BAB II LANDASAN TEORI
Tinjauan umum tentang Asuransi Syari’ah Pengertian Asuransi Syari’ah
Kata Asuransi berasal dari bahasa Inggris, insurance,
10
yang dalam bahasa Indonesia telah menjadi bahasa popular dan diadopsi dalam kamus besar
bahasa Indonesia dengan kata “pertanggungan“.
11
Echols dan Syadilly memaknai kata insurance dengan a Asuransi, dan b Jaminan.
12
Dalam bahasa Belanda biasa disebut dengan istilah assurantie Asuransi dan
Verzekering pertanggungan
13
Menurut Wirjono Projodikoro Asuransi adalah “Suatu persetujuan dimana pihak yang menjamin berjanji kepada pihak yang dijamin, menerima sejumlah
uang premi sebagai pengganti kerugian, yang mungkin akan terjadi atau diderita oleh yang dijamin, karena akibat suatu pristiwa yang belum jelas.”
14
10
John M Echols dan Hasan Syadilly, Kamus Inggris – Indonesia, Jakarta: Gramedia, 1990, h. 326.
11
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996 , h. 63.
12
Echols dan Hasan Syadilly, Kamus Inggris – Indonesia, h. 326.
13
Wirjono Projodikoro, Hukum Asuransi Di Indonesia, Jakarta: Pembimbing, 1958, h. 1
14
Ibid, h. 1
15
Menurut Abbas Salim Asuransi dipahami sebagai “Suatu kemauan untuk menerapkan kerugian-kerugian kecil sedikit yang sudah pasti sebagai
substitusi kerugian-kerugian yang belum pasti.”
15
Menurut Ahmad Azhar Basyir Asuransi adalah “Suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung
dengan meneima premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan, keuntungan yang diharapkan, yang
mungkin akan terjadi karena suatu prestiwa yang tak tertentu.”
16
Menurut R. Subekti dan R. Tjitrosudibio Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang KUHD pasal 246, Asuransi adalah “Suatu perjanjian,
dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian
kepadanya, karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya, karena suatu peristiwa tak
tertentu.”
17
Menurut Herman Darmawi Asuransi adalah “Dari sudut pandang ekonomi, hokum, bisnis, sosial, ataupun berdasarkan pengertian matematika,
15
Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko, Jakarta: Raja Grafindo persada, 2000, h. 1
16
Ahmad Azhar Basyir, Takaful sebagai Alternatif Asuransi Islam, Ulumul qur’an, 2VII96, h.15.
17
Subekti, R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang kepailitan
, Jakarta: Pradnya Paramita, 1994, cet.22, h. 74.
menyatakan bahwa Asuransi merupakan bisnis yang unik, yang terdapat kelima aspek tersebut.”
18
Menurut Faturraman Djamil Asuransi adalah “Suatu persetujuan dalam mana pihak yang menanggung berjanji terhadap pihak yang tertanggung
untuk menerima sejumlah premi menganti kerugian yang mungkin akan diderita oleh pihak yang ditanggung, sebagai akibat suatu peristiwa yang
belum terang terjadi.”
19
Asuransi menurut UU RI Nomor 2 Tahun 1992 tentang perasuransian Bab 1 pasal 1 adalah “Asuransi adalah perjanjian abtara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi Asuransi, untuk memberikan penggantian kepada
tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggungjawab hokum kepada pihak ketiga yang mungkin
akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal
atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”
Prinsip-Prinsip Dasar Asuransi Syari’ah
Prinsip dasar yang ada dalam asuransi Syari’ah tidaklah jauh berbeda dengan prinsip dasar yang berlaku pada konsep ekonomika islami secara
18
Herman Darmawi, Manajemen Asuransi, Jakarta: Bumi Aksara, 2001 , Cet.3, h. 2.
19
Faturrahman Djamil, Metode Ijtihad Majelis Tarjih Muhammadiyah, Jakarta: Logos, 1995, h. 133.
komprehensip dan bersifat major, hal ini disebabkan karena asuransi syari’ah
merupakan turunan dari konsep ekonomika islami. Biasanya literature ekonomika islami selalu melakukan penurunan nilai pada tataran konsep atau
institusi yang ada dalam lingkup kajiannya, seperti lembaga perbankan dan perasuransian.
Begitu juga dengan Asuransi, harus dibangun di atas pondasi dan prinsip dasar yang kuat serta kokoh. Dalam hal ini, prinsip dasar Asuransi Syari’ah
adalah ;
20
a. Tauhid Unility
Merupakan dasar utama dari setiap bentuk bangunan yang ada dalam Syari’ah Islam. Setiap bangunan dan aktivitas kehidupan manusia harus
didasari pada nilai-nilai tauhidy. Artinya dalam setiap gerak langakah serta bangunan hukum harus mencerminkan nilai-nilai ketuhanan.
