Keterbatasan Penelitian Zat Pewarna Sintetis dalam Perspektif Islam

49 minuman yang diperiksa, semua sampel makanan dan minuman mengandung pewarna sinteis yang dilarang. Hasil pemeriksaan yang sudah dilakukan dibandingkan dengan Permenkes RI No.722MenkesPerIX1988. Hasil penelitian menunjukkan dari 20 sampel makanan yang diperiksa, 9 sampel positif mengandung zat pewarna sintetis yang dilarang. Sedangkan dari 20 sampel minuman yang diperiksa, 17 sampel positif mengandung zat pewarna sintetis yang dilarang. Namun dari 26 sampel makanan dan minuman yang positif mengandung zat pewarna sintetis yang dilarang, ternyata Sunset yellow, Amaranth dan Eritrosin merupakan jenis zat pewarna sintetis yang dilarang yang mendominasi makanan dan minuman tersebut. Kemudian hasil pemeriksaan jenis zat pewarna sintetis yang berjumlah 21, bahwa 15 jenis zat pewarna sintetis tersebut adalah zat pewarna sintetis yang dilarang menurut Peraturan Menkes RI, Nomor 722MenkesPerIX88. Sedangkan 6 jenis pewarna sintetis lainnya tidak masuk dalam Peraturan Menkes RI, Nomor 722MenkesPerIX88. Maka dari itu, tugas BPOM adalah perlu memantau dan mengawasi peredaran jajanan khususnya jajanan anak sekolah, dan memberikan bimbingan dan pembinaan kepada pedagang jajanan di sekolah- sekolah agar mengetahui tentang pewarna sintetis dan bahayanya terhadap kesehatan. Dampak negatif makanan jajanan yaitu apabila dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan terjadinya kelebihan asupan energi. Sebuah studi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa anak mengonsumsi lebih dari sepertiga kebutuhan kalori sehari yang berasal dari makanan jajanan jenis fast food dan soft drink 50 sehingga berkontribusi meningkatkan asupan yang melebihi kebutuhan dan menyebabkan obesitas Tyas, 2009. Selain itu, bahan untuk menghasilkan pewarna sintetis itu sendiri berasal dari ratusan jumlah coar-tar, dan sebagian coar-tar bersifat toksik berbahaya bagi manusia dan beberapa bersifat karsinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemisahan antara pewarna yang hanya boleh digunakan oleh industri non pangan dengan pewarna yang digunakan untuk industri pangan Cahyadi, 2008. Dalam makanan jajanan bahan tambahan yang berbahaya, cepat atau lambat dapat menurunkan daya tahan tubuh, begitupula pada kemampuan belajarnya. Namun hal itu tidak diperhatika karena daya tarik warna dan kemasan. Bahaya yang dapat ditimbulkan dari efek zat-zat berbahaya pada makanan jajanan yaitu, kurang gairah belajar, kurang konsentrasi, meningkatkan kenakalan anak, mudah mengantuk dan daya ingat pada anak kurang Cahyadi, 2008. Adapun jenis zat pewarna sintetis berdasarkan hasil yang uji laboratorium adalah jenis zat pewarna sintetis yang dilarang menurut Permenkes RI No.722MenkesPerIX1988. Zat pewarna sintetis tersebut adalah Amaranth, Orange SS, Sunset yellow FCF, Brilliant blue FCF, Auramin, Ponceau SX, Guinea green B, Azorubin A, Fast green FCF, Magenta, Enouglacine A, Sudan II, Yellow AB, Eritrosin dan Tartazin. Tiga zat pewarna sintetis yang paling banyak ditemukan dari hasil penelitian ini adalah Sunset yellow FCF, Amaranth dan Eritrosin. dan merupakan jenis zat pewarna sintetis yang dilarang yang mendominasi makanan dan minuman tersebut. 51

