BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Laporan keuangan adalah salah satu sumber informasi penting yang dapat digunakan oleh pihak-pihak pengguna laporan dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga bertujuan untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas. Laporan keuangan
akan mencerminkan kinerja dari perusahaan dan nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Dengan demikian, perusahaan akan
memberikan laporan tahunan yang dapat memberikan informasi yang relevan tentang kinerja perusahaan yang dapat berdampak terhadap harga saham yang
diperdagangkan Ball dan Brown dalam Mukhlasin, 2002. Sehingga laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan akan mencerminkan nilai perusahaan
di mana para investor akan sangat berkepentingan dengan laporan tersebut, khususnya Neraca dan Laba-Rugi.
Agar laporan keuangan yang dihadirkan oleh perusahaan bisa digunakan secara cepat dan tepat oleh pemakainya, maka laporan itu harus
disusun sesuai dengan standar yang ada. Di Indonesia standar yang digunakan adalah Standar Akuntansi Keuangan SAK.
Di antara beberapa alternatif penilaian laporan keuangan, metode akuntansi persediaan secara signifikan akan mempengaruhi laporan keuangan
terutama laporan laba-rugi perusahaan. Laporan laba-rugi merupakan salah
satu informasi fundamental yang diperlukan investor dalam menganalisis kinerja perusahaan. Dengan perbedaan metode penilaian persediaan akan
menyebabkan perbedaan laba-rugi pada perusahaan. Metode penilaian persediaan dapat dilakukan dengan 4 cara, yaitu metode FIFO First In First
Out, LIFO Last In First Out, identifikasi khusus, dan metode rata-rata Weight Averege.
Dalam Standar Akuntansi Keuangan pengertian persediaan adalah aktiva: a tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, b dalam
proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau c dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan supplies untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang mempunyai nilai yang cukup besar dan merupakan asset yang sangat penting baik dalam
jumlah maupun peranannya dalam kegiatan dari banyak perusahaan. Cushing dan LeClere dalam Mukhlasin, 2002 mendapatkan bahwa
20 dari total asset adalah merupakan persediaan. Sementara data dari Bursa Efek Jakarta BEJ atau saat ini bernama Bursa Efek Indonesia BEI untuk
tahun 1995 sampai dengan 1999 memperlihatkan bahwa rata-rata nilai persediaan akhir dibanding dengan total asset antara 16 sampai dengan 20.
Hal yang menjadi permasalahan adalah bagaimana melaporkan nilai persediaan akhir dalam neraca dan pengaruhnya dalam laba rugi serta pajak
yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Pemilihan metode akuntansi persediaan di Indonesia telah dikeluarkan
dan dibentuk oleh Ikatan Akuntansi Indonesia IAI, 2002 dan SAK No. 14
yang menyatakan bahwa untuk pemilihan metode akuntansi persediaan diberlakukan tiga metode akuntansi persediaan, yaitu: First In First Out
FIFO, Last In First Out LIFO, dan rata-rata tertimbang Weight Averege. Sedangkan Undang-undang perpajakan Indonesia tentang pajak penghasilan
nomor 17 tahun 2002 pasal 10 ayat 6 hanya mengakui dua metode yaitu metode FIFO dan Weight Average rata-rata.
Permasalahan akan timbul pada saat terjadi perubahan harga inflasi. Dengan menggunakan metode FIFO perusahaan akan menghasilkan laba yang
tinggi sehingga manajemen akan menggunakan atau menerapkan metode yang akan menghasilkan laba yang lebih rendah yaitu metode LIFO Lee dan Hsieh
dalam Mukhlasin, 2002. Perbedaan ini menyebabkan manajer akan menerapkan metode yang dapat menghasilkan laba yang relatif rata dan
melaporkan nilai yang sesungguhnya. Di Indonesia yang mengakui 2 metode persediaan, untuk menghasilkan laba yang lebih kecil perusahaan akan
menggunakan metode rata-rata dibandingkan metode FIFO, karena dengan menggunakan metode rata-rata perusahaan akan menggabungkan seluruh
price inflow Anthony et, al., 2000.
Metode akuntansi FIFO dan rata-rata walaupun tidak kontradiktif, tetap menggambarkan karakteristik Increasing Income dan Decreasing Income.
