Peran UNICEF di India
63
6. Meningkatkan sektor pertanian, industri dan jasa
17
Pernikahan anak di India sudah menjadi salah satu fokus UNICEF, dalam menangani masalah pada anak khususnya kasus pernikahan anak di India ini,
pemerintah India dan UNICEF melalui Eleventh Five Years Plan memfokuskan kembali rencana kerjanya untuk menangani kasus pernikahan anak di India, yaitu:
1. Pengelompokan usia pada anak, sehingga anak di bawah usia 18
tahun tidak boleh dinikahakan. 2.
Setiap penduduk wajib meregistrasikan pernikahannya dan memverifikasi usia saat mereka menikah.
3. Memperkuat mekanisme pelaksanaan dan implementasi Prohibition
Child Marriage Act, 2006. 4.
Memperkenalkan Dhanalaksmi kepada masyarakat desa.
18
Tidak hanya rencana kerja Eleventh Five Years Plan, UNICEF dan pemerintah India juga telah memulai program-program lain dalam menangani
kasus pernikahan anak di India. UNICEF bekerjasama dengan pemerintah India untuk menyadarkan masyarakat India untuk tidak menikahakan anaknya diusia
dini dan meningkatkan kemampuan masyarakat India khususnya perempuan dalam menangani kasus pernikahan dini. Disamping itu, UNICEF juga membantu
mengembangkan program-program yang telah dilakukan oleh pemerintah India berdasarkan pemahaman yang lebih mendalam untuk mengidentifikasi dan
17
“Eleventh Five Years Plan 2007-2012”, Vol.2, Planning Commssion Government of India, http:www.unicef.orgindiasearch, diunduh pada: 12 Juli 2014.
18
Ibid
64
mengatasi norma-norma sosial serta realitas ekonomi yang mempengaruhi kasus pernikahan anak.
Adapun kerjasama yang dilakukan oleh UNICEF dan Pemerintah India diantaranya; UNICEF dan pemerintah India melalui kementerian pendidikan di
India bekerjasama untuk meningkatkan akses pendidikan yang lebih berkualitas dan memastikan bahwa kesenjangan gender dapat dihilangkan dibidang
pendidikan, dengan membuat program the National Programme for Education of Girls at Elementary Level NPEGEL school atau pendidikan nasional pada anak
perempuan di tingkat sekolah dasar SD, program ini merupakan komponen dan pengembangan dari program Sarva Shiksa Abhiyan SSA yang dibuat oleh
pemerintah India pada tahun 2010.
19
Dalam program ini UNICEF menyediakan dukungan tambahan bagi rakyat miskin atau anak perempuan yang tidak beruntung di sekolah dasarnya disamping
intervensi SSA sendiri. Dukungan tambahan tersebut yakni seperti menyediakan alat dan sumber daya manusia dalam membangun NPEGEL. UNICEF juga
melatih anak perempuan dalam membuat keputusan dengan cara mempraktekan apa yang mereka pelajari dalam suatu ilustrasi yang dibuat oleh UNICEF, dan
UNICEF juga sering mengadaknaan dialog khusus mengenai pentingnya pendidikan dalam kasus pernikahan anak di India.
20
19
UNICEF India, “Briefing Paper Series: Innovations, Lessons and Good Practices. Community Based Interventions on Child Marriage”, New Delhi, India, 2011, hal: 5.
http:www.unicef.orgindia9.__Child_Marriage_Community-based_Intervention.pdf. Diakses pada 18 Juli 2014
20
Augustine, Marly. Dasgupta, Malasree. Menon, Sudha, “The National Programme for Education of Girls at Elementary Level NPEGEL”, Best Practices Foundation, India, 2012.
http:www.bestpracticesfoundation.orgpdfPDF14b2-NPEGEL.pdf. Diakses pada 18 Juli 2014
65
The National Programme for Education of Girls at Elementary Level NPEGEL school ini dirancang untuk mendirikan sekolah-sekolah di perumahan
sekitar pedesaan dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang lebih rutin dan proses pendaftaran pun lebih mudah terawasi. Selain itu program ini
dibuat dengan tujuan untuk mempermudah akses menuju kesekolah, mengurangi ketidaksetaraan gender dalam sektor pendidikan, memastikan partisipasi
perempuan dan anak perempuan di bidang pendidikan, meningkatkan kualitas pendidikan
khususnya bagi
perempuan dan
anak perempuan
untuk memberdayakan kemampuan mereka.
21
NPEGEL school ini telah didirikan di daerah-daerah di India seperti; Assam, Haveli Andhra Pradesh, Arunachal Pradesh, Bihar, Chhattisgarh, Gujarat,
Jharkhand, Haryana, Himachal Pradesh, Karnataka, Jammu Kashmir, Madhya Pradesh, Maharashtra, Meghalaya, Mizoram, Orissa, Punjab, Rajasthan, Tamil
Nadu, Tripura, Uttaranchal Meghalaya, West Bengal dan Uttar Pardesh dan pada tahun 2010-2012, tercatat 38.462 siswa yang tergabung dalam NPEGEL school.
22
Selain The National Programme for Education of Girls at Elementary Level NPEGEL school, UNICEF bekerjasama dengan pemerintah India melalui
Kementerian Pengembangan Sumber Daya Manusia atau Ministry of Human Resource Development India untuk mempromosikan hak-hak perempuan dan
memobilisasi masyarakat India khususnya anak perempuan untuk mengubah norma-norma
sosial yang
merugikan mereka
termasuk distkriminasi,
21
Ibid
22
Ibid
66
ketidaksetaraan gender dan rendahnya nilai anak perempuan dalam lingkungan sosial dengan membuat suatu program Mahila Samakhya atau sekolah
perumahan. Program tersebut dikhususkan untuk perempuan, baik perempuan yang telah menikah, perempuan yang putus sekolah atau perempuan yang
dipekerjakan.
23
“Mahila” memiliki arti perempuan, “Samakhya” berasal dari bahasa sansa
kerta yakni, “Sama” yang berati sama atau setara dan “Akhya” yang berarti dihargai, dengan demikian Mahila Samakhya ini merupakan program
pemberdayaan perempuan dan pendidikan berbasis gender untuk perempuan dikelompok marjinal di daerah pedasaan.
24
Mahila Samakhya didirikan pada tahun 2001 dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai pentingnya
pemberdayaan perempuan sebagai prasyarat untuk memfasilitasi anak perempuan mereka ke bidang pendidikan dan memberikan alternatif untuk mobilisasi
pemberdayaan perempuan serta untuk mengatasi diskriminasi gender
dilingkungan mereka.
25
Selain itu visi dan misi Mahila Samakhya ialah meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri perempuan, membangun citra yang positif terhadap
perempuan dengan mengakui kontribusi mereka terhadap masyarakat,
23
Ministry of Human Resource Development, Department of School Education and Literacy, “Mahila Samakhya”, New Delhi, 2011.
http:mhrd.gov.insitesupload_filesmhrdfilesEngagement_of_Consultants_for_Mahila_Samakh ya_programme_0.pdf. Diakases pada 19 Juli 2014
24
Nualart, Barberillo, “The Mahila Samakhya Program: Empowering Education For Women’s Equality in Indian Disadvantaged Communities and Rural Areas”, Communications Papers,
Media Literacy and Gender Studies, 2012. Hal: 7. http:girona.academia.eduCommunicationPapersVolumen-1---NC3BAmero-1. Diakses pada
19 Juli 20014
25
Ibid
67
pemerintahan dan ekonomi, mengembangkan kemampuan berpikir kritis, mendorong pengambilan keputusan dan tindakan melalui proses kolektif,
memungkinkan perempuan untuk membuat pilihan informasi dalam bidang seperti pendidikan, pekerjaan dan kesehatan terutama kesehatan reproduksi,
memastikan partisipasi yang sama dalam proses perkembangan, menyediakan informasi, pengetahuan dan keterampilan untuk kemandirian ekonomi,
meningkatkan kesadaran dan informasi mengenai hukum yang berkaitan dengan hak-hak anak dan perempuam serta hak mereka dalam masyarakat dengan maksud
untuk meningkatkan partisipasi mereka di semua bidang.
26
Mahila Samakhya ini dilaksanakan dibeberapa daerah seperti Andhra Pradesh, Assam, Bihar, Chattisgarh, Gujarat, Jharkhand, Karnataka, Kerala,
Uttarkhand dan Uttar Pradesh, pada tahun 2009-2011 tercatat 14.582 perempuan yang telah lulus dari sekolah perumahan ini.
