Pemeriksaan karakteristik simplisia Isolasi senyawa triterpenoidasteroida

mixture vibrate, kemudian dicetak menjadi pelet pada tekanan 11,5 ton dan dimasukkan kedalam spektrofotometer inframerah serta diukur absorbansinya pada frekuensi 4000-400 cm -1 . Spektrum inframerah isolat dapat dilihat pada lampiran 16 halaman 62.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan karakteristik simplisia

Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi Bogor terhadap tumbuhan yang diteliti adalah suruhan Peperomia pellucida H.B. K. suku Piperaceae lihat lampiran 1. Pemeriksaan karateristik simplisia secara makroskopik yaitu, daun tunggal, berkeriput, rapuh, helai daun berbentuk jantung, berwarna coklat kehijauan, batang berwarna coklat kehijauan, buah bulat, kecil, berwarna coklat. Pada pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia dijumpai adanya rambut penutup, berkas pembuluh, sel minyak, stomata tipe anomositik, hablur kalsium oksalat berbentuk persegi dan drusse yang ujung kristalnya runcing dan tumpul, serbuk sari dan trakhea. Universitas Sumatera Utara Hasil pemeriksaan karateristik serbuk simplisia herba suruhan diperoleh kadar sari yang larut dalam air 18,8, kadar sari yang larut dalam etanol 12,83, kadar abu total 3,85 , kadar abu yang tidak larut dalam asam 1,17 dan kadar air 6,66 . Hasil penapisan fitokimia serbuk herba suruhan menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoida, glikosida, tanin, dan triterpenoidasteroida.

4.2 Isolasi senyawa triterpenoidasteroida

Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut n-heksan, hasil maserasi 300 g serbuk simplisia diperoleh ekstrak 7,935 g 2,64. Analisis KLT dari ekstrak n-heksan menunjukkan bahwa fase gerak yang paling baik adalah n-heksan – etilasetat 90:10 karena menghasilkan pemisahan noda yang baik dan diperoleh 8 noda yang terdiri dari 1 noda berwarna ungu coklat, 3 noda berwarna ungu, 1 noda berwarna merah ungu, 2 noda berwarna biru ungu dan 1 noda berwarna biru hijau lihat lampiran 9. Selanjutnya terhadap ekstrak n-heksan dilakukan fraksinasi secara KCV untuk memisahkan senyawa-senyawa yang terdapat dalam ekstrak berdasarkan kepolarannya menggunakan pelarut landaian n-heksan - etilasetat dengan kepolaran yang semakin meningkat dan fase diam silika gel 60H. Hasil fraksinasi dilakukan KLT dengan fase gerak n-heksan – etilasetat 90:10 dengan penampak bercak Liebermann-Burchard. Dari 11 fraksi yang diperoleh fraksi yang mempunyai pola kromatogram yang sama digabung menjadi satu fraksi yaitu F1, F2, F3, F4, F5 fraksi 5 dan 6, F6 fraksi 7, 8, dan 9, sedangkan fraksi 10 dan 11 tidak menunjukkan adanya noda lihat lampiran 11. Terhadap fraksi F2 dilanjutkan untuk di KLT preparatif karena pada fraksi F2 menunjukkan noda berwarna ungu dan merah ungu paling banyak dibandingkan fraksi yang lain. Universitas Sumatera Utara Setelah dilakukan KLT preparatif ternyata hasilnya menunjukkan noda yang terlalu rapat sehingga perlu dilakukan KCV sekali lagi. Hasil KCV diperoleh 11 fraksi yaitu fraksi A1 – A11. Dari 11 fraksi yang diperoleh, fraksi yang mempunyai pola kromatogram yang sama digabung menjadi satu yaitu FA1, FA2 A2 dan A3, FA3 A4, A5, A6, FA4 A7,A8,A9,A10,A11. Jadi dari 11 fraksi menjadi 4 fraksi yaitu FA1, FA2, FA3, dan FA4 lihat lampiran 12. Terhadap FA2 dilakukan KLT preparatif karena pada FA2 ini menunjukkan 3 noda yang berwarna ungu dengan Rf = 0,44, Rf = 0,52, Rf = 0,625dan 1 noda yang berwarna merah ungu dengan Rf = 0,77. Sedangkan fraksi FA1, FA3 dan FA4 tidak menunjukkan noda berwarna ungu dan merah ungu. Hasil A2 secara KLT preparatif dengan menggunakan plat KLT preparatif ukuran 20x20 cm, fase gerak n-heksan - etilasetat 90:10. Hasil KLT menunjukkan tiga pita lihat lampiran 13, kemudian masing-masing pita dikerok, direndam dengan metanol, diambil filtrat lalu diuapkan dan diperoleh 3 isolat yaitu isolat 1, isolat 2 dan isolat 3. Pada uji kemurnian terhadap isolat 1 terdapat dua noda yang berwarna merah ungu dan kuning. Pada isolat 2 diperoleh satu noda yang berwarna ungu. Pada isolat 3 terdapat dua noda yang berwarna ungu dan kuning. Isolat yang akan diuji adalah isolat 2 karena pada isolat 2 hanya terdapat satu noda sedangkan pada isolat 1 dan 3 hasil kromatogram menunjukkan lebih dari satu noda. Pada isolat 2 dilakukan uji kemurnian dengan kromatografi lapis tipis dua arah dengan fase gerak pertama n-heksan - etilasetat 90:10 dan fase gerak kedua kloroform - etilasetat 80:20 dengan fase diam silika gel GF 254 . Setelah disemprot dengan pereaksi penyemprot Liebermann-Burchard, isolat 2 diperoleh satu noda berwarna Universitas Sumatera Utara ungu dengan nilai Rf 0,93. Diduga senyawa tersebut adalah senyawa triterpenoidasteroida. Hasil spektrofotometri ultraviolet isolat memberikan puncak absorbsi pada panjang gelombang λ 223,3 nm yang menunjukkan adanya gugus kromofor lihat lampiran 15. Diduga senyawa tersebut adalah senyawa triterpenoidasteroida. Hasil spektrofotometri inframerah isolat menunjukkan adanya ikatan O- H yang ditunjukkan oleh puncak melebar pada bilangan gelombang 3363,86 cm -1 . Pita pada bilangan gelombang 2924,09 cm -1 bilangan gelombang 2854,85 cm -1 menunjukkan adanya ikatan C-H alifatis yang diperkuat oleh puncak pada bilangan gelombang 1458,18 cm - 1 yang menunjukkan gugus CH 2 dan puncak pada bilangan gelombang 1373,32 cm -1 yang menunjukkan gugus CH 3 . Puncak pada bilangan gelombang 1743,65 cm -1 menunjukkan adanya gugus C=O. Pita pada bilangan gelombang 1157,29 menunjukkan adanya ikatan C-O lihat lampiran 16. Dari hasil spektrofotometri IR diduga senyawa tersebut adalah senyawa triterpenoidasteroida. Dari data-data yang diperoleh, secara KLT dengan penampak bercak Liebermann-Burchard, spektrofotometri UV dan spektrofotometri IR maka disimpulkan bahwa senyawa yang diisolasi adalah senyawa triterpenoidasteroida. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN