22 INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk 23
MBTO Martina Berto Tbk
24 MRAT
Mustika Ratu Tbk 25
MYOR Mayora Indah Tbk
26 TCID
Mandom Indonesia Tbk 27
UNVR Unilever Indonesia Tbk
Sumber : Lampiran 1
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu database Bursa Efek Indonesia yang tersedia secara online pada situ
www.idx.co.id .
3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.4.1. Kebijakan Hutang Y
Variabel dependen pada penelitian ini adalah Debt to Equity rasio yang dihitung dengan membagi total liabilities dengan total shareholder.s
equity pada tahun t. Data untuk variabel ini diperoleh dari ICMD pada bagian summary offinancial statement. Rasio ini digunakan untuk
menggambarkan kebijakan hutang perusahaan. Secara matematis Debt to Equity rasio diformulasikan sebagai berikut :
3.4.2. Free Cash Flow Aliran Kas Bebas
Free cash flow adalah kas lebih perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang saham atau kreditor yang tidak diperlukan untuk modal
kerja atau investasi pada asset tetap Ross et al, 2000 yang dikutip dari
Universitas Sumatera Utara
Tarjo dan Jogiyanto 2003. Free cash flow dihitung dengan menggunakan rumus Ross et al 2000 yaitu:
Keterangan : FCFit = Free Cash Flow
AKOit = Aliran kas operasi perusahaan i pada tahun t PMit = Pengeluaran modal perusahaan i pada tahun t
NWCit = Modal kerja bersih perusahaan i pada tahun t
3.4.3. Struktur Kepemilikan Saham
Struktur kepemilikan saham dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institutional.
- Managerial Ownership Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial diukur sesuai dengan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajemen. Kepemilikan
manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan
direktur dan komisaris. Variabel ini diberi simbol MOWNS. Kepemilikan manajerial akan dihitung dengan menggunakan
rumus: ∑
∑
Universitas Sumatera Utara
- Institutional Ownership Kepemilikan Institutional
Kepemilikan institutional
diukur berdasarkan
persentase kepemilikan saham oleh investor institusi seperti perusahaan
asuransi, bank, maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan- perusahaan lain. Variabel ini diberi simbol INST. Kepemilikan
Institusional juga akan dihitung dengan menggunakan rumus :
∑ ∑
Tabel 3.2 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Nama Variabel
Defenisi Operasiional
Indikator Skala
Variabel independen
Free Cash Flow
Dengan pengeluaran modal dan modal
kerja bersih
kemudian dibagi
dengan total asset Rasio
Kepemilikan Manajerial
Merupakan proporsi kepemilikan saham
oleh pihak
manajemen
∑ ∑
Rasio
Kepemilikan institusional
Merupakan proporsi kepemilikan saham
oleh institusi dan perusahaan lain
∑ ∑
Rasio
Variabel Dependen
Kebijakan Hutang
Kebijakan utang
diproksikan dalam
Debt to Equity ratio yaitu membagi total
liabilities dengan
total shareholder.s
Equity Rasio
Universitas Sumatera Utara
3.5. Teknik Analisis Data
Dalam suatu penelitian, kemungkinan munculnya masalah dalam analisis regresi cukup sering dalam mencocokkan model prediksi kedalam sebuah model
yang telah dimasukkan ke dalam serangkaian data. Masalah ini sering disebut dengan
pengujian normalitas,
multikolinearitas, autokorelasi,
dan heteroskedasitas.
3.5.1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif adalah analisis yang dilakukan untuk melihat gambaran dari data yang menunjukan karakteristik data tersebut. Adapun analisis
yang dilakukan meliputi jumlah, sampel, nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata mean, dan standar deviasi data.
3.5.2. Uji Asumsi Klasik
Dalam suatu penelitian, kemungkinan munculnya masalah dalam analisis regresi cukup sering dalam mencocokkan model prediksi kedalam sebuah model
yang telah dimasukkan ke dalam serangkaian data. Masalah ini sering disebut dengan
pengujian normalitas,
multikolinearitas, autokorelasi,
dan heteroskedasitas.
