Dampak Pernikahan Anak di India

39 1000 bayi yang lahir per tahunnya 19 bayi yang lahir dari ibu berusia di bawah 17 tahun adalah prematur. 45 Jika dilihat dari sisi pendidikan, dengan adanya pernikahan anak ini maka anak yang dinikahkan mau tidak mau harus putus sekolah dan mengurus pekerjaan rumah, sehingga anak tidak memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan. Di daerah seperti Bihar, Mizoram, Rajasthan dan Uttar Pradesh terdapat lebih dari 60 anak perempuan yang keluar dari sekolah sebelum menyelesaikan pendidikan dasar mereka dan kemudian menikah diusia kurang dari 18 tahun. 46 Semakin dini anak perempuan menikah maka semakin rendah pendidikannya, sehingga menimbulkan kemungkinan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. pelecehan seksual, dan ketergantungan ekonomi. Akibatnya, terjadilah ketidaksetaraan di rumah tangga serta menimbulkan diskriminasi dan rendahnya status seorang perempuan. 47 Biasanya anak yang menghadapi kekerasan dalam rumah tangga ini juga cenderung tidak melakukan perlawanan dan mereka biasanya dikhususkan untuk pekerjaan rumah tangga dengan pengetahuan yang terbatas. Hal itu yang menyebabkan anak perempuan istri tidak memiliki kemampuan untuk bernegosiasi dan pihak laki-laki suami cenderung mengontrol dan membatasi akses perempuan terhadap kehidupannya. Dikarenakan wanita atau anak 45 CSR India. “A Study on” Child Marriage in India: Situational Analysis in Three States”. http:www.csrindia.orgimagesdownloadcase-studiesChild-Marriage-Report.pdf. Diunduh pada Jumat, 14 November 2014 46 UNICEF, Statistics of India 2004, http:www.unicef.orginfobycountryindia_statistics.html. Diakses pada 15 November 2014 47 UNICEF India, “Child Marriage: Fact Sheet”, November 2011. Hal 1. http:www.unicef.orgindiaChild_Marriage_Fact_Sheet_Nov2011_final.pdf. Diakses pada 26 Juni 2014 40 perempuan tidak memiliki daya dan keterampilan untuk negosiasi, maka sering sekali mereka dipaksa untuk menetap dirumah dan melakukan segala bentuk pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak bagi yang memiliki anak, dan tidak bisa bersosialisasi dengan baik sebagaimana biasanya seorang ibu rumah tangga. Meskipun ada yang berbeda pendapat, tetapi pada kenyataannya pernikahan anak ini juga termasuk dalam perdangangan anak. 48 Tidak menutup kemungkinan dengan adanya pernikahan anak maka akan menimbulkan sifat pemaksaan, kekerasan, penipuan, perbudakan dan bahkan sampai anak tersebut akan di perdagangkan dan digunakan dalam prostitusi. Pada tahun 2006, tercatat 76 kasus perdagangan anak yang terjadi di daerah Tamil Nadu, Karnataka, Andhra Pradesh dan Kerala karena dinikahkan secara dini, 49 Dengan menikahi seorang anak maka anak ini akan digunakan untuk mengambil keuntungan dari anak istri untuk dijadikan tanaga seks anak pelacuran anak atau perburuhan. 50 Anak-anak perempuan di Bengal Barat, India menjadi korban perdagangan anak yang terjadi akibat pernikahan anak, anak-anak perempuan di Bengal dikirim ke daerah kecil seperti kashmir. Mereka dijadikan pekerja seks dan dipaksa menikah dengan pria yang usianya jauh lebih tua. 51 48 Shulman, Juliana, “Child Marriage In India”. JShulmanuchicago.edu. Diakses pada 27 Juni 2014 49 2006, National Crime Record Bureau, Govt of India, New Delhi. http:ncrb.gov.in. Diakses pada 26 Desember 2014 50 USAID, “Ending Child Marriage and Meeting the Needs of Married Children: the USAID Vision for