Dalam berasuransi yang harus diperhatikan adalah bagaimana seharusnya menciptakan suasana dan kondisi bermuamalah yang tertuntun
oleh nilai ketuhanan. Paling tidak dalam setiap melakukan aktivitas berasuransi ada semacam keyakinan di dalam hati bahwa Allah SWT
selalu mengawasi setiap gerak langkah manusia.
20
AM. Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta: Kencana, 2004, cet. 1, h. 125-135.
Sebagaimana Allah SWT berfirman ;
☺
☺ ﺪﻳﺪﺤﻟا
: Artinya: Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa: Kemudian dia bersemayam di atas ´arsy[1453] dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar
daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya [1454]. dan dia bersama kamu di mama saja kamu
berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. QS. Al-Hadid:4
b. Keadilan Justice Terpenuhnya keadilan antara pihak-pihak yang terikat dengan akad
Asuransi. keadilan dalam hal ini dipahami sebagai upaya dalam menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah dengan perusahaan
Asuransi. Pertama, nasabah Asuransi harus memastikan pada kondisi yang
mewajibkan untuk selalu membayar premi dalam jumlah tertentu kepada perusahaan Asuransi dan mempunyai hak untuk mendapatkan sejumlah
dana santunan jika terjadi peristiwa kerugian. Kedua, perusahaan Asuransi
yang berfungsi sebagai lembaga pengelolah dana mempunyai kewajiban membayar klaim kepada nasabah.
21
Sebagaimana Allah SWT berfirman:
⌧ ☺
☺ ⌧
☺ ⌧
⌧ ⌧
☺ ءﺎﺴﻨﻟا
: Artinya: Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil
di antara isteri-isterimu, walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, Karena itu janganlah kamu terlalu
cenderung kepada yang kamu cintai, sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu mengadakan
perbaikan dan memelihara diri dari kecurangan, Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.Q.S. An-nissa’ 129
c. Tolong – Menolong Ta’awun Seseorang yang masuk Asuransi, sejak awal harus mempunyai niat
dan motivasi untuk membantu dan meringankan beban sesama anggota yang pada suatu ketika mendapatakan musibah.
Praktek tolong menolong dalam Asuransi adalah unsur utama pembentuk bisnis asuransi. Tanpa adanya unsur ini atau hanya semata-
mata untuk mengejar keuntungan bisnis berarti perusahaan asuransi itu sudah kehilangan karekter utamanya.
Sebagaimana Allah SWT berfirman:
21
A. Kashmir, Lembaga Keuangan non Bank, Jakarta: Raja Grafindo, 2000 , h. 5
⌧ ةﺪﺋﺎﻤﻟا
: 2
Artinya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah,
Sesungguhnya Allah
amat berat
siksa-Nya. QS. Al-Maidah:2
d. Kerja Sama Cooperation
Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari sesamanya. Sebagai apresiasi dari posisi dirinya
sebagai makhluk sosial, nilai kerja sama adalah suatu normal yang tidak dapat ditawar lagi. Hanya dengan mewujudkan kerja sama antar sesama,
manusia baru dapat merealisasikan kedudukanya sebagai makhluk sosial. Kerja sama dalam bisnis asuransi dapat berwujud dalam bentuk akad
yang dijadikan acuan antara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu antara anggota dan perusahaan asuransi. Dalam oprasionalnya, akad yang dipakai
dalam bisnis asuransi dapat memakai Musyarakah, mudharabah atas lainnya.
e. Amanah trustworthy Al-amanah
Dalam perusahaan asuransi harus memberi kesempatan yang besar bagi nasabah untuk mengakses laporan keuangan perusahaan. Laporan
keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi harus mencerminkan
nilai-nilai kebenaran dan keadilan dalam bermuamalah dan melalui auditor public
. Prinsip amanah juga harus dimiliki nasabah Asuransi, seorang yang
menjadi nasabah Asuransi berkewajiban menyampaikan informasi yang benar berkaitan dengan pembayaran dana premi dan tidak memanipulasi
kerugian Peril yang menimpa dirinya. Jika seorang peserta asuransi tidak memberikan informasi yang benar dan manipulasi data kerugian
yang menimpa dirinya, berarti nasabah tersebut telah menyalahi prinsip amanah dan dan dapat dituntut secara hukum.
Sebagaimana Allah SWT berfirman: ⌧
☺ ☺
⌧ ☺
⌧ ءﺎﺴﻨﻟا
: Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat. Q.S. A-nissa’ : 58
f. Kerelaan Al-Ridho Dalam bisnis asuransi, kerelaan dapat diterapkan pada setiap anggota
Nasabah Asuransi agar mempunyai motivasi dari awal untuk merelakan
sejumlah dana premi yang disetorkan ke perusahaan Asuransi, yang difungsikan sebagai dana tabarru’.
Sebagaimana Allah SWT berfirman:
⌧ ☺
ءﺎﺴﻨﻟا :
29 Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka
di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
QS. An-Nissa’: 29
g. Larangan Riba
Razi dalam kitabnya Tafsir kabir mengajukan beberapa alasan mengenai pengharaman riba:
22
1 Riba tak ada lain adalah mengambil harta orang lain tanpa ada nilai
imbalan apapun. 2
Riba dilarang karena menghalangi manusia untuk terlibat dalam usaha yang aktif.
3 Kontrak riba adalah media yang digunakan oleh orang kaya untuk
mengambil kelebihan dari modal. 4
Kontrak riba memunculkan hubungan yang tegang diantara manusia.
22
Fakhruddin Muhammad Ar-Razi, Tafsir Al-Kabir, Bulaq, 1872, h. 531.
5 Keharaman riba dibuktikan dalam ayat Al-qur’an, dan kita tidak perlu
mencari alasan-alasan. h.
Larangan Judi Maisir unsur maisir artinya adanya salah satu pihak yang untung namun
dilain pihak mengalami kerugian. Hal ini tampak jelas apabila pemegang polis dengan sebab-sebab tertentu membatalkan kontraknya sebelum masa
reversing periode. Biasanya tahun ke tiga maka yang bersangkutan tidak
akan menerima kembali uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian kecil saja.
i. Larangan ketidakpastian Gharar
Gharar dalam bahasa adalah al-khida ‘ penipuan yaitu suatu
tindakan yang di dalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan. Menurut Syafi’i Antonio gharar dalam Asuransi ada dua yaitu:
1 Bentuk akad Syari’ah yang melandasi penutupan polis
2 Sumber dana pembayaran klaim dan keabsahan Syar’i penerimaan
uang klaim itu sendiri.
Hukum Asuransi menurut pendapat para ulama
Orang yang melibatkan diri ke dalam asuransi ini, adalah termaksud salah satu ikhtiar untuk menghadapi masa depan dan masa tua. Namun karena
masalah Asuransi ini tidak ada dalam nash, maka masalahnya dipandang sebagai masalah ijtihad, yaitu perbedaan pendapat tersebut harus dihargai.
Perbedaan pendapat itu terurai sebagai berikut: a.
Asuransi itu haram dalam segala macam bentuknya, termasuk Asuransi jiwa.
Pendapat ini dikemukakan oleh sayyid Sabiq, Abdullah Al-qalqili Mufti Yordania, Yusuf Qardhawi dan Muhammad Bakhil,
Al- Muth’I Mufti Mesir
23
Alasan-Alasan yang mereka kemukakan ialah: 1
Asuransi sama dengan Judi 2
Asuransi mengandung unsur tidak pasti 3
Asuransi mengandung riba 4
Asuransi pengandung pemerasan, karena pemegang polis, apabila tidak biasa melanjutkan pembayaran preminya, dan hilang dari yang
sudah dibayarkan 5
Premi yang sudah dibayarkan akan diputar dalam praktek riba 6
Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang tidak tunai 7
Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis, dan sama halnya mendahulukan takdir Allah SWT
b. Asuransi diperbolehkan dalam praktek seperti sekarang
Pendapat kedua ini dikemukakan oleh Abdullah Wahab Khallaf, Mustafah Ahmad Zarqa guru besar hukum Islam pada fakultas Syari’ah
23
M. Ali Hasan, Masail Fighiyah: Zakat, Pajak, Asuransi dan Lembaga Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, ed.1, cet.3. h. 60.
Universitas Syria, Muhammad Yusuf Musa guru besar hukum Islam pada Uiversitas Cairo Mesir, dan Abdurrahman Isa pengarang kitab
Al-Muamalah Al-Haditsah wa Ahkamuha.
24
Alasan-Alasan yang mereka mengemukakan ialah: 1
Tidak ada nash Al-qur’an dan Al-Hadist yang melarang Asuransi 2
Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah pihak 3
Saling menguntungkan kedua belah pihak 4
Asuransi dapat menanggung kepentingan umum 5
Asuransi termasuk akad Mudharabah 6
Asuransi termasuk koperasi 7
Asuransi dianalogikan dengan sistem pensiunan c.
Asuransi yang bersifat sosial diperbolehkan dan yang bersifat komersial diharamkan
Pendapat ketiga ini dianut oleh Muhammad Abu Zahrah guru besar Hukum Islam Universitas Cairo
25
Alasannya yaitu; sama dengan kelompok pertama dalam Asuransi yang bersifat komersial haram dan sama pendapat yang ke dua dalam
Asuransi yang bersifat sosial boleh
24
Ibid, h. 61
25
Ibid, h. 62
Alasan golongan yang mengatakan Asuransi Syubhat adalah karena tidak ada dalil yang tegas menjelaskan haram atau tidak haramnya
Asuransi itu.
Tinjauan umum tentang penghasilan
1. Pengertian penghasilan
Penghasilan adalah suatu bentuk penerimaan sejumlah uang yang diterima oleh seseorang karena tenaga dan hasil dari pekerjaannya.
26
2. Penghasilan adalah hak bukan pemberian sebagai hadiah
Bila saja tenaga merupakan faktor utama dalam proses produksi, maka selayaknya mereka memperoleh imbalan nilai lebih yang profesional
melalui pendekatan yang manusiawi. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia merupakan sistem dasar penghasilan, baru setelah itu dikombinasikan
dengan yang lainnya. Sebagai mana Allah SWT berfirman:
☺ ⌧
☺ تﻼﺼﻓ
: 8
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya.
Q.S. Fushshilat:8 Dari ayat di atas, terlihat bahwa penghasilan hendaknya profesional,
sesuai dengan kadar kerja dalam proses produktif dan dilarang adanya
26
Eggi Sudjana, Bayarlah Upah Sebelum Keringatnya Mengering, Yogjakarta: PPMI, 2000, h. 34
eksproitasi . Karena itu, aspek normatif perlu dijabarkan dalam bentuknya
yang konkrit.
27
Urgensi asuransi bagi perencanaan keuangan keluarga
Berasuransi bagi keluarga berarti memiliki cadangan guna berjaga-jaga, jika dalam perjalanan hidup terjadi suatu musibah yang membuat penghasilan utama
hilang. Misalnya akibat kematian dini. Cadangan ini dapat menyelamatkan keluarga dari suatu malapetaka ekonomi. Dengan adanya manfaat asuransi,
kelangsungan penghasilan keluarga sebagai pencari nafkah tetap tejamin, uang untuk kebutuhan hidup sehari-hari termasuk biaya pendidikan si anak tersedia.
Pastilah keluarga yang mengalami peristiwa seperti ini akan merasakan manfaat berasuransi.
28
Sebagaimana Allah SWT berfirman:
☺ ☺
ﺮﺸﺤﻟا :
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya
untuk hari esok akhirat; dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Q.S. Al-Hasyr: 18
Tinjauan umum tentang premi
27
Ibid, h. 34-35
28
M. Arief Fuad Usman Security for life, hidup lebih nyaman dengan berasuransi, h. 2
Pengertian premi
Premi premium adalah suatu jumlah uang yang harus dibayarkan oleh tertanggung kepada penanggung sebagai imbalan atas kesanggupan
penanggung untuk memberikan ganti rugi atas kerugian yang mungkin akan diderita tertanggung karena suatu peristiwa yang diperjanjikan.
29
Premi merupakan unsur terpenting dalam perjanjian pertanggungan pada umumnya, karena pembayaran premi mempunyai arti sebagai perwujudan
pelaksanaan salah satu kewajiban yang timbul akibat terjadinya kesepakatan perjanjian asuransi. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa pelaksanaan
pembayaran premi ini merupakan kewajiban utama bagi tertanggung. Tanpa pembayaran premi tertanggung tidak akan dapat memperoleh hak atas ganti
rugi yang terjadi dan hal ini sesuai dengan motto yang menyatakan “no premium-no insurance.”
Premi biasanya dinyatakan dengan persentase dari jumlah pertanggungan yang menggambarkan penilaian penanggung terhadap risiko yang
ditanggungnya. Ketentuan mengenai premi dan seluk beluknya banyak diatur dalam UU no. 2 tahun 1992, peraturan pemerintah No. 73 tahun 1992 dan
keputusan-keputusan menteri keuangan No. 225KMK 017 1993 dalam rangkah pengawasan pemerintah terhadap perusahaan-perusahaan asuransi.
