BAB II
TINJAUAN UMUM MAKNA SIMBOLIK PADA TATO HORIMONOIREZUMI DALAM MASYARAKAT JEPANG
2.1. Pengertian Tato
Mengekspresikan pemikiran suatu emosi dapat dilakukan dengan berbagai cara oleh manusia dan salah satu caranya adalah dengan pembuatan tato. Oleh
sebab itu, tato merupakan sebuah pernyataan untuk menyampaikan ungkapan dengan melalui gambar-gambar tato yang memiliki fungsi dan makna bagi
pemakainya. Tato dianggap sebagai kegiatan seni karena di dalamnya terdapat kegiatan
menggambar pola atau desain tato. Seni adalah “karya”, “praktik”, alih-ubah tertentu atas kenyataan, versi lain dari kenyataan, suatu catatan atas kenyataan”.
Nilai seni muncul sebagai sebuah entitas yang emosional, individualistik, dan ekspresif. Seni menjadi entitas yang maknawi. Berkaitan dengan tato, ia memang
dapat dikategorikan sebagai entitas seni karena selain merupakan wujud kasat mata berupa artefak yang dapat dilihat, dirasakan, ia juga menyangkut nilai-nilai
estetis, sederhana, bahagia, emosional, hingga individual dan subjektif
Sumardjo, 2000: 15-18. Dalam “General Anthropology” milik Melville Jacobs
dan Bernhard J. Stern, tato merupakan salah satu bentuk dari seni grafis 1952:260.
Untuk lebih memahaminya perlu dikemukakan tentang beberapa pengertian tato. Secara bahasa, tato berasal dari kata “tatau” dalam bahasa Tahiti
Universitas Sumatera Utara
yang konon artinya tanda atau menandakan sesuatu. Dalam Ensiklopedia Indonesia 1984:241 dijelaskan :” Tato lukisan berwarna yang permanen pada
kulit tubuh. Caranya ialah dengan melubangi kulit dengan ujung jarum yang halus untuk kemudian memasukan zat warna ke dalam luka-luka itu. Biasanya suatu
pola tidak diselesaikan sekaligus. Tato disukai para pelaut, prajurit,dan petualang.
Tato merupakan adaptasi dari bahasa Inggris, yaitu tattoo yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah “rajah”. Sementara itu menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesi Edisi ke-4 2008 tato adalah gambar lukisan pada kulit tubuh. Tato merupakan salah satu seni body decorating dengan menggambar kulit
tubuh dengan alat tajam berupa jarum, tulang, dan sebagainya, kemudian bagian tubuh yang digambar tersebut diberi zat pewarna atau pigmen berwarna-warni.
Dalam bahasa Jepang, tato dikenal dengan istilah horimono 彫り
物 “hor i
彫り
” yang berarti ukiran atau pahatan. Sedangkan “mono 物” adalah barang atau benda. Jadi horimono adalah benda yang berukir atau berpahat. Atau
“irezumi 入 れ 墨
atau 入 墨
,” secara harfiah berarti memasukkan tinta.
Menurut Richie dan Buruma 1982:12 dijelaskan : “Pada awalnya kedua kata
ini mempunyai makna yang berbeda walaupun lama-kelamaan keduanya mempunyai arti yang sama. Tetapi apabila dilihat dari karakter huruf kanjinya,
kedua kata ini memang memiliki karakter yang berbeda walaupun pengertiannya tidaklah terlampau berbeda seperti keterangan berikut : 1 Irezumi : ire is
renyokei of the verb Iru-2,’to put in, bringin, stow in, adm it, in sert; zumi comes from sumi, ‘IndiaChinese ink’. The Literal meaning of the compound is
Universitas Sumatera Utara
‘inking’. ;2 Horimono : hori is renyokei of the verb horu, to engrave, picture, in cise, followed by mono object, thing here used as nomilizer.
Kedua istilah tersebut memerlukan waktu yang cukup lama sebelum kedua kata tersebut memiliki satu pengertian. Pada pertengahan abad ke-17, kata Irezumi
lebih mengarah kepada pengertian tato yang diberikan pada para kriminal sebagai hukuman sehingga orang memang dipaksa untuk ditato. Sedangkan Horimono
adalah orang yang ditato secara sukarela sehingga orang yang bertato dapat menentukan model, gambar atau tulisan yang dikehendaki. Namun setelah
hukuman dengan tanda kenal tato dihapuskan sekitar tahun 1720, maka tato dikenal dengan istilah Irezumi yang tidak lagi punya hubungan dengan kriminal.
Tetapi ada pula yang ditulis dengan huruf bunshin dengan karakter 纹身
yang secara harfiah berarti menghias tubuh bun = menghiasi, shin = tubuh. Namun demikian ucapannya tetap irezumi walaupun huruf irezumi masih tetap
digunakan. Selain ditulis dengan bunshin, tato juga ditulis dengan huruf horiire mon, mon yang berarti membuat pola dan dibeberapa wilayah seperti di Saka dan
Kyoto, tato disebut irebokuro. Tato semacam ini terkenal dikalangan wanita penghibur yang umumnya dipakai sebagai pernyataan setia terhadap kekasihnya
atau pria pelanggannya. Pada awal pemerintahan Meiji 1868-1912 terjadi beberapa perubahan
dalam penggunaan pengertian tato, 1 digunakan istilah irezumi, yang mempunyai kaitan dengan hukum; 2 bunshin; 3 tetap diucapkan sebagai
irezumi atau shisei.
Universitas Sumatera Utara
Karakter yang menggabungkan 刺 青
makna menembus, menusuk, atau tusuk, dan biru atau hijau, merujuk pada tradisional Jepang tato metode
dengan tangan . Pengertian pada huruf pertama berarti tato adalah menusuk atau melubangi, sedangkan huruf yang kedua berarti hijau atau biru. Walaupun tato
pada umumnya dibuat dengan menggunakan tinta hitam, tetapi apabila sudah masuk kedalam kulit warnanya akan tampak membiru. Hal inilah yang
menyebabkan huruf terakhir itu disebut biru. Berdasarkan kedua istilah tersebut maka pengertian tato di Jepang, terdapat dua pengertian : 1 istilah irezumi lebih
umum digunakan bagi para kriminal, bersifat khusus; 2 istilah horimono lebih kepada keinginan pribadi, bersifat umum.
2.2. Sejarah Tato