Isu Pernikahan Anak di India
27
memperbanyak garis keturunan dan pernikahan anak ini dapat membantu hubungan ekonomi, politik dan sosial diantara keluarga mereka.
7
Saat ini di India khususnya di daerah yang memiliki kasus pernikahan anak cukup besar seperti
Bihar, Rajashtan, Jharkhand, Uttar Pardesh, dan Madya Pardesh, pernikahan anak sudah menjadi tradisi dan telah disalahgunakan oleh sebagian besar penduduk
India karena tidak jarang dijadikan pekerja anak maupun diperdagangkan. Pernikahan anak di bawah umur menjadikan, status perempuan di India dipandang
rendah oleh kaum laki-laki. Anak perempuan yang belum menikah dianggap sebagai harga terpenting bagi kehormatan keluarga. Pernikahan anak dipercaya
sebagai cara untuk memastikan kesucian dan keperawanan pengantin wanita, sehingga para orang tua menikahkan anak perempuannya untuk menjaga
kehormatan keluarganya.
8
Selain itu, orang tua di India masih percaya bahwa jika mereka tidak menikahkan anak mereka sebelum masa pubertas, maka mereka akan berdosa.
Jika anak perempuan mereka belum menikah hingga anak perempuan mereka mendapat menstruasi maka dosa mereka sama seperti mereka membunuh orang.
Dengan adanya kepercayaan tersebut, maka orang tua memilih untuk menikahi anak mereka sedini mungkin dengan tujuan menghindari dosa
9
7
Basham, A. L, “The Wonder That Was India: A Survey of the History and Culture of the Indian Sub-
Continent before the coming of the Muslims”, Macmillan Publishers. 3rd Edition, 2001, New Delhi, hal:165
8
UNICEF India. “Child Marriage: Fact Sheet”. November 2011. Hal 2. http:www.unicef.orgindiaChild_Marriage_Fact_Sheet_Nov2011_final.pdf. diakses pada 17 Juni
2014
9
Basham, A. L. “The Wonder That Was India: A Survey of the History and Culture of the Indian Sub-
Continent before the coming of the Muslims”.Macmillan Publishers. 3rd Edition. New Delhi, 2001. Hal:159
28
Di Bihar dan Rajashtan, masih banyak orang tua yang berfikir bahwa anak perempuan itu tidak diharuskan untuk bersekolah, karena anak perempuan akan
menjadi seorang istri dan mematuhi seorang suami dan memiliki anak perempuan akan melindungi atau membawa berkah bagi keluarga, sehingga mereka
menganggap untuk menikahi anak perempuan mereka dengan cepat tanpa melihat resiko yang ada.
10
Saat ini masih ada praktek-praktek pelanggaran hak wanita yang masih terjadi, terutama dikarenakan tradisi dan budaya masyarakat India yang sudah
berakar sejak lama dan yang masih berlangsung sampai sekarang. Salah satunya adalah budaya
“Bride Price” atau Dowry, yang menimbulkan efek negatif terhadap kondisi kehidupan wanita India.
11
Dowry adalah pemberian yang dilakukan oleh pihak pengantin wanita kepada pihak pengantin laki-laki ketika menikahkan anaknya, dowry bisa berupa
uang tunai, barang-barang berharga seperti perhiasan, alat elektronik, furniture dan lain sebagainya, tergantung permintaan dari pihak laki-laki.
12
Terkadang semakin tinggi status sosial dan pendidikan dari calon pengantin laki-laki, maka
akan semakin tinggi pula jumlah dowry yang diminta. Menurut hasil studi yang dilakukan oleh Sonia Dalmia dan Pareena G.
Lawrence, Dowry merupakan hadiah dan tanda bukti kasih sayang dari orang tua
10
Ministry of Wom en and Child Development Government of Orissa, “State Plan of Action of
Childre,. 2009- 2012”. http:www.wcdorissa.gov.indownloadStatePlanAction.pdf. Diakses pada
17 Juni 2014
11
Basham, A. L, “The Wonder That Was India: A Survey of the History and Culture of the Indian Sub-
Continent before the coming of the Muslims”.Macmillan Publishers. 3rd Edition, 2001, New Delhi, hal: 165-168
12
Ibid.
29
terhadap anak perempuannya ketika memasuki pernikahan. Hadiah itu diberikan kepada pihak laki-laki, sehingga anak perempuan mereka bisa sepenuhnya
menjadi anggota keluarga laki-laki dan menikmati kekayaan mereka sendiri melalui dowry tersebut. Sehingga dowry ini dianggap sebagai kompensasi, karena
anak perempuan tidak mendapatkan hak waris seperti anak laki-laki.
13
Akan tetapi, pandangan tersebut berubah dengan didukung adanya hubungan yang kuat
antara status hirarki dan jumlah dowry dari keluarga wanita kepada pihak laki- laki, pengantin laki-laki yang berasal dari kasta yang lebih tinggi akan menerima
jumlah dowry yang tinggi pula dibanding dowry bagi pengantin laki-laki dari kasta yang lebih rendah.
14
Seringkali permintaan keluarga pengantin laki-laki ini tidak berhenti saat awal pernikahan, namun terus berlanjut ketika anak-anak
mereka sudah menikah. Pihak perempuan diharuskan memberikan apa yang diminta oleh pihak keluarga laki-laki jika ingin anak mereka diperlakukan dengan
baik oleh keluarga pihak laki-laki.
15
Budaya dowry ini telah menyebar hampir ke seluruh lapisan masyarakat India. Jika pada empat abad yang lalu sistem dowry hanya dijalankan di kalangan
tertentu seperti umat Hindu yaitu pada kelompok kasta kelas atas. Saat ini, tradisi dowry telah menyebar ke dalam kalangan kelas menengah dan bawah masyarakat
Hindu, Kristen dan Muslim di India. Di India bagian utara, masyarakat muslim
13
Sonia Dalmia dan Pareena G. Lawrence. “The Institutions of Dowry in India : Why it Continues to Prevail. The Jounal of Developing Areas
”. Vol.38 No.2. 2005.
14
Sonia Dalmia dan Pareena G. Lawrence. “The Institutions of Dowry in India : Why it Continues to Prevai”l. The Jounal of Developing Areas. Vol.38 No.2. 2005.
15
Ibid