e. Memiliki daya tarik, dalam arti memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap atau perubahan pengetahuan pada
diri komunikan.
13
Dari beberapa syarat dan pengertian komunikator di atas, tentunya seorang komunikator harus dapat memposisikan dirinya sesuai dengan
karakter yang dimilikinya. Dalam menghadapi komunikan, seorang komunikator harus bersikap empatik, artinya ketika ia sedang
berkomunikasi dengan komunikan yang sedang sibuk, bingung, marah, sedih, sakit, dan lain sebagainya maka ia tetap harus menunjukkan sikap
empatiknya tersebut.
2. Pesan
Pesan adalah keseluruhan dari pada apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan harus mempunyai inti pesan sebagai pengarah di
dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan yaitu pernyataan yang disampaikan oleh komunikator yang
didukung oleh lambang. Pada dasarnya pesan yang disampaikan oleh komunikator itu mengarah pada usaha mencoba mempengaruhi atau
mengubah sikap dan tingkah laku komunikannya. Penyampaian pesan dapat dilakukan secara lisan atau melalui media.
Pesan yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan, dapat beruapa ide, informasi, keluhan,
13
Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, h. 59
keyakinan, imbauan, anjuran, dan lain sebagainya. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan tema sebagai pengarah di dalam usaha mengubah
sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat disampaikan secara panjang lebar, tetapi perlu diperhatikan dan diarahkan kepada tujuan akhir
dari komunikasi.
14
Adapun pesan yang dianggap berhasil disampaikan oleh komunikator harus memenuhi beberapa syarat berikut ini:
15
a. Pesan harus direncanakan dipersiapkan secara baik serta sesuai dengan kebutuhan pembaca.
b. Pesan dapat menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak.
c. Pesan harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima serta menimbulkan kepuasan.
Pendapat lain mengatakan syarat-syarat pesan harus memenuhi:
16
a. Umum: berisikan hal-hal umum dan mudah dipahami oleh komunikan atau audiense, bukan soal-soal yang hanya dipahami oleh seorang atau
sekelompok tertentu.
14
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 6
15
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 15
16
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, h. 15-16
b. Jelas dan gamblang: pesan yang disampaikan tidak samar-samar. Jika mengambil perumpamaan diusahakan contoh yang senyata mungkin,
agar tidak ditafsirkan menyimpang dari yang dikehendaki. c. Bahasa yang jelas: sejauh mungkin menggunakan istilah-istilah yang
mudah dipahami oleh si penerima atau pendengar. Bahasa yang digunakan jelas dan sederhana yang cocok dengan komunikan, daerah
dan kondisi di mana komunikator berkomunikasi. d. Positif: secara kodrati manusia tidak ingin mendengarkan dan melihat
hal-hal yang tidak menyenangkan dirinya. Oleh karena itu, setiap pesan agar diusahakan dalam bentuk positif.
e. Seimbang: pesan yang disampaikan oleh komunikator pada komunikan dirumuskan sesuai dengan kemampuan komunikan menafsirkan pesan
tersebut. Artinya agar komunikan bisa menafsirkan pesan tersebut seperti yang dimaksudkan oleh pengirim pesan, sehingga pesan tidak
berubah maknanya. f. Penyesuaian dengan keinginan komunikan: orang-orang yang menjadi
sasaran dari komunikasi yang disampaikan oleh komunikator selalu mempunyai keinginan tertentu. Misalnya; pesan yang ditujukan
kelompok petani yang buta huruf, haruslah dirumuskan sedemikian rupa, sehingga para petani tersebut mampu menafsirkannya, seperti
yang diharapkan oleh pengirim pesan. Untuk itu, maka pengirim pesan harus mengenal situasi dan kondisi sasaran.
Ada beberapa bentuk pesan, diantaranya: a. Informatif, adalah memberikan keterangan-keterangan dan kemudian
komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri. b. Persuasif, adalah dengan bujukan untuk membangkitkan pengertian
dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan berupa pendapat atau sikap sehingga ada perubahan,
namun perubahan ini adalah kehendak sendiri. c. Koersif, adalah dengan menggunakan sanksi-sanksi. Bentuknya
terkenal dengan agitasi, yakni dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin di antara sesamanya dan pada kalangan
publik.
17
3. Media