Peran UNICEF di India

63 6. Meningkatkan sektor pertanian, industri dan jasa 17 Pernikahan anak di India sudah menjadi salah satu fokus UNICEF, dalam menangani masalah pada anak khususnya kasus pernikahan anak di India ini, pemerintah India dan UNICEF melalui Eleventh Five Years Plan memfokuskan kembali rencana kerjanya untuk menangani kasus pernikahan anak di India, yaitu: 1. Pengelompokan usia pada anak, sehingga anak di bawah usia 18 tahun tidak boleh dinikahakan. 2. Setiap penduduk wajib meregistrasikan pernikahannya dan memverifikasi usia saat mereka menikah. 3. Memperkuat mekanisme pelaksanaan dan implementasi Prohibition Child Marriage Act, 2006. 4. Memperkenalkan Dhanalaksmi kepada masyarakat desa. 18 Tidak hanya rencana kerja Eleventh Five Years Plan, UNICEF dan pemerintah India juga telah memulai program-program lain dalam menangani kasus pernikahan anak di India. UNICEF bekerjasama dengan pemerintah India untuk menyadarkan masyarakat India untuk tidak menikahakan anaknya diusia dini dan meningkatkan kemampuan masyarakat India khususnya perempuan dalam menangani kasus pernikahan dini. Disamping itu, UNICEF juga membantu mengembangkan program-program yang telah dilakukan oleh pemerintah India berdasarkan pemahaman yang lebih mendalam untuk mengidentifikasi dan 17 “Eleventh Five Years Plan 2007-2012”, Vol.2, Planning Commssion Government of India, http:www.unicef.orgindiasearch, diunduh pada: 12 Juli 2014. 18 Ibid 64 mengatasi norma-norma sosial serta realitas ekonomi yang mempengaruhi kasus pernikahan anak. Adapun kerjasama yang dilakukan oleh UNICEF dan Pemerintah India diantaranya; UNICEF dan pemerintah India melalui kementerian pendidikan di India bekerjasama untuk meningkatkan akses pendidikan yang lebih berkualitas dan memastikan bahwa kesenjangan gender dapat dihilangkan dibidang pendidikan, dengan membuat program the National Programme for Education of Girls at Elementary Level NPEGEL school atau pendidikan nasional pada anak perempuan di tingkat sekolah dasar SD, program ini merupakan komponen dan pengembangan dari program Sarva Shiksa Abhiyan SSA yang dibuat oleh pemerintah India pada tahun 2010. 19 Dalam program ini UNICEF menyediakan dukungan tambahan bagi rakyat miskin atau anak perempuan yang tidak beruntung di sekolah dasarnya disamping intervensi SSA sendiri. Dukungan tambahan tersebut yakni seperti menyediakan alat dan sumber daya manusia dalam membangun NPEGEL. UNICEF juga melatih anak perempuan dalam membuat keputusan dengan cara mempraktekan apa yang mereka pelajari dalam suatu ilustrasi yang dibuat oleh UNICEF, dan UNICEF juga sering mengadaknaan dialog khusus mengenai pentingnya pendidikan dalam kasus pernikahan anak di India. 20 19 UNICEF India, “Briefing Paper Series: Innovations, Lessons and Good Practices. Community Based Interventions on Child Marriage”, New Delhi, India, 2011, hal: 5. http:www.unicef.orgindia9.__Child_Marriage_Community-based_Intervention.pdf. Diakses pada 18 Juli 2014 20 Augustine, Marly. Dasgupta, Malasree. Menon, Sudha, “The National Programme for Education of Girls at Elementary Level NPEGEL”, Best Practices Foundation, India, 2012. http:www.bestpracticesfoundation.orgpdfPDF14b2-NPEGEL.pdf. Diakses pada 18 Juli 2014 65 The National Programme for Education of Girls at Elementary Level NPEGEL school ini dirancang untuk mendirikan sekolah-sekolah di perumahan sekitar pedesaan dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang lebih rutin dan proses pendaftaran pun lebih mudah terawasi. Selain itu program ini dibuat dengan tujuan untuk mempermudah akses menuju kesekolah, mengurangi ketidaksetaraan gender dalam sektor pendidikan, memastikan partisipasi perempuan dan anak perempuan di bidang pendidikan, meningkatkan kualitas pendidikan khususnya bagi perempuan dan anak perempuan untuk memberdayakan kemampuan mereka. 21 NPEGEL school ini telah didirikan di daerah-daerah di India seperti; Assam, Haveli Andhra Pradesh, Arunachal Pradesh, Bihar, Chhattisgarh, Gujarat, Jharkhand, Haryana, Himachal Pradesh, Karnataka, Jammu Kashmir, Madhya Pradesh, Maharashtra, Meghalaya, Mizoram, Orissa, Punjab, Rajasthan, Tamil Nadu, Tripura, Uttaranchal Meghalaya, West Bengal dan Uttar Pardesh dan pada tahun 2010-2012, tercatat 38.462 siswa yang tergabung dalam NPEGEL school. 22 Selain The National Programme for Education of Girls at Elementary Level NPEGEL school, UNICEF bekerjasama dengan pemerintah India melalui Kementerian Pengembangan Sumber Daya Manusia atau Ministry of Human Resource Development India untuk mempromosikan hak-hak perempuan dan memobilisasi masyarakat India khususnya anak perempuan untuk mengubah norma-norma sosial yang merugikan mereka termasuk distkriminasi, 21 Ibid 22 Ibid 66 ketidaksetaraan gender dan rendahnya nilai anak perempuan dalam lingkungan sosial dengan membuat suatu program Mahila Samakhya atau sekolah perumahan. Program tersebut dikhususkan untuk perempuan, baik perempuan yang telah menikah, perempuan yang putus sekolah atau perempuan yang dipekerjakan. 23 “Mahila” memiliki arti perempuan, “Samakhya” berasal dari bahasa sansa kerta yakni, “Sama” yang berati sama atau setara dan “Akhya” yang berarti dihargai, dengan demikian Mahila Samakhya ini merupakan program pemberdayaan perempuan dan pendidikan berbasis gender untuk perempuan dikelompok marjinal di daerah pedasaan. 24 Mahila Samakhya didirikan pada tahun 2001 dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai pentingnya pemberdayaan perempuan sebagai prasyarat untuk memfasilitasi anak perempuan mereka ke bidang pendidikan dan memberikan alternatif untuk mobilisasi pemberdayaan perempuan serta untuk mengatasi diskriminasi gender dilingkungan mereka. 25 Selain itu visi dan misi Mahila Samakhya ialah meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri perempuan, membangun citra yang positif terhadap perempuan dengan mengakui kontribusi mereka terhadap masyarakat, 23 Ministry of Human Resource Development, Department of School Education and Literacy, “Mahila Samakhya”, New Delhi, 2011. http:mhrd.gov.insitesupload_filesmhrdfilesEngagement_of_Consultants_for_Mahila_Samakh ya_programme_0.pdf. Diakases pada 19 Juli 2014 24 Nualart, Barberillo, “The Mahila Samakhya Program: Empowering Education For Women’s Equality in Indian Disadvantaged Communities and Rural Areas”, Communications Papers, Media Literacy and Gender Studies, 2012. Hal: 7. http:girona.academia.eduCommunicationPapersVolumen-1---NC3BAmero-1. Diakses pada 19 Juli 20014 25 Ibid 67 pemerintahan dan ekonomi, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, mendorong pengambilan keputusan dan tindakan melalui proses kolektif, memungkinkan perempuan untuk membuat pilihan informasi dalam bidang seperti pendidikan, pekerjaan dan kesehatan terutama kesehatan reproduksi, memastikan partisipasi yang sama dalam proses perkembangan, menyediakan informasi, pengetahuan dan keterampilan untuk kemandirian ekonomi, meningkatkan kesadaran dan informasi mengenai hukum yang berkaitan dengan hak-hak anak dan perempuam serta hak mereka dalam masyarakat dengan maksud untuk meningkatkan partisipasi mereka di semua bidang. 