27
Selanjutnya ditahun 2010, UNICEF dan pemerintah India melalui Kementerian Perempuan dan Anak atau Ministry of Women and Child
Development di India bekerja sama untuk menetapkan dan menegakkan undang- undang yang tepat untuk meningkatkan usia minimum pernikahan untuk anak
perempuan yakni 18 tahun dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pernikahan anak sebagai pelanggaran hak asasi manusia khususnya perempuan
dengan membuat buku saku mengenai Prohibition of Child Marriage Act 2006.
26
“Mahila Samakhya”, Conference Delhi, 2004, diakses pada: http:siteresources.worldbank.orgINTINDIAResourcesms.pdf. Diakses pada 12 Juli 2014.
27
Ibid
68
Buku saku ini menjelaskan mengenai ketentuan-ketentuan dari Prohibition of Child Marriage Act 2006 dan tanggung jawab para pemangku pemerintah
seperti petugas Child Marriage Prohibition, polisi, pemerintah daerah, Panchayat Members dan para guru dalam mengidentifikasi masalah kasus pernikahan anak di
India.
28
Buku ini digunakan untuk membahas peluang, tindakan atau aksi dari pihak lain seperti; pekerja anganwadi, Accredited Social Health Activists
ASHA, Auxiliary Nurse Midwifes ANMs, Komite kesejahteraan anak dan petugas kesejahteraan daerah dalam menangani kasus pernikahan anak di India.
29
Buku ini juga digunakan untuk membangun kesadaran Pemerintah dalam bertanggung jawab untuk menerapkan hukum dalam menangani kasus pernikahan
anak di India. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan implementasi undang- undang larangan pernikahan anak yakni Prohibition of Child Marriage Act, 2006
pada setiap kebijakan pemerintah dan lingkungan masyarakat untuk menunda usia pernikahan.
Selain itu, UNICEF juga memberikan dukungan secara teknis kepada Kementerian perempuan dan anak atau Ministry of Women and Child
Development di India dalam pelaksanaan Integrated Child Protection Scheme
28
UNICEF India, “Child Marriage Fact Sheet”, November 2011. http:www.unicef.orgindiaChild_Marriage_Fact_Sheet_Nov2011_final.pdf. diakses pada 17 Juni
2014
29
UNICEF India and Ministry of Woman and Child Developme nt, “Handbook:The Prohibition of
Child Marriage Act, 2006”, New Delhi. http:www.unicef.orgindiaChild_Marriage_handbook.pdf. Diakses pada 17 Juli 2014
69
ICPS yang memberikan kesempatan baik untuk membangun dan memperkuat sistem perkembangan anak di India.
30
Salah satu dampak dari pernikahan anak di India adalah terjangkitnya HIVAIDS. UNICEF bekerja sama dengan pemerintah India dan masyarakat sipil,
khususnya dengan Ministry of Women and Child Development, Kementerian Tenaga Kerja, pemberdayaan perempuan dan polisi untuk melindungi serta
memelihara hak-hak perempuan dan anak dalam menangani kasus pernikahan anak dan menghindari penyebaran HIVAIDS. Menurut UNICEF jika pernikahan
anak dapat dihindari maka secara otomatis HIVAIDS juga dapat dihindari.
31
Dalam menangani HIVAIDS di India, UNICEF bekerjasama dengan pemerintah India melalui Kementerian Kesehatan dalam membantu memperluas
dan meningkatkan kualitas program untuk mengurangi penularan HIVAIDS dari ibu dan anak-anak dengan berbagai cara seperti menyediakan pasokan obat-
obatan, meningkatkan kapasitas staff untuk membantu mengembangkan komunikasi, meningkatkan pendekatan dan pantauan kepada masyarakat melalui
seminar dalam membahas mengenai pencegahan dan perawatan HIVAIDS serta pendidikan reproduksi bagi wanita. UNICEF juga mendukung upaya untuk
mengurangi diskriminasi terhadap anak-anak atau perempuan yang terjangkit
30
UNICEF India, “Child Marriage Fact Sheet”, November 2011. http:www.unicef.orgindiaChild_Marriage_Fact_Sheet_Nov2011_final.pdf. diakses pada 17 Juni
2014
31
Ibid
70
HIVAIDS dan berkomitmen untuk memastikan pentingnya kesehatan, kesejahteraan sosial dan layanan pendidikan bagi seluruh masyarakat India.
