2. Pola Roda
Pola roda adalah seseorang berkomunikasi dengan banyak orang,
6
komunikasi ini lebih cenderung bersifat satu arah tanpa adanya feedback. Pola roda merupakan bentuk pertukaran informasi yang terpusat pada
seseorang. Pola roda bersifat satu arah menyebabkan komunikasi antara
komunikator Pembina dan komunikan muallaf lebih didominasi oleh komunikator, sehingga komunikan hanya bersifat sebagai pendengar
tanpa adanya umpan balik. Dalam proses pembinaan pada muallaf di Masjid Agung Sunda
Kelapa, pola roda ini berlaku terutama pada sesi pertama yang merupakan suatu komunikasi tatap muka, di mana Pembina memberikan
materi kepada muallaf dalam jumlah yang besar. Pesan yang disampaikan oleh Pembina terlebih dahulu dipersiapkan sebelum
program pembinaan dimulai. Proses komunikasi pada sesi pertama tidak efektif, karena muallaf
tidak memberikan pertanyaan terhadap materi yang sudah diberikan oleh Pembina. Sehingga Pembina tidak dapat mengetahui apakah pelajaran
dan bimbingannya dapat dimengerti dan diterima oleh muallaf. Pola roda ini menjelaskan bahwa komunikasi ini terjadi satu arah.
6
H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikai Pengantar Studi, h. 32
Pembina berinteraksi dengan muallaf menggunakan bahasa, kata-kata yang lemah lembut, secar lisan maupun tulisan. Penyusunan pesan yang bersifat
informatif lebih banyak ditujukan pada wawasan muallaf tentang agama Islam dan segala macam perintah dan larangan_Nya. Banyak para muallaf yang menyukai
komunikasi verbal ini, karena dengan komunikasi verbal, pesan yang disampaikan dapat langsung dipahami. Berikut hal yang diutarakan muallaf, “dengan
mendengar isi materi tentang keislaman yang disampaikan oleh ustadz Anwar, komunikasi yang disampaikan sangat mudah dan berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
7
Dengan lisan maupun tulisan para muallaf lebih cepat menangkap dan mengerti apa yang disampaikan Pembina.
Proses interaksi Pembina dengan muallaf menggunakan gerak kepala, postur tubuh, tatapan mata, canda tawa, ekspresi wajah. Sikap, perilaku dan
tindakan seorang Pembina sering menjadi pusat perhatian muallaf, karena muallaf melihat langsung sikap yang dilakukan Pembina dan bisa menjadi cerminan bagi
muallaf. Pencerminan itu bisa dilihat dari Pembina yang memberikan salam dan
senyum sebelum program pembinaan dimulai. Pada saat Pembina memberikan materi tentang praktek sholat bagi muallaf. Sholat merupakan hal yang paling
mendasar yang harus dikuasai oleh umat Islam, karena sholat merupakan ritual dari umat Islam.Praktek sholat yang diperkenalakan dan diajarkan oleh pak ustadz
Anwar kepada para muallaf dilakukan dengan penuh kesabaran. Meskipun para
7
Regina, Muallaf, wawancara pribadi, Jakarta: 21 November 2010
muallaf tidak semua yang bisa menguasai praktek sholat, tetapi Pembina dengan telaten mengajarkannya. Pembina hanya memberikan pengenalan gerakan sholat
sesekali diselingi dengan bacaan bagi yang sudah belajar dengan bacaan sholat. Kesabaran dan keteguhan Pembina dirasakan positif oleh para muallaf. “Pembina
sangat sabar dan sangat baik dalam membantu muallaf untuk mengajarkan, membimbing serta menasihati kami yang belum terlalu bisa menguasai gerakan
dan bacaan sholat”. Ujar Yuli.
