Senang, aktivitas siswa dikelompokkan ke dalam kategori ini, jika siswa dalam mengikuti pelajaran dapat memberikan respon
yang baik atau sebaliknya. Dengan adanya Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dapat mengetahui
antusias siswa dan rasa senang siswa terhadap pembelajaran matematika.
B. Hasil-hasil Penelitian yang Relevan
1. Ciswandi, dalam penelitiannya yang berjudul ”Pembelajaran Kooperatif
Model SNH Structured Numbre Head Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa”, memberikan kesimpulan bahwa Pembelajaran
Kooperatif model SNH memberikan dampak positif terhadap hasil belajar matematika siswa.
31
2. Penelitian yang dilakukan oleh Reny Subarkah Jurusan Pendidikan
Matematika di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program S1. Penelitian tersebut berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk
Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa”. Penelitian tersebut dilakukan di SMP Nusantara Ciputat Tangerang Selatan. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa rata-rata persentase aktivitas belajar siswa meningkat, yaitu pada siklus I sebesar 36,6 menjadi 74,0 pada siklus
II.
32
31
Ciswandi, “Pembelajaran Kooperatif Model SNH Structured Numbre Head Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 62.
32
Reny Subarkah, “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta:
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h. 100.
C. Pengajuan Konseptual Perencanaan Tindakan
Belajar pada dasarnya merupakan suatu perubahan. Proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu, sehingga terbentuk perilaku baru menuju
arah yang lebih baik. Kenyataannya, para pelajar sering kali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku
sebagaimana yang diharapkan. Terutama pada mata pelajaran matematika. Hal itu menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar yang merupakan
hambatan dalam mencapai hasil belajar. Sementara itu, setiap siswa untuk mencapai kesuksesan dalam belajar
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang mencapainya tanpa kesulitan, akan tetapi banyak pula siswa yang mengalami kesulitan, sehingga
menimbulkan masalah bagi perkembangan pribadinya. Siswa yang mempunyai kesulitan dalam belajar, biasanya lebih senang
mengobrol, mengganggu temannya dalam belajar, bahkan tidak memperhatikan guru pada saat menerangkan pelajaran. Hal ini membuat siswa tidak dapat
mengikuti pelajaran matematika dengan baik. Sistem pembelajaran di sekolah-sekolah kita kebanyakan menggunakan
model pembelajaran yang cenderung membuat siswa hanya diam menerima informasi yang diberikan guru. Siswa tidak berperan banyak dalam model
pembelajaran seperti ini. Secara teori, siswa seharusnya dibuat aktif dalam pembelajaran karena keaktifan siswa dalam belajar membuat kegiatan belajar
mengajar di kelas akan lebih efektif. Keaktifan yang dimaksud adalah keingintahuan siswa terhadap materi yang disajikan, diimplementasikan dalam
bentuk pertanyaan dan kemauan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang diberikan pada saat pembelajaran. Untuk itu diperlukan suatu model pembelajaran
yang tepat dan dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Salah satu model pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif adalah
Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning. Pembelajaran Kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang berorientasi pada kerja kelompok, dengan
kata lain pada pembelajaran di kelas siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok
kecil. Namun Pembelajaran Kooperatif tidak sekedar kerja kelompok biasa. Dalam Pembelajaran Kooperatif peran dan keaktifan siswa diutamakan. Siswa
diberi kesempatan untuk mengungkapkan pemikirannya dan kemudian mengembangkan pemikirannya tersebut.
Pembelajaran Kooperatif memiliki banyak tipe dan strategi, salah satunya adalah Kepala Bernomor Terstruktur atau Numbered Heads Terstruktur. Tipe ini
modifikasi dari tipe Kepala Bernomor yang dipakai Spencer Kagan. Dengan tipe ini siswa bisa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadinya dan saling
keterkaitan dengan teman-teman kelompoknya. Proses pembelajaran yang akan terjadi terdiri dari beberapa siklus. Pada
siklus I, siswa akan dibentuk menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri atas empat orang siswa. Setiap siswa dalam setiap kelompok akan mendapatkan
nomor sesuai dengan tugas Kepala Bernomor Terstruktur. Pembagian anggota kelompok dalam penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan tipe Kepala
Bernomor Terstruktur dilakukan secara heterogen, baik dari segi kemampuan akademik maupun jenis kelamin. Dalam melaksanakan tugasnya, diharapkan
siswa dapat bekerja sama dan saling membantu sehingga tercipta interaksi yang dinamis antara siswa dengan kelompok belajarnya serta siswa dapat mengeluarkan
ide-ide mereka dengan berbagi kepada teman sekelasnya. Jika pada siklus I target yang diinginkan belum tercapai, maka peneliti akan melanjutkannya ke siklus II.
Tindakan yang akan dilakukan pada siklus II harus memiliki perbedaan dengan tindakan yang telah dilakukan pada siklus I dan tindakan pada siklus II
merupakan refleksi tindakan dari siklus I. Pada siklus II ini, peneliti harus lebih memfokuskan lagi aktivitas apa yang harus ditingkatkan melalui refleksi tindakan
pada siklus I. Selain itu pada siklus II ini peneliti akan memberikan reward berupa nilai tambah kepada kelompok siswa yang telah mengerjakan tugas LKS tepat
waktu dan nilai tambah bagi siswa yang aktif dalam menanggapi laporan kelompok. Hal ini bertujuan agar siswa lebih termotivasi lagi dalam belajar
matematika melalui penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala
Bernomor Terstruktur. Jika pada siklus II ini target yang diinginkan belum terpenuhi, maka penelitian ini akan dilanjutkan ke siklus III dengan tindakan
siklus II sebagai refleksinya. Tetapi jika pada siklus II ini target yang diinginkan sudah tercapai, maka penelitian ini akan dihentikan dan berakhir pada siklus II.
Pada penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur, setiap siswa akan diobservasi untuk diamati pada setiap aktivitas yang
dilakukannya di dalam kelas seperti aktivitas visual, aktivitas oral, aktivitas menulis, aktivitas mental, dan aktivitas emosional. Dengan cara ini guru dapat
mengetahui aktivitas belajar apa yang dilakukan oleh masing-masing siswa. Dengan cara ini juga setiap siswa dapat mengetahui bahwa dalam memahami
sesuatu banyak cara dan aktivitas yang dilakukannya. Dengan demikian, berarti model Pembelajaran Kooperatif tipe Kepala Bernomor Terstruktur dapat
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.
D. Hipotesis Tindakan