Secara garis besar ketentuan mengenai seluk beluk premi tersebut adalah sebagai berikut:
29
Darmawi, Manajemen Asuransi, h. 4
Bahwa premi harus ditetapkan pada tingkat mencukupi, tidak berlebihan, dan tidak ditetapkan secara diskriminatif. Artinya, premi yang ditetapkan tidak
terlalu rendah sehingga nantinya perusahaan asuransi akan mampu membayar ganti kerugian. Tidak berlebihan artinya tidak telalu tinggi
sehingga tidak sebanding dengan manfaat yang diperjanjikan dalam polis asuransi yang bersangkutan. Dan premi juga tidak boleh ditetapkan secara
diskriminatif artinya pengenaan premi yang berbeda pada jenis dan risiko
penutupan yang sama. Penetapan tingkat premi asuransi harus berdasarkan pada perhitungan analisis
risiko yang sehat mencari keseimbangan berdasarkan statistik Premi yang diakumulasi oleh suatu perusahaan asuransi dipakai sebagai dasar
menghitung persyaratan hutang solvabilitas bagi perusahaan asuransi juga menggunakan sebagai dasar pengawasan pemerintah terhadap
perusahaan asuransi yang bersangkutan.
30
Mekanisme pembayaran premi
Premi yang dibayar oleh nasabah asuransi tergantung sifat kontrak yang telah dibuat antara perusahaan asuransi dengan tertanggung sebagai berikut:
premi meningkat Natural premium-Increasing premium pembayaran premi disisni makin lama makin bertambah besar, pada
waktu tahun-tahun permulaan premi asuransi yang dibayar rendah, tetapi setelah itu makin lama makin bertambah tinggi dari tahun ke tahun.
30
Suhawan, Asuransi, Bandung: CV. Armiko, 1999, h. 67
Pembayaran premi
meningkat setiap tahun oleh karena: 1
umur pemegang polis bertambah lama bertambah naik tua berarti risiko meningkat pula.
2 Kemungkinan terjadi risiko meningal dunia lebih cepat.
Premi merata level premium Pada level premium besarnya premi yang dilunasi oleh pemegang
polis untuk setiap tahunnya sama besar. Sesungguhnya pada tahun-tahun berikutnya pembayaran premi lebih rendah bila kita bandingkan dengan
increasing premium.
31
Biasanya premi itu dibayar dimuka secara tunai, tetapi bila pertanggungan itu akan berlaku lama, maka pembayaran premi itu dapat
diperjanjikan secara angsuran. Apabila penutupan perjanjian asuransi itu dilakukan dengan perantara makelar, maka penanggung dapat membebani
makelar itu untuk membayar premi, dan selanjutnya makelar dapat menagih uang premi itu kepada tertanggung.
32
Premi juga dapat dibayar secara tunai, dengan cek ataupun transfer melalui bank atau melalui agen dan dapat langsung ke perusahaan
asuransi. Premi juga dapat dibayar di tempat lain yang ditentukan oleh perusahaan asuransi..
31
Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko, Jakarta: PT. Raja Grafindo Perasada, 2003, ed. 2, h. 30-31
32
Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum dagang Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001, h. 51
Unsur-unsur premi syari’ah
ada tiga unsur utama yang menentukan perhitungan premi asuransi syari’ah yaitu:
Tabel mortalita Daftar table kematian berguna untuk mengetahui besarnya klaim.
Kemungkinan timbulnya kerugian yang dikarenakan kematian, serta meramalkan beberapa lama batas waktu umur rata-rata seorang biasa
hidup. Ada beberapa macam mortalita table yang biasa digunakan, yaitu:
1 General of mortality tables table yang didasarkan pada statistik
penduduk 2
Basic motality tables table yang didasarkan pada pengalaman masa lampau untuk melihat berapa besar kematian tahun-tahun sebelumnya
3 Salect mortality tables table yang didasarkan dengan melukiskan
tingkat kematian tahun-tahun terakhir diantara satu kelompok 4
Ultimate mortality tables dalam penggunaan mortality tables ada standar yang dipakai untuk menghitung jumlah kematian tersebut
misalnya; Commissioners 1941 standard ordinary mortalita tables CSO 1941
33
Table mortalita CSO terdiri dari lima kolom, sebagai berikut:
33
M. Syakir Sula, Asuransi Syari’ah Konsep dan Sistem Oprasional, Jakarta: gema insani, 2004, h. 312-313
a Kolom umur, dari umur 0 sampai umur 99 tahun
b Jumlah yang hidup untuk masing-masing tingkat umur.
c Jumlah yang mati untuk masing-masing tingkat umur
d Tingkat kematian per 1000 orang
e Harapan hidup dinyatakan dalam satuan tahun untuk masing-masing
tingkat umur.
34
Investasi dana
Salah satu ciri lain yang sangat prinsip dari sudut pandang syari’ah islam dalam asuransi syari’ah adalah investasi dana-dana yang terkumpul
dari peserta hanya dibenarkan melalui instrument yang menggunakan akad yang sesuai dengan syari’at islam. Islam mengajarkan agar berusaha
hanya mengambil yang halal lagi baik. Karena Allah SWT telah memerintahkan kepada seluruh manusia, bukan hanya untuk orang-orang
yang beriman dan muslim saja, agar mengambil segala sesuatu yang halal lagi baik, dan tidak mengikuti langkah-langkah setan.
