Pengertian Pemeliharaan Anak Tinjauan Yuridis Terhadap Sengketa Pemeliharaan Anak Di Bawah Umur Sebagai Akibat Perceraian Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam (Studi Putusan Mano. 23/Pdt.G/2013/Pa.Bik )

BAB III PRINSIP-PRINSIP HUKUM TENTANG KEWAJIBAN ORANG TUA ATAS PEMELIHARAAN ANAK SETELAH PERCERAIAN

3.1 Pengertian Pemeliharaan Anak

Pemeliharaan menurut etimologi adalah “proses, cara, perbuatan memelihara kan, penjagaan, perawatan, pendidikan, penyelamatan, penjagaan harta kekayaan”. 34 Menurut Ash- sha‟ani bahwa dalam buku islam pemeliharaan anak disebut dengan al Hadinah yang merupakan masdar dari kata Al Hadhanah yang berarti mengasuh atau memelihara bayi hadhanah ash syabiyya. Pengertian dari istilah hadhanah adalah “pemeliharaan anak yang belum mampu berdiri sendiri, biaya pendidikannya dan pemeliharaannya dari segala yang membahayakan jiwanya” 35 Menurut M. Yahya Harahap, yang dimaksud dengan pemeliharaan anak adalah: 36 1. Tanggung jawab orang tua untuk mengawasi, memberikan pelayanan yang semestinya serta mencukupi kebutuhan hidup anak. 2. Pemeliharaan yang berupa pengawasan, pelayanan serta pencukupan nafkah anak tersebut adalah bersifat kontinyu terus menerus sampai anak itu dewasa. Menurut Abdul Azis Dahlan, “Hadhanah berarti di samping atau berada di bawah ketiak. Sedangkan secara terminologinya, merawat dan mendidik 34 Departemen Pendidikan Nasional, Op. Cit, 846. 35 Ash Sha‟ani, Subulus Salam, Terjemahan Abubakar Muhammad Jiid 3, Al Ikhlas, Surabaya, 1995, hal 81. 36 M. Yahya Harahap, Hukum Perkawinan Nasional.,hal 123. seseorang yang belum mumayyiz atau yang kehilangan kecerdasannya karena mereka tidak bisa memenuhi keperluan sendiri. 37 Hadhanah berarti melakukan emeliharaan anak-anak yang masih kecil, baik laki-laki mauun perempuan, atau yang sudah besar tetapi belum mumayyiz, menyediakan sesuatu yang menjadikan kebaikannya, menjaganya dari sesuatu yang menyakiti, dan merusaknya, mendidik jasmani, dan rohani dan akhlaknya, agar mampu berdiri sendiri menghadapi hidup dan memikul tanggung jawab. 38 Landasan Hukum hadhannah dalam Islam, didasarkan pada beberapa ayat Al-Quran, antara lain QS. At-Tahrim ayat 6, dan Al-Baqarah ayat 233, yang artinya: 39 Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan- Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. QS. At- Tahrim ayat 6 Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyesuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma‟ruf, Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih sebelum dua tahun dengan kerelaan keduanya dan pemusyawaratan, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Al- Baqarah 233 Para ulama sepakat bahwasanya hukum hadhanah, mendidik dan merawat anak adalah wajib. Tetapi mereka berbeda pendapat dalam hal Ulama mazhab Hanafi dan Maliki misalnya berpendapat bahwa hadhanah itu menjadi hak ibu 37 Abu Azis Dahlan, Op. Cit,hal 415. 38 Zakiah Darajat, Ilmu Figh, Dhana Bakti Wakaf, Yogayakarta, 1995, hal 157. 39 Abdul Rahman Ghazali, Figh Munakahat, Kencana Media Group, Jakarta, 2003, hal 176. sehingga ia dapat saja menggugurkan haknya. Tetapi menurut jumhur ulama, hadhanah itu menjadi hak bersama antara orang tua dan anak. Bahkan meurut Wahbah al- Zuhaily, “hak hadhanah adalah hak yang bersyarikat antara ibu, ayah dan anak. Jika terjadi pertengkaran maka yang didahulukan adalah hak atau kepentingan si anak”. 40 Menurut Ahmad Rafiq, “hadhanah” yang di maksud dalam hal ini adalah kewajiban orang tua untuk memelihara dan mendidik anak mereka dengan sebaik- baiknya. Pemeliharaan ini mencakup masalah ekonomi, pendidikan dan segala sesuatu yang menjadi kebutuhan pokok si anak”. 41 Sedangkan Sayyid Sabiq mengemukakan bahwa : 42 Hadhanah adalah melakukan pemeliharaan anak-anak yang masih kecil laki-laki maupun perempuan atau yang sudah besar tetapi belum tamyiz dapat membedakan anatara buruk dan baik tanpa perintah padanya, menyediakan sesuatu yang menjadi kebaikannya, menjaga dari sesuatu yang menyakiti dan merusaknya, mendidik jasmani, dan rohani dan akalnya agar mampu berdiri sendiri dalam menghadapi hidup dan dapat memikul tanggung jawabnya. Hadhanah merupakan suatu kewenangan untuk merawat dan mendidik orang yang beluum mumayyiz atau orang yang belum dewasa tetapi kehilangan akal dan kecerdasan berpikirnya. Ulama Fiqih sepakat menyatakan bahwa pengasuhan itu di mulai semenjak anak lahir sampai ia mumayyiz. Untuk kepentingan anak dan pemeliharaannya di perlukan syarat-syarat bagi anak yang di asuh dan pengasuh, yaitu : 43 1. Tidak terikat dengan suatu pekerjaan yang menyebabkan ia tidak melakukan hadhanah dengan baik, seperti pengasuh terikat dengan pekerjaan yang 40 Abdul AAzis Dahlan, Op. Cit, 415. 41 Ahmad Rafiq, Op. Cit, hal 117. 42 Sayid Sabiq, Op. Cit, hal 160. 43 Armia, Op. Cit, hal 91-92. berjauhan tempatnya dengan tempat si anak, atau hampir seluruh waktunya dihabiskan untuk bekerja. 2. Hendaklah pengasuh orang yang mukallaf, yaitu telah baligh, berakal dan tidak terganggu ingatannya. Hadhanah adalah suatu pekerjaan yang penuh dengan tanggung jawab, sedangkan orang yang bukan mukallaf adalah orang yang tidak dapat di mintai pertanggug jawaban. 3. Hendaklah mempunyai kemampuan melakukan hadhanah. 4. Hendaklah dapat menjamin pemeliharaan dan pendidikan anak, terutama yang berhubungan dengan budi pekerti. Orang yang dapat merusak budi pekerti anak, seperti pezina, pecuri, tidaklah pantas melakukan hadhanah. 5. Hendaklah pengasuh bersuamikan laki-laki yang ada hubunngan mahram dengan si anak. 6. Pengasuh hendaklah orang yang tidak membenci si anak. Mengenai masa waktu berlangsungnya hadhanah, tidak terdapat nas yang dengan tegas menerangkannya. Oleh karena itu para ulama berijtihad masing- masing untuk menerapkannya sebagai berikut : 44 1. Ulama mazhab Hanafi menetapkan bahwa hadhanah anak laki-laki berakhir pada saat anak itu tidak lagi memerlukan penjagaan dan telah dapat mengurus keperluannya sehari-hari seperti makan, minum, mengatur pakaian, membersihkan tempatnya dan sebagainya. Sedangkan bagi anak perempuan, masa hadhanah berakhir apabbila telah baligh atau telah datang masa haid pertamanya. Ada juga ulama mazhab Hanafi yang menetapkan bahwa masa hadhanah berakhir umur 19 tahun bagi laki-laki dan umur 11 tahun bagi perempuan. 2. Mazhab Syafii berpendapat bahwa masa hadhanah berakhir setelah anak mumayyiz, yakni berumur antara lima dan enam tahun. 44 Ibid, hal 92. 45 Ibid Pada prinsipnya hak hadhanah baru muncul apabila istri dicerai dan sudah habis masa „iddahnya. 45 Hal ini sebagaimana disebutkan dalam QS. At-Thalaq ayat 6, yang artinya: Tempatkanlah mereka para isteri di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan hati mereka. Dan jika mereka isteri-isteri yang sudah di talaq itu sedang hamil, maka berikanlah kepada upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu segala sesuatu dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan anak itu untuknya. Secara umum masa mulai berlakunya pemeliharaan anak adalah sejak anak itu berada dalam kandungan sampai anak itu dewasa atau berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 dua puluh satu tahun, sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental ataupun belum pernah melangsunkan perkawinan. Orang tuanya mewakili anak tersebut mengenai segala perbuatan hukum di dalam dan di luar Pengadilan Pasal 98 KHI. Tetapi pengertian pemeliharaan di sini adalah dalam arti hadhanah sebagaimana yang di kemukakan oleh Sayyid Sabiq. Jelasnya ukuran yang di pakai adalah tamyiz, misalnya sudah bisa makan sendiri, mandi sendiri dan sebagainya. Pemeliharaan anak sangat utama sekali dalam kehidupan karena ia adalah generasi penerus bagi kehidupan manusia di masa yang akan datang. Undang- Undang menentukan bahwa orang tua adalah yang pertama-tama bertaggungjawab atas terwujudnya kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani maupun sosial. 46 46 Pasal 9 Undang-Undang Kesejahteraan Anak. Pemeliharaan anak mengandung arti sebuah tanggung jawab orang tua untuk mengawasi, memberi pelayanan yang semestinya serta mencakupi kebutuhan hidup anak dari orang tuanya, kewajiban untuk melakukan pemeliharaan terhadap anak bersifat tetap sampai si anak mampu berdiri sendiri. 47 Beranjak dari Al- Qur‟an Surat Luqman Ayat 12-19, setidaknya ada delapan hal yang harus diajarkan orang tua kepada anak-anaknya, yaitu : 48 1. Senantiasa mensyukuri nikmat Allah S.W.T. 2. Tidak mensyarikatakan Allah dengan sesuatu yang lain. 3. Berbuat baik kepada orang tua sebagai bukti kesyukuran anak. 4. Mempergauli orang tua secara baik-baik ma‟ruf 5. Setiap perbuatan betapapun kecilnya akan mendapatka balasan dari Allah S.W.T. 6. Menaati perintah Allah S.W.T. seperti shalat, amar ma’rruf dan nahi mungkar, serta sabar dalam menghadapi berbagai cobaan. 7. Sederhana dalam bersikap dan bertutur kata.

3.2 Perbedaan Antara Pemeliharaan dan Pengasuhan Anak

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Terhadap Sita Marital Atas Sengketa Harta Bersama Dalam Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

10 140 156

Status Anak Yang Dilahirkan Dari Perkawinan Wanita Hamil Karena Zina Menurut Kompilasi Hukum Islam Dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

1 64 125

Perkawinan Dibawah Umur Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Hukum Adat Serta Kompilasi Hukum Islam

6 131 125

Pembatalan Perkawinan Menurut Undang-Undang NO. 1 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam (Studi Pada Pengadilan Agama Medan)

3 123 72

Tinjauan Yuridis Pernikahan Siri Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam

3 77 140

Aspek Hukum Sita Marital Terhadap Sengketa Harta Bersama Dalam Perkawinan Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Kuhperdata) Dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

0 63 163

Kajian Yuridis Hak Pemeliharaan Anak Setelah Terjadinya Perceraian Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (Studi Kasus Terhadap Putusan Pengadilan No. 101/Pdt.G/2009/Pn/Mdn)

0 38 141

Kedudukan Perjanjian Perkawinan Dan Akibat Hukumnya Ditinjau Dari Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam

0 35 116

Akibat Hukum Perceraian Terhadap Harta Bersama Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam

0 30 138

Tinjauan Yuridis Terhadap Sengketa Pemeliharaan Anak Di Bawah Umur Sebagai Akibat Perceraian Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam (Studi Putusan Mano. 23/Pdt.G/2013/Pa.Bik )

1 55 89