Action”, Oktober 2012, hal: 3. http:www.usaid.govsitesdefaultfilesdocuments2155Child_Marriage_Vision_Factsheet.pdf. Diakses pada 27 Juni 2014 51 ibid 41 Di Selatan India Perdagangan dan pelacuran anak ini juga didukung dengan adanya budaya “Devadasi”. Sebagian besar perempuan yang mengalami devadasi ini mencari nafkah mereka dengan menyediakan layanan seksual kepada anggota kuil dan masyarakat yang datang ke kuil. 52 Pada tahun 2006 hingga 2010, tercatat hampir 25.000 anak perempuan yang menjadi korban devadasi terdapat di daerah Karnataka, Bengal, pada tahun 2007, terdapat 17.000 Jogini di Andhra Pradesh, Maharashtra, dan Orissa. 53 Sistem Devadasi adalah praktek keagamaan yang masih dianut dibeberapa daerah di India selatan, dimana orang tua menikahi anak perempuannya dengan Tuhan atau roh-roh leluhur mereka dikuil tempat mereka berdoa untuk dipersembahkan kepada dewa atau roh leluhur mereka, kemudian sang anak akan menetap di kuil tempat mereka menikah. Biasanya hal ini terjadi sebelum anak perempuan mereka mencapai masa pubertas. Gadis yang mengalami devadasi disebut sebagai Jogini dan Jogini dilarang melakukan pernikahan yang sesungguhnya. 54 Dampak terakhir dari kasus pernikahan anak di India ini adalah terjadinya kasus perceraian dan timbulnya status janda pada anak. Pada tahun 2007, India memiliki 7.000 kasus perceraian dari pernikahan anak yang tersebar di daerah Rajasthan, Bengal Barat, Bihar, Jharkhand, Uttar Pardesh, dan Madhya Pardesh. Biasanya kasus perceraian ini banyak terjadi di daerah pedesaan India 52 Vanini, Sakti. “Trafficking and HIV, Maharashtra” Trafficking Report. Rajastan 2005. Hal 19 http:shaktivahini.orgwp-contentuploads201203MharastraTAHA.pdf. Diunduh pada 18 November 2014. 53 Menon, Ramesh. “Devadasi in a role play performance on child marriage”. 26 April 2011 http:www.wunrn.comnews201105_0705_07_07051407_india.htm Diunduh pada: 22 Desember 2014 54 Vanini, Sakti. “Trafficking and HIV, Maharashtra” Trafficking Report. Rajastan 2005. Hal 19 http:shaktivahini.orgwp-contentuploads201203MharastraTAHA.pdf. Diunduh pada 18 November 2014. 42 dibandingkan dengan daerah perkotaan. 55 Daerah yang memiliki anak perempuan berstatus janda terbanyak di India adalah Bengal Barat yakni 74. 56 Janda-janda kecil ini biasanya mengalami diskriminasi yang menyebabkan timbulnya rasa minder dan krisis kepercayaan diri sehingga membatasi ruang lingkup dirinya sendiri. Pernikahan semestinya dilakukan atas persetujuan penuh dari kedua pasangan. Namun kenyataan yang dihadapi dalam pernikahan anak di India, persetujuan menikah seringkali merupakan paksaan atau tekanan orang tua, sehingga anak setuju untuk menikah dan seringkali merupakan bentuk bakti dan hormat pada orang tua. Orang tua beranggapan bahwa menikahkan anak mereka berarti suatu bentuk perlindungan terhadap sang anak, namun hal ini justru menyebabkan hilangnya kesempatan anak untuk berkembang, tumbuh sehat, dan kehilangan kebebasan dalam memilih. 57 Berdasarkan berbagai dampak yang ditimbulkan dari pernikahan anak baik dampak psikologis, kesehatan dan pendidikan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka praktek pernikahan anak seharusnya dihindari dan pemerintah perlu melakukan tindakan untuk mengendalikan angka pernikahan anak di India. 55 Rohit Parihar, “Wedowed Children in India”, 31 Oktober 2008. http:indiatoday.intoday.instoryWidowed+children118934.html. Diakses pada 26Desember 2014 56 Suswati Basu, “India’s City of Widow”. Rabu, 30 Juni 2010. http:www.theguardian.comcommentisfree2010jun30india-city-widows-discrimination. Diakses pada 26 Desember 2014 57 UNPFA, “Child marriage fact sheet”, 2005. http:www.unfpa.orgswp2005presskitfactsheetsfacts_child_marriage.htm. Diakses pada 29 Juni 2014 43