3.5.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah model regresi dalam penelitian, antara variabel dependen dengan variabel independen keduanya
memiliki distribusi normal atau tidak. Untuk dapat dianalisis data harus berdistribusi normal atau mendekati normal. Cara mendeteksi normalitas adalah
dengan pengamatan melalui nilai residual. Cara lain adalah dengan melihat
Universitas Sumatera Utara
distribusi dari variabel - variabel yang akan diteliti. Jika variabel tidak berdistribusi secara normal menceng kekiri atau menceng kekanan maka hasil
uji statistik akan terdegradasi. Normalitas suatu variabel umumnya dideteksi dengan grafik atau uji
statistik sedangkan normalitas nilai residual dideteksi dengan metode grafik. Secara statistik ada dua komponen normalitas yaitu skewness dan kurtosis.
Skewness berhubungan dengan simetris distribusi. Skewed variabel variabel menceng adalah variabel yang nilai mean-nya tidak di tengah-tengah distribusi.
Sedangkan kurtosis berhubungan dengan puncak dari suatu distribusi. Jika variabel terdistribusi secara normal maka nilai skewness dan kurtosis sama dengan
nol Ghozali,2005. Normalitas variabel dideteksi juga dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov dengan cara melihat nilai probabilitas signifikan
yang bernilai diatas nilai 0.05 maka data berdistribusi normal dan selain itu juga dengan metode grafik histogram data.
3.5.2.2. Uji Autokorelasi
Pada asumsi OLS didapati kesepakatan bahwa persamaan regresi yang terbentuk tidak boleh ada autokorelasi. Uji autokorelasi merupakan korelasi antara
anggota dalam runtut waktu time series atau antara space data cross section Hakim,2004. Cara mendeteksi adanya gejala autokorelasi adalah dengan melihat
nilai Durbin-Watson DW. Penggambilan keputusan bila menggunakan uji DW adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Nilai DW terletak di antara du dan 4-du maka autokorelasi sama dengan nol, dan dapat diartikan tidak ada autokorelasi. du DW 4-
du. b. Nilai DW terletak di bawah lower boud dl, maka akan mempunyai
koefisien korelasi lebih besar dari nol dan memiliki autokorelasi positif.
c. Nilai DW 4-dl, maka koefisien korelasi kurang dari nol, sehingga memiliki autokorelasi negatif.
d. Nilai DW terletak di antara batas atas du dan batas bawah dl atau terletak antara 4-du dan 4-dl sehingga hasilnya tak dapat
disimpulkan.
3.5.2.3. Uji Heteroskedastistas
Langkah ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang kita miliki mengandung perbedaan variansi residu dari kasus pengamatan satu
kasus ke kasus pengamatan yang lainnya. Jika variansi residu dari kasus pengamatan satu ke kasus pengamatan yang lainnya mempunyai nilai tetap maka
disebut homoskedastisitas dan jika mempunyai perbedaan maka disebut heteroskedastisitas.
Cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai residu variabel dependen SRESID dengan nilai
prediksi ZPRED Santoso, 2006. Dasar analisisnya: a Jika ada pola tertentu, seperti titik - titik yang membentuk pola yang teratur bergelombang, melebar
kemudian menyempit,
maka mengidentifikasikan
telah terjadi
Universitas Sumatera Utara
heteroskedastisitas. b Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.5.2.4. Uji Multitikolinearitas
Multikolinearitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan liniar diantara variabel-variabel independen yang dipakai dalam model
regresi. Akibat adanya multikoliniearitas, koefisien-koefisien regresi menjadi tidak bisa ditaksir. Adanya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance yang
lebih kecil dari 0,1 atau Variance Inflation Factor yang lebih besar dari 10.
3.5.3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian menggunakan alat software SPSS for window v.18.. SPSS v.18 dapat digunakan untuk melakukan analisis sebab-akibat
dengan lebih akurat karena telah dilengkapi dengan nearest neighbor analysis yang biasa digunakan dalam ilmu interpolasi Pratisto, 2009 .
3.5.3.1 Uji T
Uji T digunakan untuk mengetahui apakah secara individu variabel independen mempunyai pengaruh terhadap kebijakan utang, dengan asumsi
variabel independen lainnya konstan. Dasar pengambilan keputusan adalah: Ho
ditolak atau Ha diterima jika nilai signifikan t atau p value 5.
H
1
: free cash flow, H
2
: kepemilikan manajerial, dan H
3
: kepemilikan institusional. Di uji masing
– masing dengan menggunakan uji –t, dalam hal ini adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ho diterima apabila t hitung t table Ha diterima apabila t hitung t table
Universitas Sumatera Utara
3.5.3.2. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen free cash flow, struktur aset dan profitabilitas secara bersama-sama mempunyai pengaruh
terhadap kebijakan utang perusahaan. Dasar pengambilan keputusan adalah: Ho akan ditolak atau Ha diterima jika nilai signifikansi F 5 . Data analisis dengan
model regresi berganda adalah sebagai berikut :
DER = b0 + b1FCF + b2MOWNS + b3INST + Dimana :
DER = Kebijakan utang
b0 = Konstanta
FCF = Ratio Free cash flow
MOWNS = Ratio kepemilikan manajerial
INST = Ratio kepemilikan institusional
b1- b3 = Koefisien regresi
= standard error
Langkah-langkah yang dilakukan untuk pengambilan keputusan dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Membuat Formulasi Hipotesis: H
= b1, b2, b3 ≠ 0, free cash flow, kepemilikan menejerial dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan utang secara parsial dan
simultan.
Universitas Sumatera Utara
2. Menentukan Tingkat Signifikansi. Untuk memperoleh nilai signifikansi, menggunakan taraf nyata á 5.
3. Dasar pengambilan keputusan. a. ñ-value 0.05, maka H1 terbukti berpengaruh
b. ñ-value 0.05, maka H1 tidak terbukti berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata mean, dan nilai standar deviasi dari variabel-variabel
independen dan variabel dependen.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation FREE CASH FLOW
81 -,71
,57 -,2350
,25953 MANAGERIAL
OWNERSHIP 81
,33 ,96
,7102 ,17235
INSTITUTIONAL OWNERSHIP
81 ,04
,67 ,2885
,17249 DEBT TO EQUITY RASIO
81 ,04
2,15 ,8400
,58347 Valid N listwise
81
Sumber: Data diolah, 2015 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa hanya variabel FCF yang memiliki nilai
minimum negatif. Nilai negatif yang ditunjukkan pada nilai rata-rata FCF menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan mengalami defisit FCF. Berikut ini
adalah perincian data deskriptif yang telah diolah: Variabel FCF memiliki nilai minimum sebesar -0.71, nilai maksimum
sebesar 0.57, nilai rata-rata sebesar -0.2350, dan standar deviasi sebesar 0.25953 dengan jumlah pengamatan sebanyak 81.
Variabel MOWNS memiliki nilai minimum sebesar 0.33, nilai maksimum sebesar 0.96, nilai rata-rata sebesar 0.7102, dan standar deviasi sebesar
0.17235 dengan jumlah pengamatan sebanyak 81.
Universitas Sumatera Utara
Variabel INST memiliki nilai minimum sebesar 0.04, nilai maksimum sebesar 0.67, nilai rata-rata sebesar 0.2885, dan standar deviasi sebesar
0.17249 dengan jumlah pengamatan 81. Variabel DER memiliki nilai minimum sebesar 0.04, nilai maksimum
sebesar 2.15, nilai rata-rata sebesar 0.8400, dan standar deviasi sebesar 0.58347 dengan jumlah pengamatan 81.
4.2 Pengujian Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik, analisis regresi memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.
Apabila terjadi penyimpangan dalam pengujian asumsi klasik perlu dilakukan perbaikan terlebih dahulu.
4.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel residual berdistribusi normal. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji apakah
residual berdistribusi normal adalah uji statistik non parametrik Kolmogorov- Smirnov K-S dengan membuat hipotesis.
H0 : Data residual berdistribusi normal HA : Data residual tidak berdistribusi normal
Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima dan sebaliknya jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak atau HA
diterima.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 81
Normal Parameters
a,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,47967213
Most Extreme Differences Absolute
,116 Positive
,116 Negative
-,052 Kolmogorov-Smirnov Z
1,045 Asymp. Sig. 2-tailed
,225
Sumber: Data diolah peneliti, 2015 Dari hasil pengolahan data pada tabel 4.2 diperoleh besarnya nilai
Kolmogorov-Smirnov adalah 1.045 dan signifikan pada 0.225. Nilai siginifikansi lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima yang berarti data residual berdistribusi
normal. Selain dari angka siginifikansi Kolmogorov-Smirnov, distribusi data
normal dapat dilihat dari grafik histogram dan grafik normal p-plot. Berikut grafik histrogram dan normal p-plot:
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Data diolah, 2015
Gambar 4.1 Histogram Sebelum Transformasi Logaritma
Sumber: Data diolah, 2015
Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot Sebelum Transformasi Logaritma
Universitas Sumatera Utara
Dari grafik histrogram diatas, dapat dilihat bahwa grafik berbentuk lonceng yang simetris di tengah. Hal ini menunjukan bahwa data berdistribusi
normal. Selain dari grafik histrogram, grafik normal p-plot juga menunjukan bahwa data berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari data pada grafik yang
berjalan mengikuti garis diagonal pada grafik normal p-plot. Akibat adanya gejala multikolinearitas, peneliti menghitu logaritma
natural dari variabel MOWNS dan INST, sehingga penulis harus mencari tingkat tingkat normalitas data yang baru. Berikut tabel Kolmogorov-Smirnov, grafik
histogram, grafik normal p-plot :
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Pada Data Setelah Transformasi Logaritma Natural
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 81
Normal Parameters
a,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,45405379
Most Extreme Differences Absolute
,074 Positive
,074 Negative
-,050 Kolmogorov-Smirnov Z
,663 Asymp. Sig. 2-tailed
,772
Sumber: Data diolah, 2015
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Data diolah, 2015
Gambar 4.3 Histogram Setelah Transformasi Logaritma
Sumber: Data diolah, 2015
Gambar 4.4 Grafik Normal P-Plot Setelah Transformasi Logaritma
Universitas Sumatera Utara
Angka signifikansi Kolmogorov-Smirnov tetap lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa data yang baru tetap berdistribusi normal. Grafik
histogram juga menunjukan hal yang sama dilihat dari grafik yang menyerupai lonceng simetris di tengah. Begitu pula dengan grafik normal p-plot yang tetap
menunjukan bahwa data berdistribusi normal, dilihat dari data yang berjalan semakin mendekat garis diagonal.
4.2.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Jika pada model regresi terjadi
multikolinearitas, maka koefisien regresi tidak dapat ditaksir dan nilai standard error menjadi tidak terhingga. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada
tidaknya multikolinearitas adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF. Pada suatu model regresi dinyatakan terjadi multikolinearitas apabila nilai tolerance
0.10 dan VIF 10 Ghozali, 2005 : 92.
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 FREE CASH FLOW
,993 1,007
MANAGERIAL OWNERSHIP
,003 394,604
INSTITUTIONAL OWNERSHIP
,003 394,563
Sumber: Data diolah, 2015 Dari data pada tabel 4.4, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan nilai
Tolerance variabel FCF menunjukkan nilai yang lebih dari 0.1 dan berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
nilai VIFnya kurang dari 10. Dengan demikian variabel FCF bebas dari pengujian asumsi
klasik yang kedua yaitu multikolinearitas. Untuk variabel MOWNS dan INST nilai Tolerance di bawah 0.01 dan nilai VIFnya diatas 10. Hal ini
menunjukan bahwa
variabel MOWNS
dan INST
memiliki gejala
multikolinearitas. Akibat adanya gejala multikolinearitas antara variabel MOWNS dan
INST, penulis menghitung logaritma natural dari MOWNS dan INST. Berikut hasil uji multikolinearitas dengan data yang baru.
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Setelah Transformasi
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 FREE CASH FLOW
,999 1,001
LN_MOW ,188
5,317 LN_INST
,188 5,317
Sumber: Data diolah, 2015 Dari tabel 4.5 dapat dilihat bawah semua variabel memiliki angka
Tolerance diatas 0.01 dan VIF di bawah 10. Hal ini menandakan bahwa data baru tidak memiliki gejala multikolinearitas, sehingga semua variabel indipenden lolos
uji asumsi klasik kedua.
