2. Pengujian Hipotesis dengan Uji-t Uji-t dimaksudkan untuk mengetahui apakah memang secara
signifikan dua variabel yang sedang diperbandingkan atau dicari perbedaannya itu memang berbeda, ataukah perbedaan itu terjadi semata-
mata karena kebetulan saja.
12
Pengujian hipotesis menggunakan uji-t dengan rumus:
13
M1 M2
1 2
o
SE M
M t
SE
M2-M1
=
2 1
M 2
2 M
SE SE
SE
M1
= 1
N SD
1
SE
M2
= 1
N SD
2
Keterangan:
t
o
= t hasil perhitungan M
1
= rata-rata skor kelas kontrol M
2
= rata-rata skor kelas eksperimen SD
1
= standar deviasi kelas kontrol SD
2
= standar deviasi kelas eksperimen SE
M1
= standar eror mean kelas kontrol SE
M2
= standar eror mean kelas eksperimen SE
M1- M2
= standar eror perbedaan mean antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
G. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: H
1
diterima, H ditolak jika t
hitung
t
tabel
H diterima, H
1
ditolak jika t
hitung
t
tabel
12
Sudijono, Pengantar..., h. 277.
13
Sudijono, Pengantar..., h. 324.
Hipotesis nol H :
“Tidak terdapat perbedaan pemahaman konsep kimia yang signifikan antara siswa yang diajarkan dengan pendekatan sains
teknologi masyarakat STM dan yang diajarkan dengan pendekatan konvensional”.
Hipotesis alternatif H
1
: “Terdapat perbedaan pemahaman konsep kimia
yang signifikan antara siswa yang diajarkan dengan pendekatan sains teknologi masyarakat STM dan yang diajarkan dengan pendekatan
konvensional”.
56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat STM di MA Al-Khairiyah Jakarta Selatan
Dalam proses penelitian ini yaitu pelaksanaan perlakuan berupa pembelajaran kimia dengan menggunakan pendekatan STM pada materi
minyak bumi dan petrokimia yang dilakukan dalam empat pertemuan di MA Al-Khairiyah Jakarta Selatan, penulis menemukan beberapa kondisi-kondisi
siswa dalam pembelajaran yang berbeda bila dibandingkan dengan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konvensional, di
antaranya yaitu: 1. Keaktifan siswa bertanya.
Pada proses pembelajaran dengan pendekatan STM, siswa lebih aktif dalam bertanya dan kemudian menyimak jawaban yang diberikan
oleh siswa lain maupun oleh guru. Keaktifan siswa ini dikarenakan siswa memiliki keingintahuan lebih jauh mengenai materi pelajaran yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehinggga menimbulkan minat siswa terhadap materi pelajaran tersebut. Keaktifan ini juga dimungkinkan
karena guru tidak dominan, tidak memposisikan diri sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pembelajaran dan guru memberikan ruang
kesempatan yang luas bagi siswa untuk bertanya jawab. Kondisi ini berbeda dengan kondisi siswa pada pembelajaran
dengan pendekatan konvensional. Siswa tidak antusias untuk bertanya karena keaktifan guru yang sangat dominan sehingga siswa seolah-olah
merasa cukup dengan informasi-informasi yang diberikan oleh guru melalui ceramah, dari catatan yang diberikan oleh guru, dan dari buku
paket pelajaran yang mereka miliki..