26 Mahila Samakhya ini dilaksanakan dibeberapa daerah seperti Andhra Pradesh, Assam, Bihar, Chattisgarh, Gujarat, Jharkhand, Karnataka, Kerala, Uttarkhand dan Uttar Pradesh, pada tahun 2009-2011 tercatat 14.582 perempuan yang telah lulus dari sekolah perumahan ini. 27 Selanjutnya ditahun 2010, UNICEF dan pemerintah India melalui Kementerian Perempuan dan Anak atau Ministry of Women and Child Development di India bekerja sama untuk menetapkan dan menegakkan undang- undang yang tepat untuk meningkatkan usia minimum pernikahan untuk anak perempuan yakni 18 tahun dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pernikahan anak sebagai pelanggaran hak asasi manusia khususnya perempuan dengan membuat buku saku mengenai Prohibition of Child Marriage Act 2006. 26 “Mahila Samakhya”, Conference Delhi, 2004, diakses pada: http:siteresources.worldbank.orgINTINDIAResourcesms.pdf. Diakses pada 12 Juli 2014. 27 Ibid 68 Buku saku ini menjelaskan mengenai ketentuan-ketentuan dari Prohibition of Child Marriage Act 2006 dan tanggung jawab para pemangku pemerintah seperti petugas Child Marriage Prohibition, polisi, pemerintah daerah, Panchayat Members dan para guru dalam mengidentifikasi masalah kasus pernikahan anak di India. 28 Buku ini digunakan untuk membahas peluang, tindakan atau aksi dari pihak lain seperti; pekerja anganwadi, Accredited Social Health Activists ASHA, Auxiliary Nurse Midwifes ANMs, Komite kesejahteraan anak dan petugas kesejahteraan daerah dalam menangani kasus pernikahan anak di India. 29 Buku ini juga digunakan untuk membangun kesadaran Pemerintah dalam bertanggung jawab untuk menerapkan hukum dalam menangani kasus pernikahan anak di India. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan implementasi undang- undang larangan pernikahan anak yakni Prohibition of Child Marriage Act, 2006 pada setiap kebijakan pemerintah dan lingkungan masyarakat untuk menunda usia pernikahan. Selain itu, UNICEF juga memberikan dukungan secara teknis kepada Kementerian perempuan dan anak atau Ministry of Women and Child Development di India dalam pelaksanaan Integrated Child Protection Scheme 28 UNICEF India, “Child Marriage Fact Sheet”, November 2011. http:www.unicef.orgindiaChild_Marriage_Fact_Sheet_Nov2011_final.pdf. diakses pada 17 Juni 2014 29 UNICEF India and Ministry of Woman and Child Developme nt, “Handbook:The Prohibition of Child Marriage Act, 2006”, New Delhi. http:www.unicef.orgindiaChild_Marriage_handbook.pdf. Diakses pada 17 Juli 2014 69 ICPS yang memberikan kesempatan baik untuk membangun dan memperkuat sistem perkembangan anak di India. 30 Salah satu dampak dari pernikahan anak di India adalah terjangkitnya HIVAIDS. UNICEF bekerja sama dengan pemerintah India dan masyarakat sipil, khususnya dengan Ministry of Women and Child Development, Kementerian Tenaga Kerja, pemberdayaan perempuan dan polisi untuk melindungi serta memelihara hak-hak perempuan dan anak dalam menangani kasus pernikahan anak dan menghindari penyebaran HIVAIDS. Menurut UNICEF jika pernikahan anak dapat dihindari maka secara otomatis HIVAIDS juga dapat dihindari. 31 Dalam menangani HIVAIDS di India, UNICEF bekerjasama dengan pemerintah India melalui Kementerian Kesehatan dalam membantu memperluas dan meningkatkan kualitas program untuk mengurangi penularan HIVAIDS dari ibu dan anak-anak dengan berbagai cara seperti menyediakan pasokan obat- obatan, meningkatkan kapasitas staff untuk membantu mengembangkan komunikasi, meningkatkan pendekatan dan pantauan kepada masyarakat melalui seminar dalam membahas mengenai pencegahan dan perawatan HIVAIDS serta pendidikan reproduksi bagi wanita. UNICEF juga mendukung upaya untuk mengurangi diskriminasi terhadap anak-anak atau perempuan yang terjangkit 30 UNICEF India, “Child Marriage Fact Sheet”, November 2011. http:www.unicef.orgindiaChild_Marriage_Fact_Sheet_Nov2011_final.pdf. diakses pada 17 Juni 2014 31 Ibid 70 HIVAIDS dan berkomitmen untuk memastikan pentingnya kesehatan, kesejahteraan sosial dan layanan pendidikan bagi seluruh masyarakat India. 