4.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam
model regresi. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas. Dalam model regresi dinyatakan telah terjadi
Universitas Sumatera Utara
heteroskedastisitas apabila titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur. Dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas apabila titik-titik
yang ada tidak membentuk pola tertentu yang teratur dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y.
Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah terjadi heteroskedastisitas dengan mengamati penyebaran titik-titik pada gambar.
Sumber: Data diolah, 2015
Gambar 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Scatterplot
Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi kebijakan hutang perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI berdasarkan masukan variabel independen FCF, LN_MOWNS dan LN_INST.
Universitas Sumatera Utara
4.2.4. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pengganggu
periode sebelumnya dalam model regresi. Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada data yang tersusun, baik berupa data
cross sectional dan atau time series. Jika terjadi autokorelasi dalam model regresi berarti koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat, sehingga model
regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi. Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi
adalah dengan melakukan pengujian Durbin Watson DW. Dalam model regresi tidak terjadi autokorelasi apabila nilai du dw 4
– du. Tabel 4.6 menyajikan hasil uji Durbin Watson dengan menggunakan program SPSS versi 18.
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Waston
1
,628
a
,394 ,371
,46281 1,972
Sumber: Data diolah, 2015 Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin Watson
dw sebesar 1.972, nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5, jumlah pengamatan 81 n, dan jumlah variabel
independen 3 k=3, maka berdasarkan tabel Durbin Watson didapat nilai batas atas du sebesar 1.716 dan nilai batas bawah dl sebesar 1.563. Oleh karena itu,
nilai dw lebih besar dari 1.716 dan lebih kecil dari 4 – 1.716 atau dapat
Universitas Sumatera Utara
dinyatakan bahwa 1.716 1.972 4 - 1.716 du dw 4 – du. Dengan demikian
dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi baik positif maupun negatif.
4.3. Analisis Regresi
Dari hasil pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang
Best Linear Unbiased Estimator BLUE dan layak dilakukan analisis regresi. Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear, dilakukan beberapa
tahapan untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, melalui pengaruh FCF X1, Ln_ MOWNS X2, Ln_INST X3,
terhadap DER Y. Hasil regresi dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Analisis Hasil Regresi
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant -,108
,392 -,275
,784 FREE CASH FLOW
1,233 ,199
,548 6,183
,000 LN_MOWNS
-1,578 ,453
-,713 -3,486
,001 LN_INST
-,434 ,152
-,584 -2,855
,006
Sumber: Data diolah, 2015 Berdasarkan penjelasan dari pengujian asumsi klasik sebelumnya, model
regresi dalam penelitian ini telah diubah menjadi model logaritma natural, sehingga beta dan koefisien dari penelitian ini juga dalam bentuk logaritma
natural. Model regresi berdasarkan hasil analisis regresi dinyatakan dalam bentuk fungsi DER.
Universitas Sumatera Utara
Y = -0.108 + 1.233 X1 – 1.578 X2 - 0.434 X3
Kemudian model regresi tersebut akan diinterpretasikan.
β0 = -0.108 Nilai konstanta ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel FCF,
Ln_MOWNS, Ln_INST. X1=X2=X3=0, maka Kebijakan Hutang adalah sebesar -0.108.
β1 = 1.233
Koefisien regresi β1 ini menunjukkan bahwa setiap variabel FCF meningkat sebesar satu satuan, maka kebijakan hutang akan meningkat
sebesar 1.233 atau 123.3 dengan asumsi variabel independen lainnya dianggap tetap atau sama dengan nol.
β2 = -1.578
Koefisien regresi β2 ini menunjukkan bahwa setiap variabel
Ln_MOWNS
menurun sebesar satu satuan, maka kebijakan hutang akan menurun sebesar 1.578 atau 157.8 dengan asumsi variabel independen lainnya
dianggap tetap atau sama dengan nol.
β3 = -0.434 Koefi
sien regresi β3 menunjukkan bahwa setiap variabel Ln_INST menurun sebesar satu satuan, maka kebijakan hutang akan menurun
sebesar 0.434 atau 43.4 dengan asumsi variabel independen lainnya dianggap tetap atau sama dengan nol.
Universitas Sumatera Utara
4.4. Pengujian Hipotesis 4.4.1. Uji Signifikansi Simultan