Gambaran Pengalaman Supir Angkot tentang Keselamatan Berkendara di Jalan Raya

6.5 Gambaran Pengalaman Supir Angkot tentang Keselamatan Berkendara di Jalan Raya

Berdasarkan hasil analisis univariat pada penelitian ini, diketahui bahwa sebagian besar responden yang diteliti memiliki pengalaman yang banyak tentang keselamatan berkendara di jalan raya selama mengendarai angkot 56.4. Sedangkan supir angkot yang memiliki pengalaman yang kurang tentang keselamatan berkendara sebanyak 43.6. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulianti 2007 yang menemukan sebagian besar supir KWK atau APB yang menjadi responden memiliki pengalaman yang sedikit tentang keselamatan berkendara 65.2. Pada penelitian yang dilakukan oleh Yulianti 2007, diketahui bahwa sampel yang digunakan untuk penelitian tersebut terdiri dari beberapa macam supir KWK atau APB dengan trayek yang berbeda yang diharapkan dapat mewakili seluruh populasi pengendara KWK atau APB yang terdapat di terminal Kampung Rambutan, sedangkan pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah supir angkot yang mengendarai angkot jurusan Parung Bogor. Sehingga pengalaman yang diperoleh oleh responden pada penelitian Yulianti berbeda dengan pengalaman yang diperoleh responden pada penelitian ini, karena dengan berbedanya trayek atau jalur supir angkot yang diteliti, maka berbeda pula pengalaman yang diperoleh responden. Sedangkan pada penelitian ini responden yang diteliti memiliki jalur atau trayek yang sama, sehingga pengalaman yang didapatkan oleh responden rata-rata pernah mengalami hal yang sama. Berdasarkan hasil penelitian ini, faktor pengalaman yang dilihat adalah kejadiaan kecelakaan dan tindakan penilangan dimana hasil yang didapat adalah banyaknya pengalaman yang dimiliki responden, terutama pengalaman penilangan oleh petugas Polisi Lalu Lintas dan Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan. Dari sejumlah pertanyaan tentang kecelakaan dan penilangan dan wawancara yang ditanyakan kepada responden, ternyata banyak responden yang menyatakan terbentur sebagai kecelakaan ringan. Untuk kecelakaan berat beberapa menyebutkan patah tulang, masuk rumah sakit dan koma. Sedangkan pengalaman yang banyak terjadi pada mereka pada saat berkendara adalah ditilang karena melanggar rambu-rambu lalu lintas. Beberapa diantara mereka, bahkan hampir semua supir angkot yang pernah ditilang berakhir dengan damai tidak dilanjutkan ke meja hijau dan sebagian lainnya melakukan persidangan. Hal ini cukup mengecewakan karena petugas tidak melakukan tindakan yang tegas kepada para supir angkot yang melanggar peraturan. Padahal petugas lalu lintas yang berada disepanjang jalan diharapkan dapat memberikan pengalaman dan peringatan yang lebih baik lagi kepada supir angkot agar dapat membangun persepsi yang lebih baik lagi tentang keselamatan berkendara di jalan raya. Geller 2001 dalam Salihat 2009 menyebutkan bahwa individu yang tidak pernah mengalami injury atau near miss akan menganggap bahwa bahaya tidak akan terjadi pada dirinya. Orang cenderung untuk menilai berlebihan kejadian yang jarang terjadi dan menganggap remeh kejadian yang sering terjadi. Pengalaman memberikan informasi yang memberikan gambaran baru mengenai risiko terhadap individu, sehingga mempengaruhi individu dalam menginterpretasikan risiko. Pada kasus dimana individu memiliki informasi yang sedikit mengenai pengalaman yang dialami oleh dirinya sendiri terhadap suatu risiko, maka informasi yang diterima dari berbagai sumber memainkan peranan penting dalam persepsi risiko kecelakaan seseorang. Bukti menunjukkan bahwa pengendara muda yang baru mengendarai memiliki kemampuan yang sangat rendah dalam menerima bahaya yang mereka hadapi dalam berkendara dibandingkan dengan penngendara tua yang memiliki pengalaman mengendarai yang lebih banyak Brown, 1989 dalam Salihat, 2009. Pengalaman bekerja memberikan keahlian dan keterampilan kerja yang cukup namun sebaliknya, keterbatasan pengalaman kerja mengakibatkan tingkat ketrampilan dan keahlian yang dimiliki semakin rendah. Kebiasaan untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan sejenis merupakan sarana positif untuk meningkatkan keahlian tenaga kerja Hadiwiryo, 2002. Pengalaman seseorang didapatkan ada yang bersifat langsung maupun yang tidak langsung. Pengalaman yang bersifat langsung diperoleh oleh supir angkot melalui kejadian atau peristiwa yang dialami sendiri oleh supir angkot, sedangkan pengalaman yang bersifat tidak langsung diperoleh oleh supir angkot melalui pengalaman dari rekan kerja supir angkot mengenai kejadian yang berhubungan dengan keselamatan berkendara di jalan raya yang dialami oleh rekan supir angkot tersebut. 