8
Komunikasi ini juga dapat mengiringi komunikasi verbal, misalnya dalam menyampaikan materi tentang bagaimana cara sholat yang baik dan benar tidak
hanya diberikan teori kepada muallaf, tetapi pak ustadz Anwar juga mencontohkan gerakan-gerakan sholat, sehingga para muallaf lebih cepat
memahami. Komunikasi Pembina dengan muallaf tidak lepas dari komunikasi verbal
dan komunikasi non verbal, karena merupakan dari suatu kesatuan pola komunikasi dalam proses penyampaian pesan dengan berkomunikasi.
Ada pula komunikasi antrapribadi dilakukan oleh Pembina terhadap muallaf secara pribadi dilakukan pada sesi ketiga, yaitu sesi konsultasi, muallaf
bisa bertanya kepada Pembina. Pada sesi ketiga ini, muallaf dapat mengutarakan permasalahan, keluhan tentang permasalahan hidup yang dihadapi, seperti yang
diutarakan oleh Pembina bahwa ada seorang muallaf yang menceritakan tentang kepindahan agamanya dengan respn keluarganya, “pak ustadz, bagaimana sikap
8
Yuli, Muallaf, Wawancara langsung, Jakarta: ahad 19 Desember 2010
saya teradap orang tua yang tidak mendukung akan kepindahan agama saya dari Kristen ke Islam? Apakah saya masih bersikap baik kepada kedua orang tua
saya?
9
Kemudian pak ustadz memberikan solusi jawaban bahwa, “Islam mengajarkan kebaikan dan saling tolong menolong antar sesama manusia,
meskipun Regina sudah menjadi muallaf. Kita harus tetap berbuat baik kepada siapapun, apalagi kepada kedua orang tua Regina yang telah melahirkan dan
membesarkan Regina. Hubungan orang tua dan anak itu tidak akan pernah putus sampai kapanpun. Justru kita sebagai seorang muslim, jika ada anggota keluarga
kita yang berbeda agama atau berbeda keyakinan, kita harus berusaha dan berdo`a semoga anggota keluarga senantiasa mendapat hidayah dari Allah SWT”.
10
Komunikasi ini dengan orang lain yang dampaknya dapat dirasakan pada waktu itu juga, oleh pihak muallaf yang terlibat maupun yang mendengar.
Hubungan langsung dengan kedua belah pihak ini menciptakan arus balik dimaksudkan reaksi sebagaimana diberikan oleh komunikan muallaf reaksi ini
dapat berupa positif maupun negatif dan dapat diberikan atau dikirimkan kepada komunikator Pembina secara langsung maupun tidak langsung. Arus balik
demikian akhirnya dapat pula mempengaruhi komunikator Pembina lagi, sehingga ia akan menyesuaikan diri dengan penyesuaian ini dengan harapan ada
arus balik yang lebih posiif.
9
Regina, Muallaf pengamatan langsung, Jakarta: ahad, 16 Januari 2011
10
Pak Ustadz Anwar pengamatan langsung, Jakarta, ahad 30 Januari 2011
Dalam hubungan antarpribadi, proses komunikasi semakin jelas dan dalam komunikasi antarpribadi, komunikan muallaf dapat memberi arus balik secara
langsung kepada komunikator Pembina. Pendekatan secara partisipatif berlandaskan kepercayaan bahwa para
muallaf sendiri merupakan sumber pembinaan yang utama. Maka dalam pembinaan, pengalaman muallaf dalam menganut agama dan adanya konversi
agama diceritakan kisahnya untuk berbagi. Lebih merupakan situasi belajar bersama di mana Pembina dan para muallaf belajar dan saling berbagi cerita dan
pengalaman satu sama lain. Penulis melihat satu kesamaan antara pola bintang dan pola roda, karena
pada pola tersebut memiliki pengertian yang sama yaitu adanya interaksi langsung antara Pembina dan muallaf. Walaupun secara garis besar mempunyai pengertian
yang sama tetapi terdapat perbedaan yang signifikan yaitu pada pola bintang mempunyai umpan balik feddback antara komunikator dengan komunikan,
sedangkan pola roda tidak terjadi umpan balik dan cenderung satu arah. Hasil pengamatan penulis, komunikasi yang efektif dalam pelaksanaan
kegiatan pembinaan muallaf pada sesi ke-2 dengan materi rukun Islam dan ke-3 rukun iman menggunakan pola bintang dikarenakan pada pola tersebut
komunikator dan komunikan dapat berkomunikasi secara langsung dan melakukan suatu proses umpan balik feedback. Dengan adanya proses umpan
balik tersebut maka komunikator dapat mengetahui seberapa jauh komunikan
mampu memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator, sehingga proses belajar-mengajar berjalan dengan baik.
Proses belajar-mengajar yang terjadi dalam kegiatan program pembinaan muallaf di Masjid Agung Sunda Kelapa merupakan suatu komunikasi tatap muka
face to face, komunikasi di dalam program pembinaan muallaf mempunyai ciri- ciri komunikasi kelompok, jika dilihat dai segi sasaran dan situasi. Ciri-ciri
tersebut adalah: 1.
Proses komunikasi, pesan-pesan yang disampaikan oleh seorang Pembina pembicara kepada para muallaf dalam jumlah yang lebih
besar pada tatap muka. Hal tersebut menunjukkan seorang Pembina pembicara dalam hal ini adalah seorang yang menjelaskan kepada
muallaf dengan jumlah yang besar. 2.
Pesan yang disampaikan terencana dipersiapkan. Maksudnya adalah seorang komunikator harus mempunyai program yang terencana atau
sudah disiapkan sebelumnya. Dalam proses belajar-mengajar pada kegiatan program pembinaan muallaf
di Masjid Agung Sunda Kelapa sudah memenuhi unsur-unsur komunikasi. Unsur- unsur komunikasi tersebut :
1. Komunikator Pembina sebagai pengirim pesan atau sumber
informasi. Dalam hal ini Pembina memformulasikan informasinya kepada muallaf berupa pengetahuan.
2. Pesan merupakan alat komunikasi dalam bentuk verbal berupa suara,
lambang, tulisan dan lisan. Pada pemberian materi atau saat memberikan isi pesannya, pada pelaksanaan kegiatan tersebut,
komunikator menggunakan lisan, tulisan, sehingga muallaf lebih mudah mengerti dalam menerima pesan yang akan disampaikan.
3. Komunikan muallaf merupakan orang yang dituju oleh komunikator
untuk menyampaikan pesannya agar komunikan muallaf bisa mengerti atau paham maksud dari isi pesan yang disampaikan oleh
komunikator Pembina. 4.
Media merupakan saluran penyampai pesan kepada komunikan muallaf. Komunikator Pembina menyampaikan pesannya melalui
sebuah alat atau media berupa OHV, papan tulis, spidol, penghapus dan buku-buku.
5. Efek komunikasi merupakan pengaruh yang ditimbukan pesan
komunikator Pembina kepada komunikan muallaf. Efek yang diharapkan komunikator Pembina kepada komunikan muallaf yaitu
efek kognotif, afektif dan behavioral, di mana komunikator harus mampu merubah komunikan muallaf agar komunikan muallaf lebih
mengetahui dan memahami serta mengamalkan apa yang diberikan oleh komunikator pembina.
Pentingnya komunikasi yang digunakan Pembina terhadap muallaf sangat berpengaruh pada perubahan pandangan dan adanya penambahan pengetahuan
tentang keislaman. Interaksi yang berlangsung antara Pembina dengan muallaf dalam pelaksanaan pembinaan tentang pengetahuan Islam sangat perlu, dengan
berkomunikasi maka pesan yang disampaikan Pembina kepada muallaf dapat terealisasikan dengan baik. Serta terjadi interaksi dan pertukaran informasi dalam
hal ini saling tanya jawab antara Pembina dengan muallaf dan sebaliknya.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Komunikasi Pembinaan Muallaf