Oleh karena itu, asuransi syari’ah dalam menginvestasikan dananya hanya kepada bank-bank syari’ah, BPRS, Obligasi syari’ah, pasar modal
syari’ah, leasing syari’ah, pegadaian syari’ah serta instrument bisnis lainnya dengan tetap menggunakan akad-akad yang dibenarkan oleh
syari’ah islam. Ketika asuransi syari’ah melakukan investasi secara direct
34
Darmawi, Manajemen Asuransi, h. 89
“langsung’ sesuai persentase yang dibenarkan undang-undang atau peraturan pemerintah, maka itupun harus menggunakan sistem bagi hasil
atau sistem lainnya yang ada dalam akad perniagaan yang islami.
35
Yang dimaksud sistem lainnya yaitu sistem yang sesuai dengan SK DJLK
mengenai jenis-jenis investasi bagi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan sistem :
1. Deposito dan sertifikat deposito syari’ah
2. Sertifikat wadi’ah Bank Indonesia
3. Saham syari’ah yang tercatat di bursa efek
4. Obligasi syari’ah yang tercatat di bursa efek
5. Surat berharga syari’ah yang diterbitkan atau dijamin pemerintah
6. Penyertaan langsung syari’ah
7. Unit penyertaan reksadana syari’ah
8. Bangunan atau tanah dengan bangunan untuk investasi
9. Pembiayaan kepemilikan tanah atau bangunan, kendaraan bermotor,
dan bagi modal dengan skema murabahah 10.
pembayaran modal kerja dengan skema mudharabah 11.
pinjaman polis
36
Pembebanan biaya oprasional Loading
35
Sula, Asuransi Syari’ah Konsep dan Sistem Oprasional, h. 306
36
Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam, h. 155
Dalam penghitungan premi dasar net premium biaya-biaya operasional perusahaan asuransi itu dibebankan ke dalam premi. Alokasi
biaya operasional dalam premi disebut loading. Premi dasar yang sudah ditambah dengan loading disebut premi brutto gross premium.
37
Unsur premi pada asuransi syari’ah terdiri dari unsur tabarru’ dan tabungan untuk asuransi jiwa dan unsur tabarru’ saja untuk asuransi
kerugian dan term insurance pada life. Unsur tabarru’ pada asuransi jiwa, perhitungannya didasarkan pada table mortalita tingkat kematian,
yang besarnya tergantung usia dan masa perjanjian. Semakin tinggi usia dan semakin besar pula nilai tabarru’nya. Besarnya premi asuransi jiwa
yang pada asuransi syari’ah terdiri dari premi tabarru’, premi tabungan dan biaya. Sedangkan, besarnya tabarru’ pada asuransi kerugian merujuk
ke rate standar yang dibuat oleh aktuaris perusahaan asuransi. Premi tabarru’ pada asuransi syari’ah disebut juga net premium
karena hanya terdiri dari mortalitas harapan hidup, dan di dalamnya tidak terdapat unsur loading komisi agen, biaya administrasi dan lain-
lain juga tidak termasuk unsur bunga sebagaimana asuransi konvensional.
38
Disinilah keunggulan asuransi syari’ah, karena tidak mengandung unsur bunga, yang telah ditentukan di awal pembutan produk. Misalnya 9
37
Ibid, h. 92
38
Sula, Asuransi Syari’ah Konsep dan Sistem Oprasional, h. 311
. Sehingga, tidak akan terjadi “salah kalkulasi” karena bunga SBI, bunga deposito, atau bunga kredit turun, yang bisa mengakibatkan perusahaan
asuransi merugi, karena selisih antara bunga teknik dan bunga di market sangat tipis, dan tidak cukup untuk menutupi biaya-biaya operasional.
Sementara itu pada asuransi syari’ah, hal ini tidak akan terjadi karena premi pada asuransi syari’ah tidak terdapat unsur bunga. Tetapi, yang
terjadi salah perhitungan bagi hasil, jika menggunakan akad mudharabah di akhir masa perjanjian berdasarkan realitas bisnis yang terjadi.
39
Tinjauan umum tentang polis
1. Pengertian polis
Polis asuransi adalah surat yang dikeluarkan oleh penanggung ataun perusahaan asuransi sebagai bukti bahwa seseorang atau suatu yang
dikelurkan perusahaan atau suatu badan hukum telah menutup pertanggungan dengan perusahaan asuransi.