32 Di Bihar, pada Desember 2010, UNICEF dan pemerintah pemerintah India mengadakan sebuah workshop kerjasama untuk perdamaian khususnya bagi anak dan perempuan atau “Promotion of interreligious and intercultural dialogue, understanding and cooperation for peace ” dengan para katha vachaks atau pemimpin agama di India sekaligus meminta bantuan kepada para pemimpin agama dalam membantu menangani kasus pernikahan anak di India. 33 Dalam kerjasamanya, tidak ada pembuatan program khusus akan tetapi UNICEF membangun kapasitas katha vachaks atau pemimpin agama dalam membantu menangani kasus pernikahan anak di India dengan beberapa cara seperti, menggunakan ajaran dari teks-teks keagamaan yang menekankan perlindungan anak dalam kebaktian, pendidikan agama atau dalam proses acara keagamaan yang dibuat dihari libur dan upacara adat serta menafsirkan prinsip-prinsip perlindungan anak sesuai dengan ajaran agama dan adat mereka sehingga meningkatkan kesadaran yang lebih besar dari masalah perlindungan anak. 34 Kedua, Pemimpin agama juga memanfaatkan media keagamaan, seperti radio dan televisi jaringan yang dijalankan oleh organisasi keagamaan, untuk menyebarluaskan pesan tentang pentingnya menangani kasus pernikahan anak 32 UNICEF. “UNICEF Annual Repport for India 2012”. ROSA. http:www.unicef.orgaboutannualreportfilesIndia_COAR_2012.pdf. Diakses pada 20 Juli 2014 33 UNICEF India, “Child Marriage Fact Sheet”, November 2011. http:www.unicef.orgindiaChild_Marriage_Fact_Sheet_Nov2011_final.pdf. diakses pada 20 Juli 2014 34 UNICEF, “Partnering with Religious Communities for Children”, 2012. http:www.unicef.orgaboutpartnershipsfilesPartnering_with_Religious_Communities_for_Chil dren_28UNICEF29.pdf. Diakses pada 20 Juli 2014 71 atau pelanggaran hak anak lainnya. Selain itu pemimpin agama menentang segala bentuk kekerasan terhadap anak, termasuk hukuman fisik, pelecehan seksual terhadap anak perempuan dan anak laki-laki, dalam komunitas agama dan adat, kemudian memperjelas bahwa praktek-praktek budaya yang berbahaya bagi anak- anak, seperti menikahkan anak yang berujung kekerasan dan perdagangan, bukan bagian dari keyakinan dan praktek keagamaan. 35 Pemimpin agama juga mulai mengembangkan dan menerapkan kode etik mengenai interaksi yang sesuai dengan anak-anak dalam tempat-tempat ibadah, organisasi adat dan keagamaan, lembaga termasuk sekolah dan panti asuhan pada masyarakat, termasuk mekanisme pelaporan dan respon untuk pelecehan anak. Selanjutnya, pemimpin agama membantu dalam mempromosikan pendidikan dan pelatihan bagi keluarga, guru dan orang lain dalam masyarakat pada penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap anak dengan mengundang tenaga ahli seperti misalnya guru, dokter, atau pekerja sosial dari komunitas agama untuk berbicara tentang hak-hak anak, perkembangan anak dan pentingnya mengasuh secara positif dan disiplin tanpa kekerasan dengan anggota mereka sendiri selama acara keagamaan. 36 Pemimpin Agama juga melakukan kampanye mengenai isu-isu perlindungan anak pada hari besar agama guna memperkuat sistem hukum dan monitoring untuk melindungi hak anak. Komunitas-komunitas keagamaan juga dapat memfasilitasi atau membantu dalam mekanisme pemantauan masyarakat, 35 UNICEF, “Partnering with Religious Communities for Children”, 2012. http:www.unicef.orgaboutpartnershipsfilesPartnering_with_Religious_Communities_for_Chil dren_28UNICEF29.pdf. Diakses pada 20 Juli 2014 36 Ibid 72 memobilisasi masyarakat untuk mengambil tindakan untuk melindungi anak-anak dan menilai kebutuhan mereka seperti, memastikan perawatan yang aman berbasis keluarga bagi anak-anak yang rentan, seperti anak yatim piatu, anak yang pernah dinikahkan akibat kasta, memberikan dukungan spiritual kepada keluarga yang sedang kesulitan dan meningkatkan akses pelayanan sosial yang diperlukan seperti dibuatnya kelas konseling. 