Latar Belakang Analisis Kandungan Zat Pewarna Sintetis Pada Makanan dan Minuman Jajanan di SDN Kelurahan Ciputat Kecamatan Ciputat Kota Tangsel Tahun 2014
4
kesehatan dan keselamatan rakyat dari hal-hal yang dapat timbul karena pemakaian zat warna tertentu yang dapat membahayakan kesehatan.
Peraturan dari suatu negara berbeda dengan negara lainnya, dimana suatu zat warna yang dilarang di satu negara belum tentu di larang di negara lainnya.
Misalnya amaranth yang dilarang di Amerika Serikat karena ditakutkan dapat menyebabkan kanker, masih diperbolehkan di negara-negara Eropa dan
berbagai negara lainnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 2004 tentang
pangan yaitu segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan
atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman. Salah satu masalah pangan yang masih memerlukan perhatian adalah
penggunaan bahan tambahan pangan untuk berbagai keperluan. Penggunaan bahan tambahan pangan dilakukan pada industri pengolahan pangan, maupun
dalam pembuatan makanan jajanan, yang umumnya dihasilkan oleh industri kecil atau rumah tangga. Keunggulan jajanan adalah murah, mudah didapat
serta cita rasanya enak. Namun jajanan juga berisiko terhadap kesehatan karena dalam proses pengolahannya sering kali ditambahkan pewarna seperti
rhodamin B, methanil yellow dan pengawet makanan seperti formalin dan boraks. Penggunaan rhodamin B dan methanil yellow, pengawet formalin dan
boraks dilarang karena bersifat karsinogenik kuat yang dapat menyebabkan
5
kanker hati, kandung kemih, dan saluran cerna. Dari hasil analisis sampel jajanan Badan Pengawas Obat dan Makanan antara Februari 2001 hingga Mei
2003, didapatkan bahwa dari 315 sampel, 155 49 mengandung rhodamin B, dari 1222 sampel, 129 11 mengandung boraks dan dari 242 sampel, 80
33 mengandung formalin. Pangan yang mengandung rhodamin B di antaranya kerupuk, makanan ringan, kembang gula, sirup, biskuit, minuman
ringan, cendol, dan manisan. Pangan yang mengandung formalin adalah mie ayam, bakso, dan tahu. Sedangkan pangan yang menggunakan boraks adalah
bakso, siomay, lontong, dan lemper. Bahan pewarna makanan terbagi dalam dua kelompok besar yakni
pewarna alami dan pewarna buatan. Di Indonesia, peraturan mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk pangan diatur
melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722MenkesPerIX88 tentang bahan tambahan pangan. Akan tetapi seringkali terjadi penyalahgunaan
pemakaian zat pewarna untuk sembarang bahan pangan, misalnya zat pewarna untuk tekstil dan kulit dipakai untuk mewarnai bahan pangan. Hal
ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat pada zat pewarna tersebut. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain
disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan, warna dari zat pewarna tekstil atau kulit biasanya lebih menarik dan
disamping itu harga zat pewarna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk pangan.
6
Anak sekolah merupakan kelompok yang sangat peka untuk menerima perubahan atau pembaharuan, karena kelompok anak sekolah sedang berada
dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Mei tahun 2014, SDN Ciputat 1 dan
SDN Ciputat 6 tidak menyediakan kantin sekolah kecuali koperasi sekolah. Oleh karena itu, siswa kedua sekolah tersebut jajan diluar sekolah. Sedangkan
kantin di SDN Ciputat 2 masih kurang lengkap dalam menjajakan makanan sehingga pihak sekolah memperbolehkan para siswanya membeli makanan
jajanan di luar sekolah pada saat jam istirahat. Makanan jajanan yang dijajakan oleh pedagang di luar sekolah masih kurang memperhatikan
keamanan produk makanan yang berpotensi mengandung pewarna sintetik berbahaya.
Produk makananan dan minuman yang paling sering ditambahkan dengan zat warna adalah makanan jajanan yang disertai dengan saus merah,
minuman yang berwarna-warni, seperti sirup yang sangat digemari oleh anak- anak SD karena warnanya yang menarik. Maka penulis tertarik untuk meneliti
zat warna yang terdapat pada makanan maupun minuman jajanan yang dijajakan di sekitar SDN I-X Kelurahan Ciputat Kecamatan Ciputat Kota
Tangerang Selatan Tahun 2014. Pada hasil uji BPOM yang dilakukan di 18 provinsi pada tahun 2008
diantaranya Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandar Lampung, Denpasar, dan Padang terhadap 861 contoh makanan menunjukkan bahwa 39,95 344
contoh tidak memenuhi syarat keamanan pangan. Dari total sampel itu,
7
10,45 mengandung pewarna yang dilarang, yakni rhodamin B, methanil yellow dan amaranth Nurdwiyanti, 2008. Selain itu, sambal botolan yang
biasa digunakan oleh pedagang makanan di pinggiran jalan, seperti bakso, mie ayam, dan lain sebagainya mengandung zat pewarna yang melebihi
ambang batas, beberapa produk saus dan sambal botolan juga ditenggarai memakai zat pewarna terlarang, yang seringkali digunakan untuk produk
tekstil dan industri yaitu rhodamin B dan methanil yellow untuk membuat warna merah menyala Iis, 2003.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada awal Mei 2014 melalui pemeriksaan laboratorium dengan 15 sampel makanan dan minuman
jajanan yang dijajakan di SDN I-X Kelurahan Ciputat Kecamatan Ciputat, didapatkan hasil sebanyak 7 sampel positif mengandung zat pewarna sintetis
yang dilarang penggunaannya dan 2 sampel positif mengandung zat pewarna sintetis namun tidak dilarang penggunaannya. Siswa sekolah selalu ingin
mencoba jajanan yang dijajakan namun mereka tidak pernah memperhatikan kandungan jajanan yang mereka makan. Hal ini harus menjadi perhatian
banyak pihak antara lain pemerintah, sekolah dan orang tua. Kurangnya perhatian dan pengawasan dapat mengakibatkan terjadinya penurunan dan
gangguan kesehatan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengetahui lebih dalam mengenai kandungan zat pewarna sintetis pada
makanan dan minuman jajanan di SDN I-X Kelurahan Ciputat Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan Tahun 2014. Selain itu, penelitian tentang zat
pewarna sintetis pada makanan dan minuman jajanan anak sekolah dasar
8
masih sangat jarang dilakukan di wilayah Tangerang Selatan terutama Kelurahan Ciputat.