6.6 Hubungan Pengetahuan Supir Angkot dengan Persepsi Supir Angkot tentang Keselamatan Berkendara di Jalan Raya Pengetahuan supir angkot jurusan Parung-Bogor tentang keselamatan berkendara di jalan raya merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan persepsi supir angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya. Berdasarkan hasil analisis bivariat, dapat diketahui bahwa, responden yang mempunyai pengetahuan tinggi tentang keselamatan berkendara di jalan raya sebagian besar 69.1 memiliki persepsi yang baik tentang keselamatan berkendara di jalan raya. Sebaliknya responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah tentang keselamatan berkendara di jalan raya sebagian besar 62.9 memiliki persepsi yang tidak baik tentang keselamatan berkendara di jalan raya. Berdasarkan hasil uji statistik chi square diketahui bahwa pengetahuan supir angkot mempunyai hubungan yang bermakna α ≤ 0,05 terhadap persepsi supir angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya dengan Pvalue 0,001. Berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang tinggi memiliki peluang sebesar 3.790 kali untuk persepsi baik dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan rendah. Berdasarkan hasil analisis bivariat, diantara tiga variabel yang diteliti Pengetahuan, motivasi dan pengalaman yang diduga berhubungan dengan persepsi supir angkot tentang keselamatan berkendara di jalan raya, hanya variabel pengetahuan yang berhubungan secara signifikan dengan persepsi supir angkot Parung-Bogor tentang keselamatan berkendara di jalan raya. Hasil dari penelitian ini juga sesuai dengan teorinya Stephen P. Robbins 1998 yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi adalah pengetahuan. Salah satu hal yang mempengaruhi persepsi adalah pengetahuan. Hal ini juga didukung oleh David Krech 1962 yang berpendapat bahwa persepsi seseorang dipengaruhi oleh frame of reference yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki yang diperoleh dari pendidikan, bacaan, peneltian, dan lain-lain. Menurut Soekidjo 1993, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari pendengaran telinga dan penglihatan mata. Pengetahuan yang diperoleh oleh supir angkot baik dari pendidikan formal maupun dari hasil membaca atau penglihatan menumbuhkan persepsi yang baik pada diri supir angkot tentang keselamatan berkendara, walaupun rata-rata tingkat pendidikan responden hanya sampai SMP, tetapi tidak menutup kemungkinan rata-rata supir angkot memiliki pengetahuan yang rendah tentang keselamatan berkendara. Jadi pengetahuan tidak harus didapat dari pendidikan formal, tetapi pengetahuan bisa dimiliki dari hasil membaca, melihat atau mendengar. Pengetahuan yang dimaksudkan disini adalah adanya pemahaman dan pernyataan supir angkot yang menyatakan dengan menjalankan atau mengikuti peraturan lalu lintas yang ada dapat menghindari supir angkot dari kecelakaan lalu lintas. Dengan pengetahuan yang tinggi yang dimiliki oleh supir angkot dapat mempengaruhi persepsi supir angkot untuk berpersepsi lebih baik lagi selama mengendarai angkot, sehingga supir angkot dapat melakukan tindakan aman demi menjaga keselamatan diri sendiri maupun penumpang yang sedang menaiki angkotnya. Tetapi ada juga supir angkot yang memiliki pengetahuan yang rendah dan persepsi yang kurang baik tentang keselamatan berkendara di jalan raya. Menurut Notoadmodjo 1993, pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan supir angkot tentang keselamatan berkendara akan mendorong supir angkot untuk berpersepsi baik ketika sedang mengendarai angkot. Selain itu, pengetahuan yang dimiliki oleh responden supir angkot hanya sekedar paham, mereka sudah mampu menjelaskan dengan benar mengenai arti keselamatan berkendara dan manfaat dari keselamatan berkendara itu, tapi mereka tidak mampu menerapkan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, untuk meningkatkan persepsi yang baik, disarankan kepada pihak pemilik angkot untuk menumbuhkan persepsi yang baik tentang keselamatan berkendara, salah satunya dengan meningkatkan pengetahuan melalui training dan sebagainya. Karena menurut David Krech 1962, faktor- faktor yang mempengaruhi persepsi ialah pengetahuan yang dimiliki frame of reference dan pengalaman field of experience, begitupun yang diungkapakan oleh Robbins 1998. Selain itu, persepsi yang didasari oleh pengetahuan akan lebih baik daripada persepsi yang tidak didasari oleh pengetahuan Weymen dan Kelly, 1999 dalam Salihat, 2009.

6.7 Hubungan Motivasi dengan Persepsi Supir Angkot tentang Keselamatan Berkendara di Jalan Raya