32
Di Bihar, pada Desember 2010, UNICEF dan pemerintah pemerintah India mengadakan sebuah workshop kerjasama untuk perdamaian khususnya bagi anak
dan perempuan atau “Promotion of interreligious and intercultural dialogue,
understanding and cooperation for peace ” dengan para katha vachaks atau
pemimpin agama di India sekaligus meminta bantuan kepada para pemimpin agama dalam membantu menangani kasus pernikahan anak di India.
33
Dalam kerjasamanya, tidak ada pembuatan program khusus akan tetapi UNICEF
membangun kapasitas katha vachaks atau pemimpin agama dalam membantu menangani kasus pernikahan anak di India dengan beberapa cara seperti,
menggunakan ajaran dari teks-teks keagamaan yang menekankan perlindungan anak dalam kebaktian, pendidikan agama atau dalam proses acara keagamaan
yang dibuat dihari libur dan upacara adat serta menafsirkan prinsip-prinsip perlindungan anak sesuai dengan ajaran agama dan adat mereka sehingga
meningkatkan kesadaran yang lebih besar dari masalah perlindungan anak.
34
Kedua, Pemimpin agama juga memanfaatkan media keagamaan, seperti radio dan televisi jaringan yang dijalankan oleh organisasi keagamaan, untuk
menyebarluaskan pesan tentang pentingnya menangani kasus pernikahan anak
32
UNICEF. “UNICEF Annual Repport for India 2012”. ROSA. http:www.unicef.orgaboutannualreportfilesIndia_COAR_2012.pdf. Diakses pada 20 Juli 2014
33
UNICEF India, “Child Marriage Fact Sheet”, November 2011. http:www.unicef.orgindiaChild_Marriage_Fact_Sheet_Nov2011_final.pdf. diakses pada 20 Juli
2014
34
UNICEF, “Partnering with Religious Communities for Children”, 2012. http:www.unicef.orgaboutpartnershipsfilesPartnering_with_Religious_Communities_for_Chil
dren_28UNICEF29.pdf. Diakses pada 20 Juli 2014
71
atau pelanggaran hak anak lainnya. Selain itu pemimpin agama menentang segala bentuk kekerasan terhadap anak, termasuk hukuman fisik, pelecehan seksual
terhadap anak perempuan dan anak laki-laki, dalam komunitas agama dan adat, kemudian memperjelas bahwa praktek-praktek budaya yang berbahaya bagi anak-
anak, seperti menikahkan anak yang berujung kekerasan dan perdagangan, bukan bagian dari keyakinan dan praktek keagamaan.
35
Pemimpin agama juga mulai mengembangkan dan menerapkan kode etik mengenai interaksi yang sesuai dengan anak-anak dalam tempat-tempat ibadah,
organisasi adat dan keagamaan, lembaga termasuk sekolah dan panti asuhan pada masyarakat, termasuk mekanisme pelaporan dan respon untuk pelecehan
anak. Selanjutnya, pemimpin agama membantu dalam mempromosikan pendidikan dan pelatihan bagi keluarga, guru dan orang lain dalam masyarakat
pada penanggulangan segala bentuk kekerasan terhadap anak dengan mengundang tenaga ahli seperti misalnya guru, dokter, atau pekerja sosial dari komunitas
agama untuk berbicara tentang hak-hak anak, perkembangan anak dan pentingnya mengasuh secara positif dan disiplin tanpa kekerasan dengan anggota mereka
sendiri selama acara keagamaan.
36
Pemimpin Agama juga melakukan kampanye mengenai isu-isu perlindungan anak pada hari besar agama guna memperkuat sistem hukum dan
monitoring untuk melindungi hak anak. Komunitas-komunitas keagamaan juga dapat memfasilitasi atau membantu dalam mekanisme pemantauan masyarakat,
35
UNICEF, “Partnering with Religious Communities for Children”, 2012. http:www.unicef.orgaboutpartnershipsfilesPartnering_with_Religious_Communities_for_Chil
dren_28UNICEF29.pdf. Diakses pada 20 Juli 2014
36
Ibid
72
memobilisasi masyarakat untuk mengambil tindakan untuk melindungi anak-anak dan menilai kebutuhan mereka seperti, memastikan perawatan yang aman berbasis
keluarga bagi anak-anak yang rentan, seperti anak yatim piatu, anak yang pernah dinikahkan akibat kasta, memberikan dukungan spiritual kepada keluarga yang
sedang kesulitan dan meningkatkan akses pelayanan sosial yang diperlukan seperti dibuatnya kelas konseling.
37
Melalui Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga atau Ministry of Health and Family Welfare, UNICEF dan Pemerintah India juga menggunakan
media seperti televisi, radio, koran dan teater masyarakat sebagai cara untuk menginformasikan larangan pernikahan anak. Dalam hal ini tidak ada program
khusus yang dibuat oleh UNICEF dan pemerintah India akan tetapi UNICEF dan pemerintah India menjadikan media sebagai sarana alternatif dalam memobilisasi
dan menyebarkan informasi kepada masyarakat. UNICEF telah memiliki 8 televisi siaran dan 6 radio siaran dan lebih dari 10 iklan pada media cetak yang
membahas mengenai kasus pernikahan anak di India.
38
UNICEF bekerjasama
dengan pemerintah
India untuk
mengimplementasikan Right of Children to Free and Compulsory Education Act, 2010 RTE melalu sekolah-sekolah dasar maupun sekolah-sekolah rumah yang
dibentuk dari program UNICEF dan pemerintah. Right of Children to Free and
37
UNICEF, “Partnering with Religious Communities for Children”, 2012. http:www.unicef.orgaboutpartnershipsfilesPartnering_with_Religious_Communities_for_Chil
dren_28UNICEF29.pdf. Diakses pada 20 Juli 2014
38
UNICEF India, “Delaying Marriage for Girls in India: A Formative Research to Design Interventions for Changing Norms”, New Delhi, March 2011, hal: 62-64.
http:www.icrw.orgfilespublicationsDelaying-Marriage-for-Girls-in-India-UNICEF-ICRW.pdf. Diakses pada 24 Juli 2014
73
Compulsory Education Act, 2010 RTE berfokus pada penyediaan pendidikan gratis dan diwajibkan bagi anak-anak diusia 6 hingga 14 tahun. Undang-undang
ini mengharuskan pemerintah untuk memberikan pendidikan dasar secara gratis dan memastikan kehadiran anak dilingkungan sekolah dan penyelesaian
pendidikan dasar bagi setiap anak dikelompok usia 6 hingga 14 tahun.
39
Undang-undang ini telah menetapkan untuk mempekerjakan guru-guru terlatih dan melarang setiap pengajar untuk menggunaan hukuman fisik atau
pelecehan mental terhadap para siswa. Undang-undang ini juga mengharuskan seluruh pemerintah daerah untuk memantau penerimaan, kehadiran, dan
penyelesaian pendidikan dasar bagi setiap anak yang berada dalam wilayah mereka. Pemerintah daerah dan Panchayat members diwajibkan untuk
menyimpan laporan atau catatan masuk hingga sampai berakhirnya pendidikan dasar bagi semua anak berusia diatas 6 tahun di daerah mereka, di samping
pemantauan untuk menjamin pendidikan yang berkualitas didaerah mereka. UNICEF lah yang mendukung pemerintah untuk mendapatkan kemitraan baru,
sehingganya teciptanya Right of Children to Free and Compulsory Education Act, 2010 RTE.
40
Selain itu, pada tahun 2010, UNICEF dan pemerintah India melalui Kementerian pendidikan di Rajasthan melakukan kampanye untuk meningkatkan
kesadaran terhadap pernikahan anak di India dengan memasukan pesan bergambar di sampul belakang 40.000.000 buku paket atau modul pelajaran sekolah untuk
39
UNICEF. “UNICEF Annual Repport for India 2012”. ROSA. http:www.unicef.orgaboutannualreportfilesIndia_COAR_2012.pdf. Diakses pada 25 Juli 2014
40
Ibid
74
membantu menginformasikan dan menambah wawasan terhadap kasus pernikahan anak di India.
41
Dilihat dari program kerjasama yang dilakukan oleh UNICEF dan pemerintah India yang telah dijelaskan diatas, perlu ditinjau kembali bagaimana
efektivitas peran UNICEF dalam menangani kasus pernikahan anak di India.