D. Kebijakan Pemerintah India dalam Menangani kasus Pernikahan Anak

di India Pemerintah nasional dan masyarakat internasional semakin menyadari bahwa pernikahan anak telah menjadi tantangan serius, baik sebagai pelanggaran hak asasi manusia khususnya hak asasi anak dan menghambat perkembangan masa depan anak. Kebudayaan tradisional India tepatnya pada masa perjuangan kemerdekaan, tokoh nasional India, Mahatma Gandhi sudah menyerukan persamaan hak bagi anak perempuan, bahwa tugas pertama pasca kemerdekaan India adalah untuk menyusun konstitusi kepada masyarakat, tanpa ada perbedaan atas dasar jenis kelamin. Seruan ini menjadi dasar bagi pemerintah India dalam menangani kasus pernikahan anak, dimana memperhatikan juga mengenai persamaan hak tanpa melihat jenis kelamin. 58 Pemerintah India berusaha menangani kasus pernikahan anak dengan berbagai cara. Secara Nasional Pemerintah India memiliki kebijakan dalam menangani kasus pernikahan anak di India. Ada beberapa cara yang telah digunakan oleh pemerintah untuk memberdayakan perempuan, mendorong anak- anak india untuk lanjut sekolah, dan merubah mindset masyarakat India. 59 Adapun kebijakan nasional yang dilakukan oleh pemerintah India diantaranya, Lihat Tabel II.C.1 58 UNICEF India, “End Child Marriage: Change Perceptions and Beliefs”, 2013. New Delhi, hal: 11. http:unicef.org.npmedia-centrepress-releases20140811india-commits-to-end-child- marriage. Diakses pada 29 Juni 2014 59 UNICEF India, “End Child Marriage: Change Perceptions and Beliefs”, 2013. New Delhi, hal: 11. http:unicef.org.npmedia-centrepress-releases20140811india-commits-to-end-child- marriage. Diakses pada 29 Juni 2014 44 Tabel. II.C.1. Kebijakan Nasional India dalam menangani kasus pernikahan anak di India Kebijakan Nasional Ketentuan yang berkaitan tentang pernikahan anak. Bal Vivah Virodh Abhiyan Membuat aksi larangan program pernikahan anak The Compulsory Registration of Marriages Act Mewajibkan kepada seluruh warga negara India untuk mendaftarkan pernikahannya. The Prohibition of Child Marriage Act, 2006 Ketentuan usia pernikahan di India yakni perempuan 18 tahun dan laki-laki 21 tahun. Kasturba Gandhi Balika Vidyalaya KGBV Setiap anak di India berhak mendapatkan pendidikan. Dhanalakshmi Dana tunai yang digunakan untuk asuransi anak di India Child Protection Scheme ICPS Memberikan perawatan dan perlindungan terhadap peningkatan kesejahteraan anak-anak dalam keadaan sulit Sarva Shiksa Abhiyan SSA Memberikan pendidikan dasar yang dkhususkan untuk anak berusia 6-14 tahun. Membantu menangani ketidaksetaraan gender dan kesenjangan sosial terhadap anak-anak. Rajiv Gandhi Scheme for Empowerment of Adolescent Girls-SABLA Memberikan informasi mengenai nutrisi dan kesehatan reproduksi. Jika dilihat pada tabel diatas, pada tahun 2005, the National Commission for Women NCW atau Komisi Perempuan Nasional India mengeluarkan Bal Vivah Virodh Abhiyan atau larangan program pernikahan anak. Program ini merupakan program kesadaran nasional india yang berfungsi untuk meningkatkan kesadaran akan tingkat dan dampak dari pernikahan anak di India. program ini difokuskan untuk daerah-daerah yang memiliki kasus pernikahan anak yang 45 cukup tinggi seperti; Rajasthan, Bihar, Chhattisgarh, Madhya Pradesh, Jharkhand, dan Uttar Pradesh. Komisi perempuan India telah menerbitkan sebuah iklan di media nasional untuk membangkitkan kesadaran didaerah-daerah yang difokuskan. Progam ini juga dipercaya dapat membantu meningkatkan derajat anak perempuan di India dan secara tidak langsung dapat meningkatkan target usia pernikahan. 