Decreasing Income digambarkan oleh metode rata-rata. Sedangkan Increasing Income digambarkan oleh metode FIFO. Perbedaan antara metode FIFO dan
metode rata-rata memang tidak mencolok, namun demikian karena pada
pertengahan tahun 1997 terjadi krisis yang mengakibatkan inflasi besar, maka metode FIFO dan metode rata-rata perbedaannya menjadi lebih besar.
Dalam kondisi inflasi, metode FIFO menghasilkan nilai persediaan akhir yang tinggi dan harga pokok penjualan yang rendah. Hal ini
mengakibatkan laba bersih menjadi tinggi. Sebaliknya dengan metode LIFO akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah dan harga penjualan
yang tinggi. Dimana hal ini akan menghasilkan laba bersih menjadi rendah. Sementara metode rata-rata akan menghasilkan nilai yang berada di antara
nilai dari kedua metode. Pemilihan metode akuntansi untuk persediaan merupakan keputusan
yang memerlukan banyak pertimbangan Cushing dan LeClere, dalam Mukhlasin, 2002. Hal ini disebabkan karena salah satu tujuan perusahaan
dalam memilih metode akuntansi adalah untuk keinginan para investor dalam kaitannya dengan market value perusahaan, sehingga dalam memilih metode
akuntansi tersebut selayaknya berdampak pada tingkat return yang diharapkan oleh investor Dhalival et. al dalam Mukhlasin, 2002.
Topik ini menarik untuk dikaji karena implikasi yang diakibatkannya. Menurut Watts dan Zimmerman dalam Gunawan, 2006 perilaku pemilihan
metode akuntansi dalam perspektif teori akuntansi positif terdiri dari tiga hipotesis, yaitu:
1. Hipotesis rencana bonus Bonus plan hypotesis 2. Jaminan hutang Debt – Covenant hypotesis
3. Hipotesis biaya politis The political hypotesis
Pilihan atas metode akuntansi persediaan akan berpengaruh terhadap besaran laba bersih, sehingga berkaitan erat dengan ketiga hipotesis tersebut
Gunawan, 2006. Penelitian yang telah dilakukan oleh Gunawan 2006 tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan antara metode FIFO dan rata-rata pada perusahaan industri dan industri barang
konsumsi menghasilkan bahwa ukuran perusahaan, financial leverage dan profitabilitas signifikan berbeda antara metode FIFO dengan metode rata-rata.
Penelitian lainnya yang meneliti tentang pengaruh penerapan metode akuntansi persediaan terhadap market value perusahaan pada emiten di Bursa
Efek Jakarta, yang dilakukan oleh Nur Annisa et. al 2003 menemukan bukti bahwa metode akuntansi persediaan rata-rata pada neraca lebih berpengaruh
terhadap market value perusahaan dibandingkan dengan metode akuntansi persediaan FIFO.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan, financial leverage, variabilitas
persediaan, variabilitas harga pokok penjualan dan rasio lancar serta intensitas persediaan
terhadap pemilihan akuntansi persediaan antara metode FIFO dan rata-rata
dalam penelitian
yang berjudul
“Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sri Rejeki Metallia 2007.
Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu:
1. Penambahan variabel yang digunakan Pada penelitian ini variabel independen yang digunakan yaitu ukuran
perusahaan, variabilitas persediaan, financial leverage, rasio lancar, variabilitas harga pokok penjualan dan intensitas persediaan. Variabel
dependen yang digunakan yaitu pemilihan metode akuntansi persediaan antara FIFO dan rata-rata. Sedangkan pada penelitian sebelumnya,
variabel independen yang digunakan yaitu struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, rasio perputaran persediaan.
2. Perbedaan sampel yang digunakan Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur
yang ada di Bursa Efek Indonesia BEI. Sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan sampel perusahaan aneka industri dan industri
barang konsumsi. 3. Periodesasi penelitian
Periode yang digunakan pada penelitian ini adalah data dari tahun 2004- 2007. Sedangkan penelitian sebelumnya data yang digunakan adalah
tahun 2000 sampai dengan 2004.
B. Perumusan Masalah