1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai orang yang baru masuk Islam sangat penting untuk mengetahui dan mempelajari serta memahami agama yang baru dianutnya. Semakin banyak
ilmu pengetahuan agama Islam yang diperolehnya, maka akan banyak pula manfaat yang akan diraihnya. Oleh sebab itu, para muallaf dapat mengikuti
kegiatan pembinaan yang membantu proses memperkenalkan agama Islam sebagai agama rahmatal lil`alamin yakni agama rahmat bagi seluruh alam.
Banyak lembaga-lembaga seperti masjid maupun majelis taklim yang menangani permasalahan muallaf hanya sebatas mengadakan prosesi pengislaman
saja tanpa pembinaan muallaf. Pada hal banyak muallaf yang merasa malu atau tidak percaya diri dalam mempelajari agama Islam. Sebagai orang baru pindah
agama, dari agama non-Islam menjadi agama Islam, muallaf membutuhkan perhatian, kasih sayang, ajakan, bimbingan dari orang-orang atau lembaga yang
perhatian terhadap kondisi tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan lembaga yang khusus menangani masalah tersebut.
Masjid Agung Sunda Kelapa melayani pengislaman sejak tahun 1992 sampai sekarang dan terdapat 16.024 muallaf. Pembinaan muallaf di Masjid
Agung Sunda Kelapa adalah salah satu yang bergerak di bidang dakwah dan
pendidikan yang mempunyai peran strategis dalam meningkatkan pemahaman ajaran agama Islam bagi muallaf. Pembinaan berperan dalam membantu muallaf
memberikan pengertian lebih dalam tentang Islam yang mereka yakini dan memantapkan keyakinan mereka dengan hati mereka serta sebagai sarana
silaturrahmi kepada para muallaf dan yang mau akan mengenal Islam. Pada pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa tidak hanya
diikuti oleh para muallaf yang dibina, melainkan seseorang yang hatinya bergerak dan ingin mengetahui serta mempelajari agama Islam. Peserta yang bukan
muallaf, setelah dibina mereka menjadi muallaf. Pada saat pembinaan berlangsung, pola komunikasi yang terjadi yaitu
pertama, pola roda merupakan seseorang berkomunikasi dengan banyak orang. Pola roda ini berlaku pada sesi pertama yang merupakan suatu komunikasi tatap
muka, di mana Pembina memberikan materi kepda muallaf dalam jumlah yang besar. Kedua, pola bintang yakni semua anggota berkomunikasi dengan semua
anggota, maksudnya pembina-muallaf, muallaf-pembina, muallaf-muallaf. Hubungan ini merupakan hubungan yang paling efektif. Muallaf dapat
mengadakan hubungan yang tidak terbatas. Pembina dapat mengetahui apakah pelajaran dan bimbingannya dapat dimengerti dan diterima oleh muallaf. Kalau
ada hal yang tidak diterima oleh muallaf dapat didiskusikan, sehingg. Pola bintang ini menjelaskan bahwa komunikasi terjadi dua arah dan semua pihak terlibat di
dalamnya. Komunikasi yang dilakukan oleh pembina bersifat persuasive dan informatif.
Komunikasi di kelompok ini sudah bisa dikatakan efektif karena semua orang terlibat dalam kelas pembinaan dapat menjadi komunikator maupun
komunikan, meskipun tetap pembina yang menjadi komunikator utama dalam hal memberikan materi, serta terdapat komunikasi yang bersifat komunikasi verbal
yakni pembina menyampaikan pesan dengan lisan dan tulisan. komunikasi nonverbal yakni pembina meyampaikan pesan dengan gerakan tubuh. Serta
pembina menggunakan proses komunikasi bermedia yakni komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada
komunikan yang banyak jumlahnya dengan menggunakan media. Komunikasi yang digunakan pembina terhadap muallaf sangat
berpengaruh pada perubahan pandangan dan adanya penambahan pengetahuan tentang keislaman. Interaksi yang berlangsung antara pembina dengan muallaf
dalam pelaksanaan pembinaan tentang pengetahuan Islam sangat perlu, dengan berkomunikasi maka pesan yang disampaikan pembina kepada muallaf dapat
terealisasikan dengan baik. Serta terjadi interaksi dan pertukaran informasi seperti saling tanya jawab antara pembina dengan muallaf atau sebaliknya.
Untuk mengetahui kebutuhan muallaf dalam pembinaan agar lebih optimal, diperlukan strategi dan metode yang baik dengan strategi komunikasi
yang efektif, sehingga dapat menjadi daya tertarik sendiri bagi muallaf dalam sistem pembinaan. Hal ini sesuai apa yang diungkapkan Deddy Mulyana, dalam
bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, bahwa komunikasilah yang memungkinkan
individu membangun
suatu kerangka
rujukan dan
menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apa pun yang
dihadapi. Komunikasi pula yang memungkinkan mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi-situasi problamatik yang ia
masuki.
1
Menurut Onong Uchyana Effendy dalam bukunya Dinamika Komunikasi, komunikasi yang efektif adalah komunikasi dalam makna yang distimulasikan
serupa atau sama dengan yang dimaksudkan komunikator, pendeknya komunikasi efektif adalah makna bersama.
2
Melihat pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa memiliki konsep yang berbeda untuk membimbing dan mengajar para muallaf, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam penulisan skripsi: “POLA KOMUNIKASI ANTARA PEMBINA DAN MUALLAF PADA PROGRAM
PEMBINAAN MUALLAF DI MASJID AGUNG SUNDA KELAPA JAKARTA”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah