2.6.1 Sejarah Internet
Cikal bakal jaringan internet dikembangkan pada tahun 1969 oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat dengan nama ARPANet US Defense
Advanced Research Projects Agency . ARPANet dibangun dengan sasaran untuk
membuat suatu jaringan komputer yang tersebar untuk menghindari pemusatan informasi pada satu titik yang dipandang rawan untuk dihancurkan apabila terjadi
peperangan. Dengan cara ini diharapkan apabila ada satu bagian dari jaringan terputus, maka jalur yang melalui jaringan tersebut dapat secara otomatis
dipindahkan ke saluran lainnya.
2.6.2 Istilah-istilah dalam Internet
Istilah–istilah dalam internet antara lain:
a. Browser: Sebutan untuk perangkat lunak software yang digunakan untuk mengakses World Wide Web.
b. Download: Istilah untuk kegiatan menyalin data biasanya berupa file dari sebuah komputer yang terhubung dalam sebuah network ke komputer lokal.
c. Internet: Sejumlah besar network yang membentuk jaringan inter-koneksi Inter-connected network yang terhubung melalui protokol TCPIP.
d. Login: Pengenal untuk mengakses sebuah sistem yang tertutup, terdiri dari
username juga disebut login name dan password kata kunci.
e. Server: Komputer umumnya besar yang melayani permintaan berbagai user.
f. Upload: Kegiatan pengiriman data berupa file dari komputer lokal ke
komputer lainnya yang terhubung dalam sebuah network. Kebalikan dari kegiatan ini disebut download.
g. URL: Uniform Resource Locator. Sebuah alamat yang menunjuk ke sebuah
resource di internet atau intranet.
h. Web server: Jaringan client server interaktif yang menggunakan teknologi
World Wide Web .
2.7 Pengembangan Sistem
Proses pengembangan sistem terdiri dari proses standar atau langkah yang dapat digunakan pada semua proyek pengembangan sistem. Meskipun proses
bisnis pada masing-masing organisasi berbeda, mereka memiliki karakteristik umum yang sama, yaitu kebanyakan proses pengembangan sistem pada organisasi
mengikuti pendekatan problem-solving. Berikut ini adalah langkah problem- solving
secara umum Whitten, et. al., 2004: a. Mengidentifikasi masalah.
b. Memahami dan menganalisa masalah. c. Mengidentifikasi solusi yang diharapkan.
d. Mengidentifikasi solusi alternatif dan memilih solusi yang terbaik. e. Merancang solusi yang telah dipilih.
f. Mengimplementasikan solusi yang telah dipilih. g. Mengevaluasi hasil jika masalah tidak terpecahkan, kembali ke langkah 1
atau 2.
Untuk mempermudah pendekatan problem-solving, terdapat empat tahapan yang harus diselesaikan untuk proyek pengembangan sistem Whitten, et.
al., 2004 yaitu:
1. System initiation, yaitu mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan membuat rencana untuk menyelesaikan masalah tersebut. Di dalam system initiation,
kita membuat lingkup proyek, tujuan, jadwal dan anggaran yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah atau sebagai gambaran keuntungan dari
proyek. 2. System analysis, yaitu memahami dan menganalisa masalah. Selain itu, juga
dilakukan identifikasi terhadap solusi yang diharapkan. System analysis mempelajari permasalahan untuk merekomendasikan peningkatan dan
spesifikasi kebutuhan bisnis serta prioritas solusi. System analysis diharapkan dapat memberikan pemahaman masalah yang lebih dan kebutuhan proyek
kepada tim proyek. 3. System design, yaitu mengidentifikasi solusi alternatif dan memilih solusi
yang terbaik, kemudian merancang solusi yang telah dipilih. System design membuat spesifikasi teknis dengan solusi berbasis komputer yang telah
diidentifikasi pada system analysis. 4. System implementation, yaitu mengimplementasikan solusi yang telah dipilih,
kemudian mengevaluasi sistem informasi yang telah dibuat. System implementation
merupakan tahapan terakhir dalam proses pengembangan sistem. System implementation meliputi kegiatan membangun, meng-install,
menguji dan mengoperasikan sistem informasi.
Langkah-langkah tersebut dapat digambarkan pada Gambar 2.2:
Gambar 2.2 Pengembangan dengan Strategi Waterfall
Sumber: Whitten, et. al., 2004
Dalam system analysis and design, pengembangan sistem memiliki berbagai pendekatan, salah satunya adalah pendekatan model-driven. Pendekatan
model-driven merupakan strategi pengembangan sistem yang menekankan pada
penggambaran model sistem untuk membantu dalam menganalisa masalah dan memvisualisasikannya, mendefinisikan kebutuhan bisnis dan desain sistem
informasi. Menurut Whitten 2004 Pendekatan model-driven memiliki beberapa
kelebihan, di antaranya: a. Spesifikasi kebutuhan lebih terakomodasi dan terdokumentasi dengan baik.
b. Kebutuhan bisnis dan desain sistem lebih mudah untuk dimengerti dengan gambar dari pada dengan kata-kata.
results in complete
system initiation
complete system
analysis complete
system design
complete system
implementation the entire
information system
c. Pendekatan model-driven lebih mudah untuk mengidentifikasi, mengonsep dan menganalisa solusi alternatif.
d. Sistem dapat dibangun dengan tepat sesuai kebutuhan user. Pada pendekatan model-driven dikenal beberapa teknik pemodelan.
Pemodelan yang digunakan dalam pengembangan sistem ini adalah pemodelan berorientasi objek. Pemodelan objek yaitu teknik yang berusaha menyatukan data
dan proses ke dalam bentuk tunggal yang disebut objek. Pemodelan objek adalah diagram yang mendokumentasikan sistem dalam konteks objek dan interaksinya.
Menurut Nugroho 2005 Menggunakan pemodelan berorientasi objek memiliki beberapa kelebihan, di antaranya:
a. Jika terjadi perubahan pada sistem informasi, maka hanya perlu mengubah objek dan fungsinya yang dikehendaki tanpa akan mempengaruhi objek lain
yang tidak dikehendaki terjadinya perubahan. Hal ini dikarenakan setiap objek berdiri secara mandiri.
b. Jika terjadi perubahan pada sistem informasi, maka akan lebih mudah mengubahnya, meskipun pada sistem informasi yang besar sekalipun.
Pemodelan sistem pada skripsi ini akan dilakukan dengan menggunakan UML Unified Modeling Language sebagai tool-nya.
2.8 Prinsip Dasar Pengembangan Sistem