Pandangan Masyarakat Jepang Tentang HorimonoIrezumi

3. Masyarakat Society adalah jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah masyarakatnya.

2.4. Pandangan Masyarakat Jepang Tentang HorimonoIrezumi

Seni tato bergerak dan berubah dalam berbagai bentuk dan pemaknaan. Mulai dari fungsi-fungsi tradisional yang religius sebagai simbol status, kemudian ada masa ketika orang bertato harus ditembak mati, sampai pada saat ini tato sebagai tren fashion. Pemaknaan itu merupakan hal yang menjadi sudut pandang atau pemaknaan dari masyarakat. Bagaimana kondisi sosial menentukan nilai bagi subjek-subjek material seperti tato yang akan memberi pengaruh secara langsung terhadap penggunanya. Perubahan sosial masyarakat dalam memaknai tato ini berkaitan dengan kepentingan yang ada saat ini. Kemudian, bila dilihat secara antropologis maka pemaknaan dan fungsi dari tato ini berkaitan dengan teori struktural fungsional. Secara struktural, penggunaan tato berpengaruh pada tingkat kelompok masyarakat tertentu. misalnya, penggunaan tato pada masyarakat Mentawai tentu memiliki makna tersendiri. Tato merupakan roh kehidupan. Tato memiliki empat kedudukan pada masyarakat ini, salah satunya adalah untuk menunjukkan jati diri dan perbedaan status sosial atau profesi. Tato dukun sikerei, misalnya, berbeda dengan tato ahli berburu. Ahli berburu dikenal lewat gambar binatang tangkapannya, seperti babi, rusa, kera, burung, atau buaya. Tato juga Universitas Sumatera Utara dipakai oleh kepala suku rimata Selain itu, bagi masyarakat Mentawai, tato juga memiliki fungsi sebagai simbol keseimbangan alam. Dalam masyarakat itu, benda-benda seperti batu, hewan, dan tumbuhan harus diabadikan di atas tubuh. Tato, juga dipakai pada seniman tato sipatiti. Tetapi, seiring dengan perkembangan zaman dan pengaruh media akhirnya stigma mengenai tato bahwa tato = penjahat, kriminalitas, dan lain-lain mulai berkurang. Karena masyarakat sendiri yang menilai bahwa tato tidak selamanya seperti itu. Perubahan nilai terhadap tato ini sangat dipengaruhi juga karena konstruksi kebudayaan yang dianut oleh masyarakat. Kita harus memperhatikan konteks yang ada pada zaman ini. Tato tradisional mungkin menjadi sesuatu yang bersifat religius dan magis karena gambar yang digunakan berupa simbol-simbol yang terkait dengan alam dan kepercayaan masyarakat. Kemudian ada suatu masa ketika tato tersebut menyandang stigma yang negatif. Seperti pada kelompok Yakuza di Jepang, mereka menggunakan horimono tato tradisional Jepang pada tubuhnya. Karena organisasi Yakuza ini sering terlibat dengan hal-hal kriminal seperti perjudian, narkoba, maka masyarakat terkonstruksi untuk melihat tato sebagai hal yang negatif. Lain halnya dengan perkembangan tato saat ini. Masyarakat mulai memahami tato sebagai simbol-simbol ekspresi seni dan sebagainya sehingga pemakaian tato lebih cenderung ke arah populer. Berawal dari pemberontakan terhadap stigma negatif, memang, namun hal ini dapat dipandang sebagai counter culture yang memberi perubahan dan variasi dalam kehidupan masyarakat. Universitas Sumatera Utara Dilihat secara artistik, tato memang memiliki fungsi estetika. Tato dipandang sebagai wujud ekspresi seni. Seni tato sekarang ini menempati suatu kedudukan khusus dan menjadi pilihan di dunia fashion. Tato dapat disejajarkan sebagai sebuah aksesori pelengkap gaya berpakaian masyarakat sekarang ini, terutama di kalangan anak muda di kawasan urban. Sebagian masyarakat masih ada yang menganggap tabu, tapi memiliki tato adalah selayaknya memakai “pakaian lain” dalam pakaian menurut sebagian penikmat tato. Dalam citra tato, khususnya