Uji Validitas dan Reliabilitas Analisis Faktor

D. Metode Analisis Data

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas berasal dari kata Validity, yang berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur Sugiyono, 2008:172. Suatu skala dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini, tehnik yang digunakan adalah korelasi product moment dari pearson yaitu : r xy = N XY - X Y 2 2 2 2 − − Y Y N X X N Dimana : X = Pertanyaan nomor tertentu Y = Skor total N = Jumlah responden Uji hipotesis untuk validitas tiap butir pertanyaan suatu angket adalah sebagai berikut : Ho = Skor butir berkolerasi positif dengan skor faktornya H1 = Skor butir tidak berkolerasi positif dengan skor faktornya Dengan tingkat signifikan 5 dengan R hasil R tabel = maka Ho tidak ditolak, sedangkan jika R hasil R tabel = maka Hi butir pertanyaan valid. Reliabilitas adalah menunjuk pada adanya konsistensi dan stabilitas nilai hasil skala pengukuran tertentu, reliabilitas berkonsentrasi pada masalah akurasi pengukuran dan hasilnya Jonathan Sarwono, 2006:218. Reliabilitas dalam penelitian ini adalah uji reliabilitas Alpha, yaitu : R n = 2 2 1 1 σ σ b k k − − Dimana : R n = Relatif instrumen K = Banyaknya pertanyaan b 2 = Jumlah varians 2 = varians total Dalam penelitian ini menggunakan model analisis, yaitu analisis faktor. Analisis faktor digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang diperkirakan dapat mewujudkan suatu kepuasan bagi pelanggan dalam menyaksikan pertunjukan live music.

2. Analisis Faktor

Analisis faktor adalah sebuah model, dimana tidak terdapat variabel bebas dan tergantung. Analisis faktor tidak mengklarifikasi variabel ke dalam kategori variabel bebas dan tergantung, melainkan mencari hubungan interdependensi antar variabel agar dapat mengidentifikasikan dimensi-dimensi atau faktor-faktor yang menyusunnya. Analisis faktor pertama kali dilakukan oleh Charles Spearman, dengan tujuan utama analisis faktor adalah menjelaskan hubungan diantara banyak variabel dalam bentuk beberapa faktor, faktor- faktor tersebut merupakan besaran acak random quantities yang dapat diamati atau diukur secara langsung. Kegunaan utama analisis faktor ialah melakukan pengurangan data atau dengan kata lain melakukan peringkasan sejumlah variabel yang akan menjadi kecil jumlahnya. Pengurangan dilakukan dengan melihat interdependensi beberapa variabel yang dapat dijadikan satu yang disebut faktor. Sehingga ditemukan variabel-variabel atau faktor-faktor yang dominan atau penting untuk dianalisis lebih lanjut Jonathan Sarwono, 2006:202. Persamaan atau rumus analisis faktor adalah sebagai berikut : Xi = Ai 1 F 1 +Ai 2 F 2 +Ai 3 F 3 +Ai 4 F 4 +..........+ViUi Dimana : Xi = Variabel terstandar ke-i Ai 1 = Koefisien regresi dari variabel ke-1 pada common faktor-i F = Common faktor Ui = Variabel unik untuk variabel ke-i Vi = Koefisien regresi terstandar dari variabel ke-1 pada common faktor unik ke-i M = jumlah common faktor Secara jelas common faktor dapat diformulasikan sebagai berikut : Fi = Wi 1 X 1 +Wi 2 X 2 +Wi 3 X 3 +.........+Wi k X k Dimana : Fi = Faktor ke-1 estimasi Wi = Bobot faktor atau skor koefisien faktor K = Jumlah variabel Prinsip utama analisis faktor adalah korelasi, maka asumsi-asumsi yang terkait dengan metode statistik korelasi : a. Besar korelasi atau korelasi antar independen variabel harus cukup kuat. b. Besar korelasi parsial, korelasi antar dua variabel dengan menganggap tetap variabel yang lain. c. Pengujian sebuah matriks korelasi diukur dengan besaran Bartlett Test of Sphericity atau dengan Measure Sampling Adequacy MSA. Setelah sampel didapat dan diuji asumsi terpenuhi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan proses analisis faktor. Proses tersebut meliputi : a. Menguji variabel apa saja yang akan dianalisis b. Menguji variabel-variabel yang telah ditentukan, menggunakan Bartlett Test of Sphericity dan MSA c. Melakukan proses inti analisis faktor, yakni factoring, atau menurunkan satu atau lebih faktor dari variabel-variabel yang telah lolos pada uji variabel sebelumnya. d. Melakukan proses factor rotation, atau rotasi terhadap faktor yang terbentuk. Tujuan rotasi untuk memperjelas variabel yang masuk ke dalam faktor tertentu. e. Interpretasi atau faktor yang telah terbentuk, yang dianggap bisa mewakili variabel-variabel anggota faktor tersebut. f. Validasi atas hasil faktor untuk mengetahui apakah faktor yang terbentuk telah valid. Tahap pertama dalam analisis faktor adalah dengan menilai mana saja variabel yang dianggap layak untuk dimasukkan dalam analisis selanjutnya. Pengujian ini dilakukan dengan memasukkan semua variabel yang ada, dan kemudian pada variabel-variabel tersebut dikenakan sejumlah pengujian. Logika pengujian adalah jika sebuah variabel memang mempunyai kecenderungan mengelompok dan membentuk sebuah faktor, variabel tersebut akan mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan variabel lain. Sebaliknya, variabel dengan korelasi yang lemah dengan variabel yang lain, akan cenderung tidak akan mengelompok dalam faktor tertentu. Uji KMO dan Bartlett Test, memiliki beberapa hal yaitu angka KMO haruslah berada diatas 0,5 dan signifikan harus berada di bawah 0,05. Sedangkan pada uji MSA angkanya haruslah berada pada 0 sampai 1, dengan kriteria : a. MSA = 1, variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lain. b. MSA 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut. c. MSA 0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya. Setelah satu atau lebih faktor terbentuk, dengan sebuah faktor berisi sejumlah variabel, mungkin saja sebuah faktor berisi sejumlah variabel yang sulit ditentukan akan masuk ke dalam faktor mana, maka proses selanjutnya adalah dengan melakukan proses rotasi yang akan memperjelas kedudukan sebuah variabel di dalam sebuah faktor. Dalam penentuan banyaknya faktor dapat ditentukan melalui berikut ini, nilai eigenvalue, scree plot, percentage of variance accounted for, split half reliability, dan significance test Supranto, 2004:128. Sedangkan dua pendekatan dalam analisis faktor adalah Principal component analysis dan common factor analysis. Di dalam principal component analysis jumlah varians dalam data yang terkandung dalam semua variabel asli dipertimbangkan. Sedangkan dalam common factor analysis, faktor hanya diperkirakan berdasarkan hanya pada common variance. Dan kebanyakan penelitian menggunakan principal component analysis. Sama dengan proses factoring, proses rotasi juga tersedia berbagai macam cara, yang bisa dibagi menjadi orthogonal dan oblimin. Orthogonal rotasi, yakni memutar sumbu 90 derajat. Proses rotasi dengan metode orthogonal dibedakan menjadi quartimax, varimax, dan equimax. Sedangkan oblique rotasi, yakni memutar sumbu ke kanan, tidak harus 90 derajat. Proses rotasi dengan metode oblique masih bisa dibedakan menjadi oblimin, promax, orhoblique, dan lainnya Singgih Santoso, 2004:35.

E. Operasional Variabel Penelitian