37 Melalui Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga atau Ministry of Health and Family Welfare, UNICEF dan Pemerintah India juga menggunakan media seperti televisi, radio, koran dan teater masyarakat sebagai cara untuk menginformasikan larangan pernikahan anak. Dalam hal ini tidak ada program khusus yang dibuat oleh UNICEF dan pemerintah India akan tetapi UNICEF dan pemerintah India menjadikan media sebagai sarana alternatif dalam memobilisasi dan menyebarkan informasi kepada masyarakat. UNICEF telah memiliki 8 televisi siaran dan 6 radio siaran dan lebih dari 10 iklan pada media cetak yang membahas mengenai kasus pernikahan anak di India. 38 UNICEF bekerjasama dengan pemerintah India untuk mengimplementasikan Right of Children to Free and Compulsory Education Act, 2010 RTE melalu sekolah-sekolah dasar maupun sekolah-sekolah rumah yang dibentuk dari program UNICEF dan pemerintah. Right of Children to Free and 37 UNICEF, “Partnering with Religious Communities for Children”, 2012. http:www.unicef.orgaboutpartnershipsfilesPartnering_with_Religious_Communities_for_Chil dren_28UNICEF29.pdf. Diakses pada 20 Juli 2014 38 UNICEF India, “Delaying Marriage for Girls in India: A Formative Research to Design Interventions for Changing Norms”, New Delhi, March 2011, hal: 62-64. http:www.icrw.orgfilespublicationsDelaying-Marriage-for-Girls-in-India-UNICEF-ICRW.pdf. Diakses pada 24 Juli 2014 73 Compulsory Education Act, 2010 RTE berfokus pada penyediaan pendidikan gratis dan diwajibkan bagi anak-anak diusia 6 hingga 14 tahun. Undang-undang ini mengharuskan pemerintah untuk memberikan pendidikan dasar secara gratis dan memastikan kehadiran anak dilingkungan sekolah dan penyelesaian pendidikan dasar bagi setiap anak dikelompok usia 6 hingga 14 tahun. 39 Undang-undang ini telah menetapkan untuk mempekerjakan guru-guru terlatih dan melarang setiap pengajar untuk menggunaan hukuman fisik atau pelecehan mental terhadap para siswa. Undang-undang ini juga mengharuskan seluruh pemerintah daerah untuk memantau penerimaan, kehadiran, dan penyelesaian pendidikan dasar bagi setiap anak yang berada dalam wilayah mereka. Pemerintah daerah dan Panchayat members diwajibkan untuk menyimpan laporan atau catatan masuk hingga sampai berakhirnya pendidikan dasar bagi semua anak berusia diatas 6 tahun di daerah mereka, di samping pemantauan untuk menjamin pendidikan yang berkualitas didaerah mereka. UNICEF lah yang mendukung pemerintah untuk mendapatkan kemitraan baru, sehingganya teciptanya Right of Children to Free and Compulsory Education Act, 2010 RTE. 40 Selain itu, pada tahun 2010, UNICEF dan pemerintah India melalui Kementerian pendidikan di Rajasthan melakukan kampanye untuk meningkatkan kesadaran terhadap pernikahan anak di India dengan memasukan pesan bergambar di sampul belakang 40.000.000 buku paket atau modul pelajaran sekolah untuk 39 UNICEF. “UNICEF Annual Repport for India 2012”. ROSA. http:www.unicef.orgaboutannualreportfilesIndia_COAR_2012.pdf. Diakses pada 25 Juli 2014 40 Ibid 74 membantu menginformasikan dan menambah wawasan terhadap kasus pernikahan anak di India. 41 Dilihat dari program kerjasama yang dilakukan oleh UNICEF dan pemerintah India yang telah dijelaskan diatas, perlu ditinjau kembali bagaimana efektivitas peran UNICEF dalam menangani kasus pernikahan anak di India.