40
2. Syarat-syarat umum polis asuransi syari’ah
Sesuai dengan peraturan pasal 255 KUHD, asuransi jiwa harus diadakan secara tertulis dengan bentuk akte yang disebut polis asuransi menurut pasal
204 KUHP polis asuransi memuat sebagai berikut: a.
Tanggal diadakan
39
Ibid , h. 312
40
Kansil, Crestine kansil, Pokok-pokok pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,2002, h. 180
Dalam polis harus dicantumkan tanggal diadakan asuransi. Hal ini penting untuk mengetahui kapan asuransi itu dimulai berjalan dan dapat
diketahui pula sejak tanggal itu risiko menjadi beban penanggung. b.
Nama tertanggung Dalam polis harus dicantumkan nama tertanggung sebagai pihak yang
wajib membayar premi dan berhak menerima manfaat, apabila dalam masa asuransi terjadi risiko meninggal atau tertanggung selamat dalam
jangka waktu berlakunya asuransi berakhir. Maka tertanggung berhak menerima sejumlah uang santunan atau manfaat awal dari perusahaan
asuransi. Selain tertanggung, dalam praktik asuransi dikenal ahli waris. Yaitu orang yang berhak menerima sejumlah uang tertentu dari
perusahaan asuransi. Karena ditunjuk oleh tertanggung sebagai ahli waris dan tercantumdalam polis ahli waris berkedudukan sebagai pihak ke tiga
yang berkepentingan. c.
Orang yang jiwanya diasuransikan Objek
asuransi jiwa adalah jiwa dan badan manusia sebagai satu kesatuan jiwa tanpa badan tidak ada artinya. Dan sebaliknya, badan tanpa
jiwa tanpa jiwa tidak ada arti apa-apa bagi asuransi. Jiwa seseorang merupakan objek asuransi yang tidak berwujud yang hanya dapat dikenal
melalui badanya. Orang yang punya badan itu mempunyai nama yang diasuransikan. Baik sebagai pihak tertanggung maupun sebagai pihak
ketiga yang berkepentingan, namanya itu harus tercantum dalam polis asuransi,
d. Saat mulai dan berakhirnya masa pertanggunggan
Saat mulai dan berakhirnya masa pertanggunggan merupakan jangka waktu berlakunya asuransi, artinya dalam jangka waktu itu risiko menjadi
beban perusahaan asuransi. Misalnya: mulai tanggal 12 September 1995 sampai 12 September 2005. apabila dalam jangka waktu itu terjadi risiko,
maka perusahaan asuransi berkewajiban membayar santunan kepada tertanggung atau orang yang ditunjuk sebagai ahli waris.
e. Manfaat awal MA
Manfaat awal adalah sejumlah uang tertentu yang diperjanjikan pada saat diadakan perjanjian asuransi sebagai jumlah santunan yang wajib
dibayar oleh perusahaan asuransi kepada ahli waris dalam hal terjadi risiko atau pengembalian kepada tertanggung sendiri dalam hal ini
berakhirnya jangka waktu asuransi tanpa terjadi risiko. f.
Premi asuransi Premi asuransi adalah sejumlah uang yang wajib dibayar oleh
pemegang polis kepada perusahaan asuransi dan jangka waktu tertentu, biasanya setiap bulan selama asuransi berlangsung. Besarnya jumlah
premi asuransi bergantung pada manfaat awal yang disetujui oleh pemegang polis pada saat diadakan perjanjian asuransi.
41
3. Agar polis diterima dan dibeli peserta
Agar polis dapat diterima dibeli peserta, polis harus memenuhi tiga syarat adalah:
42
a. Polis harus menyediakan benefit yang memenuhi kebutuhan pembeli
b. Premi yang ditetapkan oleh polis harus dalam batas kemampuan keuangan
pembeli c.
Premi yang dibebankan untuk asuransi harus bersaing dengan pasar
Tinjauan umm tentang klaim Pengertian klaim
Menurut Dewan Syari’ah Nasional Majlis Ulama Indonesia, klaim adalah hak nasabah asuransi yang wajib dibayarkan atau diberikan oleh perusahaan
asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad. Klaim adalah suatu pemberian kompensasi keuangan financial
Compensation kepada tertanggung atas kerugan, kerusakan, kehilangan
keuntungan, atau tanggungjawab hukum kepada pihak ke-3 yang telah diderita tertanggung, klaim dilakukan kedua belah pihak yaitu perusahaan
asuransi. Pihak nasabah meminta haknya, dalam hal ini, pembayaran sesuai
41
M. Abdul Khadir, Hukum Asuransi Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002, h. 196
42
Sula, Asuransi Syari’ah Konsep dan Sistem Oprasional, h. 198
dengan yang dijanjikan jika terjadi kerugian financial dan pihak perusahaan asuransi melaksanakan kewajiban untuk membayarkan klaim kepada nasabah
yang mengalami kerugian.
