kelas pembinaan dapat menjadi komunikator maupun komunikan, meskipun tetap pembina yang menjadi komunikator utama dalam hal memberikan materi. Serta
Pembina menggunakan proses komunikasi bermedia yakni komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada
komunikan yang banyak jumlahnya. Pentingnya komunikasi yang digunakan Pembina terhadap muallaf sangat
berpengaruh pada perubahan pandangan dan adanya penambahan pengetahuan tentang keislaman. Interaksi yang berlangsung antara Pembina dengan muallaf
dalam pelaksanaan pembinaan tentang pengetahuan Islam sangat perlu, dengan berkomunikasi maka pesan yang disampaikan Pembina kepada muallaf dapat
terealisasikan dengan baik. Serta terjadi interaksi dan pertukaran informasi dalam hal ini saling tanya jawab antara Pembina dengan muallaf dan sebaliknya.
Dari hasil wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan, didapat bahwa pola komunikasi yang digunakan pada program pembinaan muallaf di
Masjid Agng Sunda Kelapa Jakarta adalah sebagai berikut:
2
1. Pola Bintang Pembina-Muallaf, Mullaf-Pembina, Muallaf-Muallaf
Pola komunikasi yang terjadi pada saat program pembinaan muallaf adalah pola pembina-muallaf, muallaf-pembina, muallaf-muallaf. Pola
seperti ini menjelaskan bahwa komunikasi yang terjadi dua arah dan semua pihak terlibat di dalamnya. Komunikasi dua arah adalah
2
A.W.Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, h. 100
komunikasi yang bersifat informatif dan persuasif dan memerlukan hasil feedback.
3
Pada kelompok ini dapat diketahui bahwa muallaf memberikan feedback atau umpan balik kepada pembina dengan baik. Sesama muallaf
juga dapat mengadakan hubungan yang tidak terbatas. Komunikasi yang dilakukan pembina bersifat informatif dan
persuasif. Komunikasi ini sudah bisa dikatakan efektif karena semua orang yang terlibat dalam kelas dapat menjadi komunikator maupun
komunikan, meskipun tetap pembina yang menjadi komunikator utama dalam hal memberikan materi.
Menurut pembina, feedback yang diberikan muallaf sejauh ini, sangat respon dengan apa yang sudah diberikan materi oleh pembina.
Pembina selalu dalam memberikan materi, memutarkan film atau gambar tentang Islam.
4
Dalam berinteraksi pembina dan muallaf, muallaf tidak sungkan untuk bertanya dan menegur kepada pembina, jika ada sesuatu yang
kurang nyaman, seperti, pembina yang berbicara terlalu cepat dan menurut mereka kurang jelas.
3
H.A.W. Widjaja, Imu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta: Rineka Cipta, 2000
4
Wawancara pribadi dengan pembina tanggal 27 Desember 2010
Pendekatan secara partisipatif berlandaskan kepercayaan bahwa para muallaf sendiri merupakan sumber pembinaan yang utama. Maka dalam
pembinaan, pengalaman muallaf dalam menganut agama dan adanya konversi agama diceritakan kisahnya untuk berbagi. Lebih merupakan
situasi belajar bersama di mana Pembina dan para muallaf belajar dan saling berbagi cerita dan pengalaman satu sama lain.
Hubungan ini merupakan hubungan yang paling efektif, muallaf dapat mengadakan hubungan yang tidak terbatas. Pembina dapat
mengetahui apakah pelajarannya dan bimbingannya dapat dimengerti dan diterima oleh muallaf. Kalau ada hal yang tidak dapat diterima oleh
muallaf dapat didiskusikan. Pola seperti ini menjelaskan bahwa komunikasi dua arah dan semua
pihak terlibat di dalamnya. Komunikasi dua arah adalah komunikasi yang bersifat informatif dan persuasif dan memerlukan hasil feedback.
5
Pada kelompok ini, dapat diketahui bahwa muallaf memberikan feedback
kepada Pembina dengan baik. Sesama muallaf juga dapat mengadakan hubungan yang tidak terbatas.
5
H.A.W. Widjaja, Imu Komunikasi Pengantar Studi, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, h. 100
2. Pola Roda