C. Efektivitas Peran UNICEF dalam menangani kasus pernikahan anak di

India Pada kasus ini, keefektifan peran UNICEF dalam menangani kasus pernikahan anak dapat dilihat dari kemampuan UNICEF dalam mengatasi faktor- faktor yang menjadi penyebab kasus pernikahan anak di India dan jumlah penurunan angka pernikahan anak di India. Pendidikan merupakan salah satu faktor penyebab dari pernikahan anak di India. Pendidikan juga merupakan hal terpenting dan wajib dimiliki oleh setiap anak dan perempuan di India, selain itu pendidikan menjadi sorotan utama pemerintah India dan UNICEF dalam menangani kasus pernikahan anak di India hal ini dipertkuat dengan dibuatnya Right of Children to Free and Compulsory Education Act, 2010 RTE oleh pemerintah India dengan dukungan dari UNICEF. Kurangnya pendidikan akibat terbatasnya fasilitas dan sulitnya akses menuju sekolah menjadi salah satu kendala yang dihadapi orang tua dalam 41 UNICEF India, “Child Marriage Fact Sheet”, November 2011. UNICEF India, “Child Marriage Fact Sheet ”, November 2011. http:www.unicef.orgindiaChild_Marriage_Fact_Sheet_Nov2011_final.pdf. Diakses pada 25 Juli 2014 75 menyekolahkan anaknya. Selain itu minimnya pendidikan pada orang tua juga menyebabkan minimnya pendidikan pada anak mereka. 42 Dengan demikian, dalam aspek pendidikan dengan dibuatnya Right of Children to Free and Compulsory Education Act, 2010 RTE dan program pendidikan Mahila Samakhya dan The National Programme for Education of Girls at Elementary Level NPEGEL school ini dianggap efektif dalam menangani kasus pernikahan anak di India, hal ini dibuktikan dengan adanya jumlah peningkatan dari 68 Mahila Samakhya ditahun 2008-2010 menjadi sekitar 97 Mahila Samakhya yang dibangun di 10 daerah di India pada tahun 2011-2012. Selain itu, tercatat lebih dari 20.000 perempuan dinyatakan lulus dari sekolah Mahila Samakhya dan 76 melanjutkan kesekolah formal seperti Kasturba Gandhi Balika Vidyalaya KGBV. 43 Berdasarkan laporan Joint Review Missions JRM India yang dikeluarkan oleh Ministry of Human Resource Development, Department of School Education and Literacy, di Karnataka, sekolah Mahila Samakhya telah membantu perempuan dalam perubahan mindset dan kebiasaan mereka, sehingga setiap perempuan khususnya orang tua yang memiliki anak perempuan memastikan bahwa anak perempuan mereka harus mengutamakan pendidikan dibandingkan 42 UNICEF India, “Right to Education RTE India”, India, 2012. http:www.unicef.orgindiaeducation_6144.htm. Diakses pada 26 Juli 2014 43 Ministry of Human Resource Development, Department of School Education and Literacy, “Mahila Samakhya”, New Delhi, 2011. http:mhrd.gov.insitesupload_filesmhrdfilesEngagement_of_Consultants_for_Mahila_Samakh ya_programme_0.pdf. Diakases pada 26 Juli 2014 76 pernikahan diusia dini yang dapat berdampak buruk bagi masa depan anak perempuan mereka. 44 Sedangkan pencapaian program The National Programme for Education of Girls at Elementary Level NPEGEL school sesuai dengan tujuannya yakni menangani ketidaksetraan gender pada pendidikan di India, NPEGEL school telah membuktikan keefektifan programnya dari adanya perubahan sikap dan perilaku yang lebih baik dari setiap anak perempuan yang bersekolah di NPEGEL school, perubahan sikap dan prilaku tersebut tercermin dari tingkat kepercayaan diri yang semakin tinggi didukung pula dengan adanya pelatihan pertahanan diri, wisata pendidikan, bimbingan konseling, perpustakaan keliling dan ujian pencarian bakat. 45 Selain itu, dengan mengikuti sekolah ini anak perempuan lebih memiliki kesadaran diri terhadap diskriminasi gender, sifat patriarki dan kesadaran akan hak mendapatkan pendidikan sehingga kesadaran ini telah menyebabkan banyak perempuan untuk memprotes perlakuan yang tidak adil dan bahkan mereka siap berdiri menentang praktek-praktek tradisional yang berbahaya, seperti pernikahan anak, perdagangan anak ataupun pelanggaran anak lainnya. 46 Berdasarkan laporan Briefing Paper Series: Innovations, Lessons and Good Practices. Community Based Interventions on Child Marriage yang dikeluarkan oleh UNICEF India, di daerah Assam, anak perempuan membentuk 44 Ibid 45 Ministry of Human Resource Development, Department of School Education and Literacy, Government of India, “The National Programme for Education of Girls at Elementary Level NPEGEL”, http:ssa.nic.ingirls-educationnpegelbrief_NPEGEL_12Mar07.pdfview, diunduh Pada: 30 Juli 2014. 46 Ibid 77 Kishori manchas seperti kelompok anak remaja untuk berbagi informasi dalam mengambil tindakan dalam memecahkan masalah mengenai ketidaksetaraan gender di masyarakat. 47 Selain itu mereka juga ikut berpartisipasi pelatihan pertahanan diri dengan mengikuti olahraga karate atau taekwondo, sehingga mereka telah mengubah persepsi mereka dari kemampuan mereka sendiri dalam melawan ketidaksetaraan gender. Mereka menganggap jika mereka dapat belajar karate, mereka akan memiliki kemampuan yang terlatih dan tingkat keberanian yang lebih tinggi sehingga anak laki-laki dapat lebih menghormati dan menghargai mereka. 48 Program sekolah perumahan seperti The National Programme for Education of Girls at Elementary Level NPEGEL school dan Mahila Samakhya dibuat untuk membantu mencegah pernikahan anak melalui sistem pendidikan. Selain itu Right of Children to Free and Compulsory Education Act, 2010 RTE juga telah membantu meningkatkan 85 anak di India mendapatkan pendidikan khususnya di tingkat dasar. 49 UNICEF dan pemerintah India yakin bahwa program ini dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan di India baik pendidikan bagi anak maupun orang tua sehingga dapat membantu mengurangi pernikahan anak di India. 50 47 UNICEF, “Briefing Paper Series: Innovations, Lessons and Good Practices. Community Based Interventions on Child Marriage ”, New Delhi, 2011. http:www.unicef.orgindia9.__Child_Marriage_Community-based_Intervention.pdf. Diakses pada 30 Juli 2014 48 Ibid 49 UNICEF India, “Right to Education RTE India”, India, 2012. http:www.unicef.orgindiaeducation_6144.htm. Diakses pada 26 Juli 2014 50 Ibid