Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Parung

BAB V HASIL PENELITIAAN

5.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Parung

Secara letak geografis. Parung merupakan salah satu Kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Bogor. Batas wilayah utara wilayah Kecamatan Parung berbatasan dengan kecamatan Jampang, wilayah selatan kecamatan Parung berbatasann dengan wilayah Sawangan sedangkan wilayah barat kecamatan Parung berbatasan dengan kecamatan Ciseeng. Parung memiliki sembilan kelurahan atau desa, antara lain Desa Bojong Indah, Desa Bojong Sempu, Desa Cogrek, Desa Iwul, Desa Jabon Mekar yang berbatasan dengan wilayah Jampang, Desa Pamager Sari, Desa Waru, Desa Warujaya yang berbatasan dengan Kecamatan Ciseeng, dan Desa Parung. Parung memiliki sebuah pasar tradisional yang aktif 24 jam. Di pasar Parung inilah biasanya angkot-angkot beroperasi. Selain itu, lokasinya yang terletak diantara perbatasan Wilayah Kabupaten Bogor dengan Kota Depok menjadi salah satu daerah yang dipadati oleh kendaraan pribadi mobil pribadi, truk dan motor maupun kendaraan umum angkot dan bis yang melintas disepanjang jalan tersebut, terlebih lagi ditambah dengan banyaknya kendaraan umum yang parkir disepanjang jalan tersebut, sehingga membuat jalanan disepanjang pasar Parung menjadi padat. Hal ini pula yang menjadikan daerah pasar Parung menjadi salah satu daerah yang strategis bagi supir angkot untuk mencari penumpang, dengan kata lain mereka menjadikan area ini menjadi 59 pangkalan angkot. Angkot ini pula yang sering menjadi keluhan warga Bogor karena jumlahnya yang banyak. Angkutan Kota atau angkot adalah salah satu sarana perhubungan dalam kota dan antar kota yang banyak digunakan di Indonesia, berupa mobil jenis minibus atau van yang dikendarai oleh seorang supir dan kadang juga dibantu oleh seorang kenek. Tugas kenek adalah memanggil penumpang dan membantu supir dalam perawatan kendaraan ganti ban mobil, isi bahan bakar, dan lain- lain. Angkot setiap jurusan dibedakan melalui warna armadanya atau melalui angka. Untuk wilayah kota Surabaya, banyak angkot yang memberi warna khusus pada bodynya, sehingga penumpang dengan mudah bisa mengidentifikasi jurusan mereka. Contoh, warna cokelat tua menandakan lewat ke Tunjungan Plaza, lalu menuju Rumah Sakit Karang Menjangan. Sedangkan untuk warna angkot yang terdapat Wilayah Bogor berwarna biru dan hijau, angkot warna biru menunjukkan angkot wilayah Kota Bogor sedangkan angkot warna hijau menunjukkan angkot wilayah Kabupaten Bogor. Namun tidak jarang juga angkot warna biru atau hijau beroperasi di wilayah Kabupaten Bogor sekaligus wilayah Kota Bogor. Angkot juga memiliki banyak sebutan. Di Jakarta dikenal dengan sebutan mikrolet, di Bekasi dikenal dengan sebutan KOASI, dan di Makassar dikenal dengan sebutan pete-pete. Untuk tarif perjalanan, sebenarnya seluruh angkot yang terdapat di Kota Bogor telah ditetapkan oleh Pemerintah Bogor. Namun pada kenyataannya, banyak supir angkot yang menaikkan harga secara sepihak. Mereka berasalan harga kebutuhan bahan pokok semakin meningkat, sedangkan penghasilan yang mereka dapatkan tidak dapat untuk mencukupi kebutuhan mereka. Berdasarkan Surat Keputusan SK Walikota Bogor nomor 551.2.45-225, tarif angkot untuk jarak jauh ditetapkan sebesar Rp. 4000, sedangkan untuk tarif jarak dekat sebesar Rp. 2000. Sedangkan tarif yang telah ditentukan untuk pelajar Rp. 1500. Tetapi tidak sedikit pula penumpang yang menggunakan angkot membayar tidak sesuai dengan tarif yang telah ditentukan. Hal ini pula yang membuat supir angkot menaikkan harga angkot secara sepihak sesuai dengan jarak dari penumpang menaiki angkot sampai penumpang tersebut turun dari angkot. Angkot-angkot yang digunakan responden untuk menarik penumpang rata-rata merupakan angkot sewaan. Responden diharuskan membayarkan uang setoran kepada pemilik angkot perhari. Besarnya setoran yang diberikan sangat bervariasi, tergantung pada pemilik angkot, kondisi angkot, dan masa kerja supir angkot. Untuk itu banyak supir angkot yang menaikkan tarif angkot yang tidak sesuai dengan tarif yang telah diputusan oleh Dinas Perhubungan. 5.2 Analisis Univariat 5.2.1 Gambaran Persepsi Supir Angkot tentang Keselamatan Berkendara