60 Ditahun 2006, Mahkamah Agung di India memutuskan kepada seluruh warga negara India untuk wajib melakukan pendaftaran bagi semua pernikahan. Selain itu pemerintah India membuat The Compulsory Registration of Marriages Act atau program aksi wajib daftar nikah. Dalam hal ini menyatakan bahwa setiap warga negara India wajib mendaftarkan pernikahannya selambat-lambatnya dalam waktu sepuluh hari sebelum hari pernikahan. 61 Pernikahan tidak akan diakui secara resmi kecuali pasangan tersebut memiliki sertifikat yang diperoleh setelah mendaftarkan ke pihak yang berwenang dan pasangan yang telah mendaftarkan pernikahannya telah dipastikan bahwa mereka telah cukup usia untuk menikah. Dalam proses pendaftaran pernikahan, pemerintah juga melakukan pengecekan usia pada tiap pasangan, sehingga pemerintah mengetahui dan dapat mencegah terjadinya praktek pernikahan anak di India. 62 60 Kumari, Ranjana. Dr, “A Study on Child Marriage in India: Situational Analysis in Three States ”, hal: 18-19. http:www.unodc.orgpdfindiatraining_manual_police1.pdf. Diakses pada 28 Juni 2014 61 ibid 62 HAQ: Centre for Child Rights, ”Child Marriage in India: Achievements, Gaps and Challenges”, New Delhi, India. 46 Pemerintah di Madhya Pradesh, Uttar Pradesh, Haryana dan Bihar dimana pernikahan anak cukup besar terjadi di daerah tersebut masih belum mengambil inisiatif untuk mewajibkan masyarakatnya dalam melakukan registrasi atau mendaftarkan pernikahan, hal ini dikarenakan adanya kesenjangan undang- undang antara pemerintah pusat dan pemerintah di daerah tersebut. 63 Dengan adanya program the Compulsory Registration of Marriages Act ini maka pemerintah pusat sudah mewajibkan bagi semua warga negara India untuk meregistrasikan atau mendaftarkan pernikahanan mereka dengan tujuan untuk mengetahui struktur sosial dan kondisi lokal serta mencegah terjadinya pernikahan anak di berbagai daerah di India. 64 Ditahun yang sama, pemerintah India juga membuat The Prohibition of Child Marriage Act, 2006 PCMA, 2006 atau Aksi Larangan bagi pernikahan anak di India. The Prohibition of Child Marriage Act, 2006 PCMA, 2006 ini deklarasikan pada 10 Januari 2007 dan mulai berlaku pada tanggal 1 november 2007. Program ini dibuat untuk mengatasi pernikahan anak di India yang semakin marak. 65 Sebelum dibuatnya The Prohibition of Child Marriage Act, 2006 PCMA, 2006, pemerintah India sudah membuat The Child Marriage Restraint Act, http:www.ohchr.orgdocumentsissueswomenwrgsforcedmarriagengohaqcentreforchildrights1 .pdf. Diakses pada 01 Juli 204 63 Kumari, Ranjana. Dr, “A Study on Child Marriage in India: Situational Analysis in Three States ”, hal: 17-18. http:www.khubmarriage18.orgsitesdefaultfiles55.pdf. Diunduh pada 02 Juli 2014 64 Ibid 65 Ministry of Women and Child Development. ” Handbook on The Prohibition of Child Marriage Act, 2006 ” New Delhi: 2007. http:www.unicef.orgindiaChild_Marriage_handbook.pdf. Diakses pada 2 Juli 2014