6.2.1 Zat Pewarna Sintetis Sunset yellow FCF pada Makanan dan Minuman Jajanan

Sunset yellow FCF merupakan jenis pewarna jingga sintetik yang sangat mudah larut dalam air, dan menghasilkan larutan jingga kekuningan yang biasa digunakan pada produk fermentasi yang telah mengalami proses pemanasan. Pewarna ini biasa digunakan pada pembuatan sirop, saus dan pada bahan-bahan pangan lain yang mengandung warna kuning, orange dan kemerahan Yuliarti, 2007. Permenkes RI No.722MenkesPerIX1988 melarang keberadaan Sunset yellow FCF dalam produk makanan. Namun demikian masih ditemukan pada makanan saus sambal I dan saus sambal II. Karena ketika diberi HCl pekat dan H 2 SO 4 jenuh sampel berubah warna menjadi kemerahan, diberi NaOH 10 dan NH 4 OH berubah menjadi pink orange. Selain itu, ditemukan juga pewarna sintetis Sunset yellow FCF pada saus cakwe. Sampel saus cakwe mengandung zat pewarna sintetis ketika diberi HCL pekat dan H 2 SO 4 jenuh berubah warna menjadi kemerahan, sementara ketiak diberi NaOH 10 dan NH 4 OH tidak berubah warna. Sunset yellow FCF adalah pewarna yang dapat ditemukan dalam makanan seperti jus jeruk, es krim, ikan kalengan, keju, jeli, minuman soda dan banyak obat-obatan. Untuk sekelompok kecil individu, konsumsi pewarna buatan ini dapat menimbulkan urtikaria, rinitis, alergi, hiperaktivitas, sakit perut, mual dan muntah Cahyadi, 2006. 52 Sunset yellow FCF dapat mengakibatkan radang selaput lendir pada hidung, sakit pinggang, muntah-muntah dan gangguan pencernaan Yuliarti, 2007. Oleh karena itu, dalam pemilihan makanan dan minuman jajanan agar lebih memperhatikan warnanya karena hal tersebut dapat mempengaruhi kesehatan jika dikonsumsi secara terus menerus

6.2.2 Zat Pewarna Sintetis Amaranth pada Makanan dan Minuman Jajanan

Jenis pewarna sintetis Amaranth ini terdapat pada makanan cabe bubuk dan minuman es susu coklat IV. Amaranth merupakan satu dari tujuh pewarna yang diizinkan penggunaannya pada makanan oleh Food and Drug Act di Amerika pada tahun 1906. Setelah melakukan pengamatan selama 7 tahun, Amaranth dinyatakan aman pada tahun 1964. Pada tahun 1970, dua kelompok riset di Rusia melaporkan efek karsinogenik dan embriotoksik terhadap penggunaan Amaranth. Di Amerika hasil ini terlihat meragukan kemudian American Food and Drug Administration melakukan pengamatannya sendiri pada tahun 1971. Hasilnya, ditemukan beberapa bukti terjadinya embriotoksik pada tikus, akhirnya Amaranth dilarang penggunaannya secara resmi pada tahun 1976 Hughes, 1987. Berdasarkan hasil uji laboratorium, Amaranth ditemukan pada cabe bubuk adalah ketika sampel diberi H 2 SO 4 jenuh berubah warna menjadi ungu kecoklatan, diberi NaOH 10 berubah warna menjadi dull brownies to orange red dan ketika diberi NH 4 OH sedikit berubah warna. Sementara 53 ketika diberi HCl pekat tidak berubah warna. Sementara pada minuman yang ditemukan adanya kandungan zat pewarna sintetis Amaranth terdapat pada es susu cokelat IV karena ketika sampel diberi HCl pekat warna sangat gelap, diberi H 2 SO 4 jenuh berubah warna menjadi ungu kecoklatan dan ketika diberi NH 4 OH warna sedikit berubah. Perlu diperhatikan bahwa pada saat ini banyak pengusaha yang tetap menggunakan zat-zat pewarna berbahaya yaitu zat pewarna bukan untuk makanan ataupun minuman. Efek dari pewarna sintetis jenis Amaranth tersebut dapat menyebabkan tumor, reaksi alergi pada pernafasan dan hiperaktif pada anak-anak Cahyadi, 2009. Dapat disimpulkan bahwa bahan perwarna dapat membahayakan kesehatan bila pewarna buatan ditambahkan dalam jumlah berlebih pada makanan maupun minuman, atau dalam jumlah kecil namun dikonsumsi secara terus-menerus dalam jangka waktu lama. Amaranth adalah zat pewarna yang paling banyak digunakan dan diperkirakan mencapai sepertiga dari seluruh pewarna makanan yang sering digunakan deMan, 1980. Amaranth dalam jumlah besar dapat menimbulkan tumor, reaksi alergi pada pernafasan dan dapat mengakibatkan hiperaktif pada anak-anak Yuliarti, 2007. Walaupun dilarang penggunaannya, zat pewarna ini sangat sering digunakan pada minuman seperti sirop, limun, kerupuk, roti dan agarjeli Syah, 2005. Dengan demikian, jika ditemukan makanan jajanan di sekolah yang 54 berwarna merah mencolok maka sebaiknya, tidak dikonsumsi terlalu sering karena efek yang ditimbulkan apabila dikonsumsi secara terus menerus dapat menimbulkan penyakit seperti tumor.

