Masniari Dalimunthe : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Sumatera Utara, 2008.
USU Repository © 2009
1965mm per tahun, dimana yang tertinggi per tahun + 82,9, temperatur rata-rata per tahun 26,07
C.
c. Kondisi Demografis
Provinsi Sumatera Utara didiami oleh berbagai penduduk dari berbagai suku seperti Suku Batak Karo, Pakpak, Toba, Mandailing
sebesar 44,75 dan sebesar 33,40 lainnya merupakan suku yang berasal dari etnis lain, seperti Betawi, Banten, Sunda, Jawa, Melayu dan Madura,
India, China dan lain-lain. Dilihat dari jumlah penduduknya, Sumatera Utara termasuk
provinsi yang mempunyai jumlah penduduk terbesar keempat di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa timur dan Jawa tengah. Berdasarkan hasil sensus
penduduk 2000, jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara sebesar 11,506 juta jiwa. Dari jumlah ini sebanyak 57,36 tinggal di daerah pedesaan dan
42,64 tinggal di perkotaan. Kepadatan penduduk mencapai 143 jiwa per km
2
dengan laju pertumbuhan penduduk 1,04 per tahun kurun waktu 1999-2004.
Berdasarkan agama dan kepercayaan pada tahun 2000, penduduk Provinsi Smatera Utara terdiri dari 7.530 juta jiwa, menganut agama Islam
65,54, Kristen Katolik 0,55 juta jiwa 4,78, Kristen Protestan sebesar 3.062 juta jiwa 26,60, Hindu sebesar 0,19, Budha sebesar
3,32 dan kepercayaan lain 0,23 .
d. Potensi Wilayah
Masniari Dalimunthe : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Sumatera Utara, 2008.
USU Repository © 2009
Wilayah Sumatera Utara memiliki potensi lahan yang sangat luas dan potensial yang dapat dikembangkan untuk menunjang pertumbuhan
ekonomi. Sebagian besar dari wilayah ini merupakan areal pertanian, oleh karena itu kegiatan terpenting perekonomian masih mengandalkan sektor
pertanian. Disamping itu, laut danau dan sungai merupakan potensi yang tidak kalah pentingnya. Ini digunakan sebagai potensi perikanan dan
perhubungan. Sedangkan keindahan alamnya merupakan potensi energik untuk pengembangan industri, perdagangan dan lain-lain.
Wilayah Sumatera Utara juga menyimpan banyak bahan galian seperti kapur, belerang, pasir kuarsa, gasolin, emas, batubara, minyak dan
gas bumi dan yang lainnya. Posisi yang strategis yang terletak di jalur perdagangan
internasional membawa keuntungan bagi Sumatera Utara terutama dalam menunjang perekonomian daerah. Hal ini juga didukung dengan adanya
berbagai sarana pelabuhan baik pelabuhan udara seperti Polonia, Pinang Sori, Binaka, Aek Godang maupun pelabuhan laut seperti Belawan,
Sibolga, Gunung Sitoli, Tanjung Balai, Teluk Nibung, Kuala tanjung dan Labuhan Bilik.
Disamping fasilitas pelabuhan ini, perekonomian Sumatera Utara tidak terlepas dari peranan sektor perbankan dengan ketersediaan berbagai
fasilitas jasa perbankan, jasa perdagangan, komunikasi dan transportasi. Hal ini mendorong perekonomian rakyat semakin berkembang, sehingga
dapat menunjang tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Masniari Dalimunthe : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Sumatera Utara, 2008.
USU Repository © 2009
Kota Medan merupakan ibu kota Proinsi Sumatera Utara yang merupakan pusat dari seluruh aktivitas masyarakat. Selain sebagai pusat
pemerintahan, Kota Medan juga menjadi sentra ekonom, bisnis, bahkan juga menjadi pusat pendidikan dan sebagainya. Sebagai pusat
pengebangan wilayah di Sumatera Utara, Kota Medan memiliki berbagai fasilitas yang dapat menunjang perekonomian seperti komunikasi,
perbankan, dan jasa-jasa perdagangan lainnya, bahkan juga dapat diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah terbelakang
lainnya di Sumatera Utara.
4.1.2 Gambaran Perekonomian Sumatera Utara
Setiap tahun perekonomian di Sumatera Utara diwarnai dengan berbagai perkembangan berdasarkan berbagai indikator ekonomi.
Perkembangan ini dapat terlihat pada masa sebelum dan sesudah krisis ekonomi yang melanda Indonesia.
Sebelum terjadi krisis ekoonomi tahun 1997 atau 1998 perekonomian Sumatera Utara tidak terlalu buruk. Misalnya pertumbuhan ekonomi tahun
1989 sebesar 9,91. Pada saat ini kontribusi dari sektor ekonomi cukup berkembang, selanjutnya mengalami sedikit penurunan walaupun tidak
terlalu signifikan, hingga pada tahun 1996 kembali pada posisi 9,0 jauh melebihi target yang ditetapkan sebesar 8,5. Hal ini diakibatkan
meningkatnya peranan dari beberapa sektor ekonomi seperti pertanian, industri, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi.
Masniari Dalimunthe : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Sumatera Utara, 2008.
USU Repository © 2009
Namun sejak krisis ekonmi melanda Indonesia terjadi perubahan yang cukup signifikan dibanding tahun sebelumnya. Perekonomian mengalami
perlambatan. Dampak krisis moneter yang berlangsung sejak semester II tahun 1997 sampai dengan semester I tahun 1998 tersebut berpengaruh
terhadap perekonomian misalnya terlihat dari terdepresiasinya nilai rupiah terhadap dollar, inflasi yang melonjak hingga posisi 40,79 pada semester
I tahun 1998, maningkat dari tahun 1997 yang berada pada level 9,96. Disamping itu pengaruh dari sektor non ekonomi juga turut
mepengaruhi perekonomian Indonesia yang selanjutnya berpengaruh terhadap perekonomian Sumatera Utara, seperti terjadinya musim kemarau
yang berkepanjangan dan kondisi politik yang tidak stabil. Dalam perkembangan selanjutnya aktivitas perekonomian Sumatera
Utara berusaha bangkit dengan perbaikan berbagai indikator ekonomi yang nantinya akan memepengarui Sumatera Utara ke arah yang lebih baik.
Seperti yang terjadi pada tahun 2003 sampai tahun 2004, pertumbuhan ekonomi tahun 2004 tumbuh 5,74 lebih tinggi dari tahun 2003 yang
sebesar 4,31, disamping itu indikator ekonomi Sumatera Utara relatif mengalami perbaikan,sehingga turut mempengaruhi roda perekonomian
Sumatera Utara secara keseluruhan. Begitu juga memasuki tahun 2005, tidak terlalu banyak mengalami perubahan dari tahun 2003 walaupun
sedikit diwarnai perkembangan yang cukup ketat akibat kebijakan pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak BBM. Pada tahun
2005 terjadi peurunan perekonomian dari tahun sebelumnya.
Masniari Dalimunthe : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Sumatera Utara, 2008.
USU Repository © 2009
Beberapa indikator ekonomi tersebut misalnya dapat dilihat dari:
a. Laju Inflasi
Sebelum terjadi krisis moneterlaju inflasi di Sumatera Utara masih berada pada posisi yang tida teralu parah, namun pada tahun 1998 sejak krisis
melanda perekonomian, inflasi melonjak tajam mencapai 83,56. Ini menjadi tingkat inflasi yang paling parah yang pernah terjadi daalm
perekonomian Sumatera Utara. Kondisi ini turut mempengaruhi kurs Rupiah yang mencapai angka Rp 18.000 per US Dollar. Terjadi lonjakan
harga yang sangat tinggi mengakibatkan biaya produksi meningkat tajam. Namun seiring perkembangannya, laju inflasi dapat menurun
perlahan-lahan pada posisi 11,37 pada tahun 1999 ketika secara lambat laun perekonomian bankit kembali. Pada tahun 2006, inflasi Sumatera
Utara mencapai 6,11. Angka ini jauh lebih rendah dari tahun 2005 yang berada pada posisi 22,41. Sebelumnya pada tahun 2004, inflasi
Sumatera Utara mencapai 6,81, turun pada posisi 9,66 pada tahun 2003.
Masniari Dalimunthe : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Sumatera Utara, 2008.
USU Repository © 2009
Tabel 4.1 Inflasi di Sumatera Utara Tahun 1986-2006
dalam persen Tahun
Inflasi
1986 3,83
1987 4,40
1988 6,78
1989 6,64
1990 7,56
1991 8,99
1992 8,56
1993 9,75
1994 8,28
1995 7,24
1996 8,70
1997 13,10
1998 83,56
1999 11,37
2000 15,73
2001 15,50
2002 10,49
2003 9,66
2004 6,81
2005 22,41
2006 6,11
Sumber: Statistik Keuangan Daerah Sumatera Utara, Bank Indonesia, Medan
Dari kondisi ini tergambar bahwa laju inflasi di Sumatera Utara masih belum stabil, tergantung pada kondisi yang terjadi baik karena
faktor ekonomi maupun non ekonomi. Misalnya, secara fundamental tingginya inflasi tahun 2001 terjadi karena kebijakan pemrintah menaikkan
harga BBM sehingga memberi dampak makro yang cukup besar. Kondisi ini telah membuat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap harga
terpuruk.
Masniari Dalimunthe : Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Sumatera Utara, 2008.
USU Repository © 2009
Tingginya tingkat inflasi di Provinsi Sumatera Utara terkhusus beberapa tahun belakangan ini terlihat dari beberapa faktor seperti
tingginya permintaan akan kelompok barang makanan akibat pelaksanaan hari besar keagamaan, sementara untuk kelompok di luar barang makanan
terlihat pada kenaikan harga barang seperti perumahan, listrik, gas, air minum dan lain-lain.
b. PDRB