Penggunaan pegging ini penting dilakukan untuk menghemat waktu dalam memperoleh sumber masalah untuk perencanaan pendistribusian bilamana
demand melebihi supply. Dengan bantuan pegging information, perencana dapat lebih banyak menghabiskan waktu untuk pemecahan masalah tersebut daripada
mencari dimana terjadi kelebihan demand. Transportation planning report adalah laporan yang berisikan
perencanaan jumlah alat transportasi untuk pengiriman item ke suatu DC tertentu.
3.3.4. Sumber – sumber Perubahan yang Mempengaruhi Rencana DRP
Beberapa perubahan yang mungkin akan mempengaruhi rencana DRP adalah :
1. Kesalahan peramalan
2. Perbaikan – perbaikan peramalan
3. Variasi waktu tunggu
4. Kehilangan atau kerusakan dari inventory
5. Pemogokan karyawan pekerja
3.3.5. Integrasi Sistem Distribusi dan Manufaktur
Integrasi sistem distribusi dan manufaktur bertemu pada jadwal induk produksi MPS dimana Planned order untuk central supply stocking point
menjadi satu input utama dalam pengembangan MPS. MPS juga mempertimbangkan kebutuhan – kebutuhan lain seperti pesanan – pesanan
internal atau antar pabrik. Tetapi ramalan untuk permintaan produk disaring
melalui rencana distribusi, seharusnya menjadi penyumbang utama bagi MPS. Integrasi sistem distribusi dan manufaktur dikenal sebagai DRP MRP connention
yang bertemu pada MPS. Dengan kata lain, titik dimana sistem distribusi dan sistem produksi digabung secara bersama adalah melalui pengembangan dari satu
MPS. Manajemen permintaan menggambarkan keterkaitan connection antara
market place dan manufaktur. Pada umumnya dimulai dengan peramalan dan berakhir dengan suatu MPS yang konsisten sesuai dengan tujuan jangka panjang
perusahaan dan kendala kapasitas. Melalui pengintegrasian sistem distribusi dan produksi, dimana data dan catatan time phased grid berada dalam format yang
sesuai fungsi manajemen permintaan dapat menjadi lebih efektif, efisien, dan tepat waktu.
3.3.6. Stok Pengaman dalam DRP
Stok pengaman dalam DRP digunakan untuk mengantisipasi ketidakpastian permintaan relatif terhadap ramalan – ramalan yang dibuat.
Ketidakpastian ini paling mungkin terjadi apabila permintaan benar – benar independent pada pusat – pusat distribusi yang secara langsung melayani
pelanggan. Sedangkan keadaan permintaan yang ditempatkan ada intermediate distribution center adalah dependent demand yang seharusnya dapat diperkirakan.
Planned requirement yang ditunjukkan pada TPOP display, mengijinkan tindakan – tindakan yang berkaitan dengan pesanan dapat direncanakan lebih awal
dengan lebih sedikit terjadi hal – hal yang bersifat luar biasa. Bagaimanapun, stok
pengaman masih tetap diperlukan pada intermediate distribution centres. Namun tingkat stok pengaman secara keseluruhan dalam sistem distribusi seharusnya
menjadi lebih kecil untuk push system daripada pull system. Sebagai tambahan, apabila permintaan adalah discontinuous, penggunaan
metode safety Lead time lebih tepat atau cocok mengantisipasi ketidakpastian dibandingkan dengan penggunaan Safety stock Quantities.
Safety Lead time didefenisikan sebagai suatu elemen waktu yang ditambahkan pada noraml Lead time untuk memenuhi suatu pesanan sebelum
tanggal dibutuhkan real need date guna mencegah fluktuasi dalam waktu tunggu supply uncertainty. Apabila menggunakan sistem MRP untuk item – item
inventory yang tergolong dependent demand, diperlukan Lead time offset yaitu teknik yang digunakan dimana Planned order receipts dalam suatu periode waktu
membutuhkan order release lebih awal didasarkan pada waktu tunggu untuk item itu.
Banyaknya safety Lead time terhadap penyesuaian reorder point mencakup penambahan unit item sehingga pesanan pengisian kembali akan
dilakukan lebih awal kepada pabrik untuk item yang dibeli atau kepada pabrik untuk item yang dibuat. Asumsinya jika pesanan suatu item dilakukan lebih awal,
tetapi penyerahan item itu berada dalam Lead time yang diharapkan atau lebih lambat, maka diharapkan kuantitas pengisian kembali tidak terlambat datang.
Variabilitas Lead time dapat diukur dari simpangan baku disekitar rata – rata lead time, sehingga penentuan banyaknya tambahan waktu dalam upaya
menentukan safety Lead time dapat menjadi optimum.
Menghadapi situasi ketidakpastian permintaan demand uncertainty dan juga ketidakpastian waktu tunggu Lead time uncertainty, dibutuhkan lebih
banyak stok pengaman dibandingkan apabila hanya mempertimbangkan salah satu ketidakpastian tetapi tidak sebanyak pengkombinasian keduanya stok pengaman
dari permintaan tidak pasti + stok pengaman dari penawaran Lead time tidak pasti. Karena probabilitas bersama joint probability dari kelebihan permintaan
dan kelebihan Lead time tidak terjadi dalam siklus pesanan yang sama lebih kecil dari probabilitas yang tunggal single probability untuk kelebihan permintaan
atau kelebihan Lead time terjadi secara bebas. Dengan demikian apabila permintaan dan penawaran kedua – duanya
bersifat tidak pasti, banyaknya stok pengaman yang disimpan seharusnya didasarkan pada probabilitas bersama joint probability dari kedua ketidak
pastian itu. Salah satu cara untuk menyelesaikan masalah ketidak pastian permintaan
dan penawaran Lead time uncertainty adalah mengkombinasikan data yang menunjukkan rata – rata permintaan selama suatu rata – rata Lead time dan
membangun distribusi probabilitas tunggal. Hal ini akan menghasilkan ukuran variasi yang lebih besar, namun dapat diterapkan sebagai perhitungan dalam
keadaaan normal untuk menentukan stok pengaman guna mencapai tingkat pelayanan yang diinginkan yaitu :
SS = z x s Dimana :
SS = stok pengaman yang disediakan untuk menghadapi ketidakpastian permintaan dan penawaran.
z = faktor pengganda pada tingkat pelayanan yang diinginkan. s = simpangan baku di sekitar rata – rata permintaan selama rata – rata lead time.
Safety Factor service level adalah tingkat pelayanan kosumen yang merupakan penyimpanan normal standar yang memberi kemungkinan terjadinya tidak
ada persediaan atau stock out. Penentuan safety level adalah dengan membagi jumlah permintaan yang dapat
dipenuhi dengan jumlah permintaan total dikali dengan 100 .
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai dengan Maret 2010. Dan penelitian ini akan dilaksanakan di PT. Uni Perkasa yang
beralamat di Jl. Johar No. 62 Sunggal, Medan.
4.2. Objek Penelitian
Objek penelitian yang diteliti adalah jumlah kebutuhan produk permintaan di tiap Distribution Center. Dalam penelitian ini, produk yang
digunakan adalah AMDK Air Minum Dalam Kemasan Minly.
4.3. Variabel Data Penelitian
Adapun variabel yang mempengaruhi perencanaan suatu sistem distribusi adalah :
1. Jumlah permintaan di tiap DC.
2. Biaya-biaya dalam proses pendistribusian.
3. Lead time distribusi.
4. Status Persediaan Inventory record .
5. Jaringan distribusi produk di PT. Uni Perkasa.