Keterbatasan Penelitian Gambaran Persepsi Supir Angkot tentang Keselamatan Berkendara di Jalan Raya

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yaitu: 1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional untuk menggambarkan hubungan antara variabel indepnden dengan variabel dependen pada waktu yang bersamaan sehingga lemah untuk melihat adanya hubungan sebab akibat. Namun efektif dalam hal waktu dan biaya. 2. Penelitian ini hanya melihat hubungan faktor-faktor pengetahuan, motivasi dan pengalaman yang diduga berhubungan dengan persepsi, sehingga masih ada variabel-variabel lain yang diduga berhubungan dengan variabel dependen. 3. Hasil penelitian sangat dipengaruhi kejujuran responden dalam menjawab kuesioner. Jika responden tidak jujur menjawab, maka gambaran persepsi supir angkot terhadap keselamatan berkendara yang diperoleh tidak menunjukkan keadaan yang sebenarnya. 4. Dalam penelitian ini, persepsi supir angkot terhadap keselamatan berkendara sebagai pusat pengamatan bukan hal yang bersifat menetap, sehingga hasil pengukuran yang dilakukan pada saat pengambilan data bukanlah merupakan hasil yang berlangsung seterusnya. 72 5. Persepsi responden dipengaruhi oleh banyaknya faktor yang sangat kompleks dan biasanya sulit untuk melakukan pengukuran serta membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan hanya pada faktor- faktor yang dapat diukur dan diperkirakan mempunyai hubungan dengan persepsi responden berdasarkan teori yang ada.

6.2 Gambaran Persepsi Supir Angkot tentang Keselamatan Berkendara di Jalan Raya

Pada penelitian ini, berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian besar persepsi supir angkot jurusan Parung-Bogor tentang keselamatan berkendara di jalan raya, terlihat dari 117 responden diperoleh sebanyak 52.1 responden memiliki persepsi yang baik tentang keselamatan berkendara. Sedangkan supir angkot yang memiliki persepsi yang kurang baik tentang keselamatan berkendara di jalan raya sebanyak 47.9 responden. Pengukuran terhadap variabel ini menggunakan pertanyaan yang mengungkapkan keinginan, harapan dan perasaan responden untuk berpersepsi baik ketika sedang mengendarai angkot. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulianti 2007 yang menyatakan bahwa sebagian besar supir angkot KWK dan APB memiliki persepsi yang rendah terhadap keselamatan berkendara. Hal ini antara lain disebabkan karena: 1. Responden yang berbeda 2. Cara pengambilan sampel yang berbeda 3. Teknik pengumpulan data yang berbeda Saleh dan Nisa, 2006 Pada penelitian yang dilakukan oleh Yulianti 2007, diketahui bahwa sampel yang digunakan untuk penelitian tersebut terdiri dari beberapa macam supir KWK atau APB dengan trayek yang berbeda yang diharapkan dapat mewakili seluruh populasi pengendara KWK atau APB yang terdapat di terminal Kampung Rambutan, sedangkan pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah supir angkot yang mengendarai angkot jurusan Parung Bogor. Selain itu lokasi tempat pengambilan sampel yang dilakukan oleh Yulianti 2007 berbeda dengan lokasi tempat pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian ini. Pada penelitian Yulianti, lokasi pengambilan sampel dilakukan di terminal Kampung Rambutan yang sudah jelas merupakan tempat pemberhentian kendaraan umum, sehingga responden atau sampel yang diteliti ada yang sedang beristirahat sambil menunggu giliran untuk mengambil penumpang tanpa harus terburu-buru untuk menjalankan kendaraannya kembali. Sedangkan pada penelitian ini, lokasi pengambilan sampel dilakukan di pangkalan pasar Parung yang notabenenya bukan terminal khusus angkutan umum seperi terminal Kampung Rambutan. Hal ini menyebabkan supir angkot yang dijadikan responden harus segera menjalankan kendaraannya kembali karena harus bergantian menunggu antrian dengan angkot yang lainnya untuk mengambil penumpang. Berdasarkan penjelasan diatas, maka jelas letak perbedaan hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang diperoleh oleh Yulianti 2007. Menurut Robbins 1998, persepsi seseorang tidak timbul dengan sendirinya, tetapi melalui proses dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, antara lain individu yang bersangkutan kepentingan, motivasi, minat, pengalaman, pengetahuan, dan harapan, sasaran dari persepsi orang atau benda dan situasi. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan dua orang melihat sesuatu mungkin memberikan interpretasi yang berbeda tentang apa yang dilihatnya. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono 1983, persepsi dinyatakan sebagai kemampuan seseorang untuk mengorganisir suatu pengamatan. Kemampuan tersebut antara lain kemampuan untuk membedakan, kemampuan untuk mengelompokkan, dan kemampuan untuk memfokuskan. Setiap orang bisa saja mempunyai persepsi yang berbeda meskipun objeknya sama. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya perbedaan dalam sistem nilai dan ciri kepribadian dari individu yang bersangkutan. Jadi tidak menutup kemungkinan bahwa hasil yang didapatkan dalam penelitian ini tentang persepsi terhadap keselamatan berkendara di jalan raya berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulianti 2007. Pada hasil penelitian ini, supir angkot yang memiliki persepsi yang baik tentang keselamatan berkendara hanya memiliki selisih jumlah sedikit dengan supir angkot yang memiliki persepsi rendah tentang keselamatan berkendara, sehingga dapat disimpulkan bahwa supir angkot yang memiliki persepsi yang rendah tentang keselamatan berkendara di jalan raya juga cukup tinggi.

6.3 Gambaran Pengetahuan Supir Angkot tentang Keselamatan Berkendara di Jalan Raya.