dalam kombinasi dengan air yang mengalir itu melambangkan : keberanian, kemampuan untuk mencapai tujuan yang tinggi, dan mengatasi kesulitan hidup. Selain anak-anak muda, banyak orang yang lebih dewasa pun memilih untuk mempunyai tato di tubuhnya, sebagai pelengkap fashion dan mengikuti tren yang ada karena tren fashion dalam industri budaya pop berlaku bagi siapapun dan memasyarakat. Semua orang mempunyai kesempatan yang sama dalam bergaya, tergantung dari pilihan-pilihan individual masing-masing. Semua orang boleh menunjukka n gayanya yang khas sebagai sebuah self image yang akan dikenakannya untuk dijadikan performa dalam bermasyarakat. Seperti yang diungkapkan oleh Idy Subandi Ibrahim sebagai pengantar dari buku Lifestyles : Sebuah Pengantar Komprehensif David Chaney, 2003 bahwa “kita bergaya, maka kita ada”. Di Jepang, tubuh diperlakukan sebagai sebuah kanvas keseluruhan, tato adalah sebuah karya seni yang dapat berlangsung berjam-jam untuk menyelesaikan. Mungkin ini adalah keinginan untuk memperoleh lencana dari Universitas Sumatera Utara milik atau untuk menjalani ritual yang menandai transisi ke dewasa. Atau mungkin mereka melihat tato mereka sebagai talismen agar mereka tetap aman dari bahaya atau penyakit. Apapun motivasi mereka, sekali memakai tato, mereka tidak akan sepenuhnya telanjang lagi. Tetapi, biasanya para pengguna tato adalah orang yang sangat rahasia yang cenderung memilih untuk tidak menampilkan hiasan mereka di depan umum dan lebih memilih memakai mantel hapi tradisional tanpa takut eksposur. Seperti pemaknaan tato yang sebenarnya juga tergantung pada interpretasi dari individu itu sendiri. Tato yang pada awalnya hanya digunakan sebagai simbol kekuasaan dan kedudukan sosial sampai akhirnya tato dijadikan sebagai trend fashion. Jadi, penilaian bahwa tato itu baik atau buruk tergantung dari kondisi sosial yang ada. Fungsi sosial tato pada masyarakat tradisional dengan masyarakat urban juga berbeda. Bila pada masyarakat tradisional, tato memiliki fungsi religius politis, tetapi pada masyarakat urban fungsi tato lebih cenderung ke art seni. Perubahan nilai terhadap tato ini sangat dipengaruhi juga karena konstruksi kebudayaan yang dianut oleh masyarakat. Kita harus memperhatikan konteks yang ada pada zaman ini. Tato tradisional mungkin menjadi sesuatu yang bersifat religius dan magis karena gambar yang digunakan berupa simbol-simbol yang terkait dengan alam dan kepercayaan masyarakat. Kemudian ada suatu masa ketika tato tersebut menyandang stigma yang negatif. Seperti pada kelompok Yakuza di Jepang, mereka menggunakan horimono tato tradisional Jepang pada tubuhnya. Karena organisasi Yakuza ini sering terlibat dengan hal-hal kriminal Universitas Sumatera Utara seperti perjudian, narkoba, maka masyarakat terkonstruksi untuk melihat tato sebagai hal yang negatif. Lain halnya dengan perkembangan tato saat ini. Masyarakat mulai memahami tato sebagai simbol-simbol ekspresi seni dan sebagainya sehingga pemakaian tato lebih cenderung ke arah populer. Berawal dari pemberontakan terhadap stigma negatif tersebut, namun hal ini dapat dipandang sebagai counter culture yang memberi perubahan dan variasi dalam kehidupan masyarakat atas pemaknaan tato. Universitas Sumatera Utara BAB III ANALISIS MAKNA SIMBOLIK YANG TERKANDUNG DALAM GAMBAR TATO TRADISIONAL JEPANG BERGAMBAR BINATANG HORIMONO IREZUMI Dalam bab ini akan dibahas secara mendalam makna simbolik yang terkandung dari tato tradisional Jepang horimonoirezumi, khususnya yang bergambar binatang. Binatang-binatang yang banyak dijadikan untuk objek dalam pembuatan tato diantaranya, yaitu :

3.1. Naga Dragon