6.2.3 Zat Pewarna Sintetis Eritrosin pada Makanan dan Minuman Jajanan

Eritrosin merupakan sebuah zat pewarna sintetis yeng memberikan warna cherry-pink, biasanya digunakan sebagai pewarna makanan maupun minuman. Zat pewarna ini berupa tepung coklat, larutannya dalam alkohol 95 menghasilkan warna merah, sedangkan larutannya dalam air berwarna merah cherry Kurniawati, 2009. Mengonsumsi Eritrosin dalam dosis tinggi dapat bersifat karsinogen. Selain itu juga meningkatkan hiperaktivitas pada anak SD, dapat mengakibatkan reaksi alergi seperti nafas pendek, dada sesak, sakit kepala, dan iritasi kulit Usmiati, 2004. Hasil uji laboratorium diperoleh bahwa pada minuman sirup kuning mengandung zat pewarna sintetis Eritrosin karena pada saat pemeriksaan dengan diberi HCl pekat berubah warna menjadi kuning- orange, diberi NaOH 10 tidak berubah warna dan saat diberi NH4OH warna tidak berubah. Selain pada sirup kuning, pada sirup jeruk juga di dapat hasil yang sama yaitu mengandung zat pewarna sintetis Eritrosin. Dengan demikian, Eritrosin tidak dapat dipakai dalam produk minuman karena eritrosin mudah diendapkan oleh asam. Maka dari itu, minuman 55 yang berwarna kuning mencolok dicurigai mengandung zat pewarna sintetis yang membahayakan bagi kesehatan. Dari tiga zat pewarna sintetis yang dilarang diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar makanan dan minuman jajanan yang dijajakan di sekolah mengandung zat pewarna sintetis yang dilarang oleh Permenkes RI No.722MenkesPerIX1988. Kemudian, makanan dan minuman yang mempunyai warna mencolok harus dicurigai karena kemungkinan mengandung zat pewarna sintetis. Zat pewarna sintetis yang dilarang dapat membahayakan kesehatan terutama jika dikonsumsi secara terus menerus karena berefek jangka panjang. Selain itu, kasus yang banyak ditemukan salah satunya pada makanan dan minuman anak sekolah yang dijual di lingkungan sekolah tetutama sekolah dasar. Maka sebaiknya, pihak sekolah memberi penyuluhan atau edukasi kesehatan tentang makanan dan minuman jajanan yang baik untuk dikonsumsi dan yang tidak baik dikonsumsi serta dampak dari makanan dan minuman tersebut. Serta pihak sekolah sebaiknya mengawasi penjualan makanan dan minuman jajanan yang dijajakan di lingkungan sekolah.

6.3 Zat Pewarna Sintetis dalam Perspektif Islam

Makanan merupakan asupan gizi yang dibutuhkan, oleh karena itu asupan yang akan dicerna oleh tubuh harus mempunyai standarisasi empat sehat lima sempurna, dewasa ini perkembangan ketertarikan masyarakat terhadap beberapa 56 produk makanan jajanan merupakan peluang usaha yang prospektif untuk ditekuni oleh industri kecil atau industri rumah tangga. Banyaknya persaingan produk makanan jajanan, distributor atau home industry harus menyajikan makanan jajanan secara menarik untuk mempengaruhi daya minat konsumen membeli produk tersebut. oleh karena itu, penggunaan bahan tambahan makanan BTM dalam pembuatan makanan, minuman dan jajanan yang diproduksi, dijual dan dikonsumsi, baik dalam kondisi siap saji maupun setelah diawetkan selama waktu tertentu Pitojo, 2009. Penentuan mutu bahan pangan pada umumnya sangat tergantung pada beberapa faktor, seperti cita rasa, tekstur, dan nilai gizinya, juga sifat mikrobiologis. Tetapi sebelum faktor-faktor lain dipertimbangkan, secara visual faktor warna tampil lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan Winarno,2004. Islam sangat menganjurkan makan dan minum yang baik dan halal, tentunya hal ini tidak lepas dari kebutuhan pokok kesehatan. Di samping itu, al- Qur’an telah meletakkan kaidah untuk makanan yang baik dan yang diharamkan Asyari, 1989. Dalam firman-Nya yang artinya: “Yang dimaksud dengan at-tayyibat yang baik-baik adalah semua yang dianggap baik dan dinikmati oleh manusia, tanpa adanya mashdalil pengharamannya. Begitu pula jika dianggap kotor maka makanan atau jajanan itu diharamkan” Al-a’raf 7:157. 57 Dari ayat tersebut bahwa manusia diciptakan dari sari pati berasal dari tanah, maka kedudukan makanan dalam islam sangat diperhatikan kemurnian dan kehalalannya untuk dikonsumsi. Makanan dan jajanan adalah kebutuhan pokok, secara tidak langsung bisa dikatakan kebutuhan tersebut tidak dapat dihindari, baik yang bersifat jajanan dan makanan yang diperjualbelikan oleh pedagang Mahran, 2006. Ketidaktahuan konsumen sering kali menjadi keuntungan bagi home industry dan pedagang, bahwa makanan itu layak atau tidak untuk dikonsumsi. Apakah makanan jajanan tersebut sudah aman dari zat-zat kimiawi ataupun tidak, dan bagaimana pandangan hukum islam apakah ini nanti termasuk dalam satu penipuan terhadap konsumen Muhammad, 1997. Sejak dahulu kala umat manusia berbeda-beda dalam menilai masalah makanan dan minuman mereka, ada yang boleh dan ada juga yang tidak boleh. Lebih-lebih dalam masalah makanan yang berupa binatang Qardhawi, 1993. Dewasa ini makanan dan minuman yang semakin unik dan membanjiri kehidupan masyarakat, baik yang sehat atau murni alami dan yang mengandung zat-zat kimiawi yang kasat mata dapat dilihat yakni zat pewarna sintetis Mahran, 2006. Makanan yang sering dijumpai dibanyak tempat seperti makanan ringan atau tambahan pada makanan, contoh pada makanan ringan seperti pentol, cilok, tempura dan jajanan ringan lainnya. Sedangkan tambahan pada makanan yang sering kali tidak bisa dihindari seperti saos, dan kecap yang menjadi tambahan pada makanan seperti bakso, soto, mie ayam dan jajanan ringan lainnya. 58 Asumsinya bahwa, sangat riskan sekali terhadap dampak penggunaan zat pewarna sintetis dalam kesehatan mental dan jasmani di usia dini anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Banyak pula minuman yang dalam pewarnanya menggunakan tambahan zat pewarna sintetis, seperti dalam minuman yang sering dijumpai, es dawet, es cendol, dan susu eceran. Penggunaan zat pewarna lebih diminati pada produsen yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup murah dan bisa mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Cara memperoleh zat pewarna sintetispun cukup mudah. Mahran, 2006. Secara garis besar, berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna yang termasuk dalam golongan bahan tambahan makanan, yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis. Adapun keunggulan dalam penggunaan zat pewarna sintetis mudah didapat dan harganyapun sangat terjangkau dibandingkan dengan pewarna alami selain itu, dalam penggunaannya pewarna sintetis lebih praktis dan dapat dilihat takarannya Cahyadi, 2008. Tetapi dalam kenyataannya, cara tersebut mengandung resiko tinggi terhadap kesehatan masyarakat karena bahan pewarna sintetis dapat mempengaruhi stuktur metabolisme manusia. Oleh karen itu, keahlian, ketelitian dan pengawasan untuk menjamin kesehatan bagi pengguna dan konsumen sangat diperlukan Syauqi Al Fanjari, 1999. Islam sangat memperhatikan terhadap asupan makanan yang baik dan halal dari manfaat berbagai aspek, intelektual, fisik maupun mental Basith, 2004. Kodrat Allah dan kemu’jizatan-Nya juga menghendaki ini. Dimana makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh tubuh haruslah mengcover dari empat sehat lima sempurna, esensi dari jaminan kesehatan yang harus didapatkan 59 oleh konsumen haruslah terjamin tanpa adanya zat-zat yang ditambahkan dalam makanan maupun minuman, yang bersifat kimiawi yang bisa merusak organ tubuh manusia itu sendiri Mahran, 2006. Dalam hal makanan, zat pewarna sintetis mengandung zat kimia aktif di mana lama kelamaan akan menghancurkan saraf dan sel-sel. Oleh karena itu, rusaknya tujuan yang mengakibatkan timbulnya mafsadat, maka hal tersebut dilarang sebagaimana dalam kaidah: “ Selain wajib menjaga diri, setiap manusia wajib menjaga diri dari perbuatan yang merusak keselamatan jiwa orang lain, dimana kaidah yang diambil dari sebuah ayat al-Qur’an dari surah al-A’raf 7 55 dan surah al-Qasas 28 77 Djazuli, 2006. Atau yang lebih dikenal dari kaidah ini dari hadis Nabi Muhammad SAW. yang diriwayatkan oleh Ibnu Malik, berkaitan dengan kaidah tersebut, Syekh Ali Tantawi mengatakan bahwa segala sesuatu yang buruk, kotor atau merusak baik kepada diri sendiri maupun orang lain maka adalah haram Thanthawi, 1998. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW. bersabda yang artinya: “ Bahwa dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan, Nabi Muhammad SAW. telah menegaskan bahwa tidak dibenarkan untuk melakukan penipuan yang bersifat merugikan konsumen. Tindakan penipuan yang pada akhirnya merugikan konsumen sangatlah tidak dibenarkan. Pewarna makanan adalah salah satu tambahan untuk meningkatkan nilai keuntungan penjual, namun hal ini tidak dibenarkan karena mengandung unsur penipuan Mahran, 2006. 60 BAB VII PENUTUP

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SDN I-X Kelurahan Ciputat tentang analisis kandungan zat pewarna sintetis pada makanan dan minuman jajanan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut : 1. Terdapat zat pewarna sintetis pada makanan jajanan sebesar 22 dan minuman jajanan sebanyak 42. 2. Jenis zat pewarna sintetis yang ditemukan pada makanan dan minuman jajanan sebanyak 21 pewarna sintetis, yaitu Sunset yellow FCF, Amaranth, Eritrosin, Orange SS, Brilliant blue FCF, Auramin, Ponceau SX, Guinea green B, Azorubin A, Fast green FCF, Magenta, Enouglacine A, Sudan II, Yellow AB, dan Tartazin, Aniline yellow, Turmeric, Sudan G, Bismark brown, Formyl violet, dan Rose Bengal. Namun, 6 jenis zat pewarna sintetis Aniline yellow, Turmeric, Sudan G, Bismark brown, Formyl violet, dan Rose Bengal tidak dilarang penggunaannya. 3. Zat pewarna sintetis yang dilarang oleh Permenkes RI No. 722MenkesPerIX1988 di dalam sampel makanan terdapat 15 jenis. Sunset yellow FCF, Amaranth dan Eritrosin merupakan zat pewarna sintetis yang mendominasi makanan dan minuman tersebut. Jenis ini bisa menyebabkan efek kesehatan seperti iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, kemunduran kerja otak, dan tumor. 61

7.2 Saran

Berkaitan dengan hasil penelitian yang dilakukan terdapat beberapa saran diantaranya adalah:

7.2.1 Bagi Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM

1. Memperketat pengawasan peredaran jajanan khususnya jajanan anak sekolah. 2. Memberi penyuluhan kepada pedagang jajanan agar memahami tentang pewarna sintetis dan bahayanya terhadap kesehatan.

7.2.2 Bagi Sekolah

1. Memperketat pengawasan makanan dan minuman jajanan di sekolah. 2. Memberikan edukasi bagi anak-anak sekolah tentang pewarna sintetis dan bahayanya terhadap kesehatan.

7.2.3 Bagi Masyarakat

1. Untuk para orangtua, agar dalam pemilihan produk makanan yang tidak dikemas secara khusus, sebaiknya pilih makanan atau minuman yang warnanya tidak terlalu mencolok, karena kemungkinan warna tersebut berasal dari bahan pewarna bukan makanan non food grade seperti pewarna tekstil. 2. Agar teliti dalam memilih makanan maupun minuman jajanan terutama yang ada di lingkungansekolah karena pada umumnya makanan yang dijajakan di lingkungan sekolah dibuat langsung oleh para pedagang. 62 3. Agar teliti dalam memilih makanan maupun minuman jajanan terutama yang ada di sekolahan karena pada umumnya makanan yang di jajakan di sekolahan dibuat langsung oleh para pedagang. 63 DAFTAR PUSTAKA Anonimus. 2006. Rhodamine B ditemukan pada makanan dan minuman di Makassar. Republika Kamis 5 Januari 2006 Arifin, B. 2008. Ekonomi Swasembada Gula Indonesia. Economic Review Arisman, 2009. Keracunan Makanan. Jakarta: EGC Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM. 2008. Monitoring dan Verifikasi Profil Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Nasional. Dipublikasikan melalui FoodWatch Volume I2009 Baliwati YF, Roosita K., 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya Basith, Muhammad Sayyid Abdul. 2004. Rahasia Kesehatan Nabi , cet. I, Solo: Tiga Serangkai Cahyadi, W, 2005. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Cetakan I. Bumi Aksara , 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan, Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta , 2009. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Makanan Jakarta: Bumi Aksara. Edisi kedua, hlm 2-3 , 2009. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Makanan Jakarta: Bumi Aksara. Edisi kedua, hlm 4 , 2009. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Makanan Jakarta: Bumi Aksara. Edisi kedua, hlm 53 , 2009. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Makanan Jakarta: Bumi Aksara. Edisi kedua, hlm 57-60