43
Klaim adalah Aplikasi oleh nasabah untuk memperoleh pertanggungan atas kerugian yang tersedia berdasarkan perjanjian. Sedangkan klaim adalah
proses yang mana nasabah asuransi dapat memperoleh hak-hak berdasarkan perjanjian tersebut dihormati sepenuhnya sebagaimana yang seharusnya. Oleh
karena itu, penting bagi pengelolah asuransi syari’ah untuk mengatasi klaim secara efisien.
Pada semua perusahaan asuransi yang berdasarkan konsep takaful, sebenarnya tidak ada alasan untuk memperlambat klaim yang diajukan
tertanggung. Tindakan memperlambat itu tidak boleh dilakukan. Karena klaim adalah suatu proses yang telah diantisipasi sejak awal oleh semua perusahaan
asuransi. Disamping itu, yang lebih penting lagi bahwa klaim adalah hak nasabah asuransi dan dananya diambil dari dana tabarru’.
44
Hak dan kewajiban
a. Hak dan kewajiban tertanggung
Merupakan ketentuan polis bahwa pihak yang mengajukan klaim haruslah mempunyai kepentingan atas barang yang diasuransikan, yang
43
Rasmita Ramli, Manajemen Klaim, Depok: UI, 1999, h. 1
44
Sula, Asuransi Syari’ah Konsep dan Sistem Oprasional, h. 259-260
harus dibuktikan dengan bukti otentik yang merupakan salah satu dari dokumen klaim, antara lain:
Hak tertanggung: 1
Menuntut agar polis ditanda tangani oleh penanggung 2
Menuntut agar polis diserahkan oleh penanggung 3
Meminta ganti rugi kepada penanggung apabila penanggung lalai hingga menimbulkan kepada tertanggung.
4 Meminta ganti rugi kepada penanggung apabila terjadi suatu peristiwa
seperti yang tercantum dalam polis. Kewajiban tertanggung adalah:
1 Bila terjadi kerugian yang dijamin oleh polis, tertanggng segera
memberitahukan kepada penanggung, kemudian mengajukan klaim yang dilengkapi dokumen pendukung klaim.
2 Memberikan keterangan yang benar kepada penanggung mengenai
objek yang diasuransikan. 3
Memberitahukan kepada penanggung bahwa telah terjadi peristiwa yang menimpa objek yang diasuransikan.
b. Hak dan kewajiban penanggung
1 Menuntut pembayaran klaim kepada tertanggung yang berkaitan objek
yang diasuransikan.
2 Membatalkan asuransi jika keterangan yang diberikan tidak benar atau
kurang lengkap dengan kewajiban mengembalikan kepada penanggung polis.
3 Menanda tangani dan menyerahkan polis kepada tertanggung.
45
Prosedur pengajuan klaim
Adapun prosedur pengajuan klaim sebagai berikut:
46
Pemberitahuan klaim Setelah peristiwa yang sekiranya akan membawa tertanggung
menderita kerugian, tertanggung atau wakil segera memberitahukan kepada penanggung, laporan lisan harus dipertegas dengan laporan
tertulis. Bukti klaim kerugian
Nasabah asuransi yang mendapat musibah diminta menyediakan fakta- fakta yang utuh dan bukti-bukti kerugian, baik dengan penyerahan klaim
tertulis dengan melengkapi lembaran kalim maupun dokumen yang mendukung.
Penyelidikan Setelah laporan dilampirkan dengan dokumen pendukung diterima
penanggung, dianalisa administrasi. Misalnya, mengenai premi sudah
45
M. Suparma Sastrawidja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi Dan Surat Berharga, Bandung: Alumni, 1997, h. 21
46
Sula, Asuransi Syari’ah Konsep dan Sistem Oprasional, h. 261-262
dibayar atau belum. Kemudian survay ke lapangan atau menunjukan independen adjuster
, jika hal itu diperlukan. Jika klaim ditolak, penanggung akan segera menyampaikan surat
penolakan atas klaim yang diajukan tertanggung. Dan sebaliknya, jika klaim secara teknis dijamin polis, penanggung akan segera menghubungi
tertanggung mengenai kesepakatan bentuk dan nilai pengantian yang akan diberikan kepada tertanggung. Semua respondensi akan dilakukan secara
tertulis antara penanggung dengan tertanggung.
Penyelesaian Setelah terjadinya kesepakatan mengenai jumlah penggantian sesuai
peraturan perundangan yang berlaku, diisyaratkan bahwa pembayaran klaim tidak boleh lebih dari 30 hari sejak terjadi kesepakatan.
BAB III GAMBARAN UMUM PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA