisan Penyerap Pada kromatografi lapis tipis, fase diam berupa lapisan tipis yang terdiri atas bahan padat yang dilapiskan pada permukaan penyangga datar yang biasanya terbuat dari kaca, tetapi dapat pula terbuat dari plat polimer atau logam. Lapisan melekat pada permukaan dnegan bantuan bahan pengikat, biasanya kalsium sulfat atau amilum pati. Penyerap yang umum dipakai untuk kromatografi lapis tipis adalah silika gel, alumina, kieselgur, dan selulosa Gritter dkk, 1991. Dua sifat yang penting dari fase diam adalah ukuran partikel dan homogenitasnya, karena adhesi terhadap penyokong sangat tergantung pada kedua sifat tersebut. Ukuran partikel yang biasa digunakan adalah 1-25 mikron. Partikel yang butirannya sangat kasar tidak akan memberikan hasil yang memuaskan dan salah satu cara untuk memperbaiki hasil pemisahan adalah dengan menggunakan fase diam yang butirannya lebih halus. Butiran yang halus memberikan aliran pelarut yang lebih lambat dan resolusi yang lebih baik Sastrohamidjojo, 1985. b. Fase gerak Pelarut Pengembang Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Jika diperlukan sistem pelarut multi komponen, harus berupa suatu campuran sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen Stahl, 1985. Dalam pemisahan senyawa organik selalu menggunakan pelarut campur. Tujuan menggunakan pelarut campur adalah untuk memperoleh pemisahan senyawa yang baik. Kombinasi pelarut adalah berdasarkan atas polaritas masing- Universitas Sumatera Utara masing pelarut, sehingga dengan demikian akan diperoleh sistem pengembang yang cocok. Pelarut pengembang yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis antara lain: n-heksana, karbontetraklorida, benzena, kloroform, eter, etil asetat, piridian, aseton, etanol, metanol dan air Gritter dkk., 1991; Sudjadi, 1988. c. Harga Rf Untuk menggambarkan jarak pengembangan senyawa pada kromatogram dipakai istilah harga Rf Stahl, 1985. Jarak titik pusat bercak dari titik awal Rf = Jarak garis depan pelarut dari titik awal Harga Rf beragam mulai dari 0 sampai 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf Sastrohamidjojo, 1985: a. Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan b. Sifat penyerap c. Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap d. Pelarut dan derajat kemurniannya e. Derajat kejenuhan uap pengembang dalam bejana f. Teknik percobaan g. Jumlah cuplikan yang digunakan h. Temperatur i. Kesetimbangan

2.4.2 Kromatografi Cair Vakum