BAB III PRINSIP-PRINSIP HUKUM TENTANG KEWAJIBAN ORANG TUA
ATAS PEMELIHARAAN ANAK SETELAH PERCERAIAN
3.1 Pengertian Pemeliharaan Anak
Pemeliharaan menurut etimologi adalah “proses, cara, perbuatan memelihara kan, penjagaan, perawatan, pendidikan, penyelamatan, penjagaan
harta kekayaan”.
34
Menurut Ash- sha‟ani bahwa dalam buku islam pemeliharaan anak disebut
dengan al Hadinah yang merupakan masdar dari kata Al Hadhanah yang berarti mengasuh atau memelihara bayi hadhanah ash syabiyya. Pengertian dari istilah
hadhanah adalah “pemeliharaan anak yang belum mampu berdiri sendiri, biaya
pendidikannya dan pemeliharaannya dari segala yang membahayakan jiwanya”
35
Menurut M. Yahya Harahap, yang dimaksud dengan pemeliharaan anak adalah:
36
1. Tanggung jawab orang tua untuk mengawasi, memberikan pelayanan yang
semestinya serta mencukupi kebutuhan hidup anak. 2.
Pemeliharaan yang berupa pengawasan, pelayanan serta pencukupan nafkah anak tersebut adalah bersifat kontinyu terus menerus sampai anak itu dewasa.
Menurut Abdul Azis Dahlan, “Hadhanah berarti di samping atau berada di
bawah ketiak. Sedangkan secara terminologinya, merawat dan mendidik
34
Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit, 846.
35
Ash Sha‟ani, Subulus Salam, Terjemahan Abubakar Muhammad Jiid 3, Al Ikhlas, Surabaya, 1995, hal 81.
36
M. Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional.,hal 123.
seseorang yang belum mumayyiz atau yang kehilangan kecerdasannya karena mereka tidak bisa memenuhi keperluan sendiri.
37
Hadhanah berarti melakukan emeliharaan anak-anak yang masih kecil, baik laki-laki mauun perempuan, atau yang sudah besar tetapi belum mumayyiz,
menyediakan sesuatu yang menjadikan kebaikannya, menjaganya dari sesuatu yang menyakiti, dan merusaknya, mendidik jasmani, dan rohani dan akhlaknya,
agar mampu berdiri sendiri menghadapi hidup dan memikul tanggung jawab.
38
Landasan Hukum hadhannah dalam Islam, didasarkan pada beberapa ayat Al-Quran, antara lain QS. At-Tahrim ayat 6, dan Al-Baqarah ayat 233, yang
artinya:
39
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan- Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. QS. At-
Tahrim ayat 6 Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan penyesuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara
ma‟ruf, Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih sebelum dua tahun
dengan kerelaan keduanya dan pemusyawaratan, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu
kepada Allah dan ketahuilah Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Al- Baqarah 233
Para ulama sepakat bahwasanya hukum hadhanah, mendidik dan merawat anak adalah wajib. Tetapi mereka berbeda pendapat dalam hal Ulama mazhab
Hanafi dan Maliki misalnya berpendapat bahwa hadhanah itu menjadi hak ibu
37
Abu Azis Dahlan, Op. Cit,hal 415.
38
Zakiah Darajat, Ilmu Figh, Dhana Bakti Wakaf, Yogayakarta, 1995, hal 157.
39
Abdul Rahman Ghazali, Figh Munakahat, Kencana Media Group, Jakarta, 2003, hal 176.
sehingga ia dapat saja menggugurkan haknya. Tetapi menurut jumhur ulama, hadhanah itu menjadi hak bersama antara orang tua dan anak. Bahkan meurut
Wahbah al- Zuhaily, “hak hadhanah adalah hak yang bersyarikat antara ibu, ayah
dan anak. Jika terjadi pertengkaran maka yang didahulukan adalah hak atau kepentingan si anak”.
40
Menurut Ahmad Rafiq, “hadhanah” yang di maksud dalam hal ini adalah kewajiban orang tua untuk memelihara dan mendidik anak mereka dengan sebaik-
baiknya. Pemeliharaan ini mencakup masalah ekonomi, pendidikan dan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan
pokok si anak”.
41
Sedangkan Sayyid Sabiq mengemukakan bahwa :
42
Hadhanah adalah melakukan pemeliharaan anak-anak yang masih kecil laki-laki maupun perempuan atau yang sudah besar tetapi belum tamyiz dapat
membedakan anatara buruk dan baik tanpa perintah padanya, menyediakan sesuatu yang menjadi kebaikannya, menjaga dari sesuatu yang menyakiti dan
merusaknya, mendidik jasmani, dan rohani dan akalnya agar mampu berdiri sendiri dalam menghadapi hidup dan dapat memikul tanggung jawabnya.
Hadhanah merupakan suatu kewenangan untuk merawat dan mendidik orang yang beluum mumayyiz atau orang yang belum dewasa tetapi kehilangan
akal dan kecerdasan berpikirnya. Ulama Fiqih sepakat menyatakan bahwa pengasuhan itu di mulai semenjak anak lahir sampai ia mumayyiz.
Untuk kepentingan anak dan pemeliharaannya di perlukan syarat-syarat bagi anak yang di asuh dan pengasuh, yaitu :
43
1. Tidak terikat dengan suatu pekerjaan yang menyebabkan ia tidak melakukan
hadhanah dengan baik, seperti pengasuh terikat dengan pekerjaan yang
40
Abdul AAzis Dahlan, Op. Cit, 415.
41
Ahmad Rafiq, Op. Cit, hal 117.
42
Sayid Sabiq, Op. Cit, hal 160.
43
Armia, Op. Cit, hal 91-92.
berjauhan tempatnya dengan tempat si anak, atau hampir seluruh waktunya dihabiskan untuk bekerja.
2. Hendaklah pengasuh orang yang mukallaf, yaitu telah baligh, berakal dan tidak
terganggu ingatannya. Hadhanah adalah suatu pekerjaan yang penuh dengan tanggung jawab, sedangkan orang yang bukan mukallaf adalah orang yang
tidak dapat di mintai pertanggug jawaban. 3.
Hendaklah mempunyai kemampuan melakukan hadhanah. 4.
Hendaklah dapat menjamin pemeliharaan dan pendidikan anak, terutama yang berhubungan dengan budi pekerti. Orang yang dapat merusak budi pekerti
anak, seperti pezina, pecuri, tidaklah pantas melakukan hadhanah. 5.
Hendaklah pengasuh bersuamikan laki-laki yang ada hubunngan mahram dengan si anak.
6. Pengasuh hendaklah orang yang tidak membenci si anak.
Mengenai masa waktu berlangsungnya hadhanah, tidak terdapat nas yang dengan tegas menerangkannya. Oleh karena itu para ulama berijtihad masing-
masing untuk menerapkannya sebagai berikut :
44
1. Ulama mazhab Hanafi menetapkan bahwa hadhanah anak laki-laki berakhir
pada saat anak itu tidak lagi memerlukan penjagaan dan telah dapat mengurus keperluannya sehari-hari seperti makan, minum, mengatur pakaian,
membersihkan tempatnya dan sebagainya. Sedangkan bagi anak perempuan, masa hadhanah berakhir apabbila telah baligh atau telah datang masa haid
pertamanya. Ada juga ulama mazhab Hanafi yang menetapkan bahwa masa hadhanah berakhir umur 19 tahun bagi laki-laki dan umur 11 tahun bagi
perempuan.
2. Mazhab Syafii berpendapat bahwa masa hadhanah berakhir setelah anak
mumayyiz, yakni berumur antara lima dan enam tahun.
44
Ibid, hal 92.
45
Ibid
Pada prinsipnya hak hadhanah baru muncul apabila istri dicerai dan sudah habis masa „iddahnya.
45
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam QS. At-Thalaq ayat 6, yang artinya:
Tempatkanlah mereka para isteri di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk
menyempitkan hati mereka. Dan jika mereka isteri-isteri yang sudah di talaq itu sedang hamil, maka berikanlah kepada upahnya, dan
musyawarahkanlah di antara kamu segala sesuatu dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan anak itu
untuknya.
Secara umum masa mulai berlakunya pemeliharaan anak adalah sejak anak itu berada dalam kandungan sampai anak itu dewasa atau berdiri sendiri atau
dewasa adalah 21 dua puluh satu tahun, sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental ataupun belum pernah melangsunkan perkawinan. Orang
tuanya mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di dalam dan di luar Pengadilan Pasal 98 KHI. Tetapi pengertian pemeliharaan di sini adalah
dalam arti hadhanah sebagaimana yang di kemukakan oleh Sayyid Sabiq. Jelasnya ukuran yang di pakai adalah tamyiz, misalnya sudah bisa makan sendiri,
mandi sendiri dan sebagainya. Pemeliharaan anak sangat utama sekali dalam kehidupan karena ia adalah
generasi penerus bagi kehidupan manusia di masa yang akan datang. Undang- Undang
menentukan bahwa
orang tua
adalah yang
pertama-tama bertaggungjawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani
maupun sosial.
46
46
Pasal 9 Undang-Undang Kesejahteraan Anak.
Pemeliharaan anak mengandung arti sebuah tanggung jawab orang tua untuk mengawasi, memberi pelayanan yang semestinya serta mencakupi
kebutuhan hidup anak dari orang tuanya, kewajiban untuk melakukan pemeliharaan terhadap anak bersifat tetap sampai si anak mampu berdiri sendiri.
47
Beranjak dari Al- Qur‟an Surat Luqman Ayat 12-19, setidaknya ada delapan hal
yang harus diajarkan orang tua kepada anak-anaknya, yaitu :
48
1. Senantiasa mensyukuri nikmat Allah S.W.T.
2. Tidak mensyarikatakan Allah dengan sesuatu yang lain.
3. Berbuat baik kepada orang tua sebagai bukti kesyukuran anak.
4. Mempergauli orang tua secara baik-baik ma‟ruf
5. Setiap perbuatan betapapun kecilnya akan mendapatka balasan dari Allah
S.W.T. 6.
Menaati perintah Allah S.W.T. seperti shalat, amar ma’rruf dan nahi mungkar, serta sabar dalam menghadapi berbagai cobaan.
7. Sederhana dalam bersikap dan bertutur kata.
3.2 Perbedaan Antara Pemeliharaan dan Pengasuhan Anak