E. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Berkaitan dengan tema diatas maka terdapat dua variabel penelitian, yaitu:
1. Variabel Dependen
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan sebagai variabel dependen adalah metode akuntansi persediaan. variabel dependen ini
merupakan variabel dummy, dimana ada dua pilihan yaitu metode FIFO dan rata-rata.
2. Variabel Independen
Variabel bebas merupakan tipe variabel yang mempengaruhi variabel yang lain. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel
independen dibagi menjadi 6 yang terdiri sebagai berikut: a. Ukuran Perusahaan
Variabel ini diukur dengan total penjualan bersih selama 4 tahun Abdullah, 2004.
Ukuran perusahaan = 4
bersih penjualan
b. Financial Leverage Financial Leverage
diukur dengan cara membagi hutang jangka panjang dengan equity Abdullah, 2004.
Financial leverage = equity
panjang jangka
hutang
c. Variabilitas Persediaan Varibel ini diukur dari koefesien variasi persediaan. Koefesien
variasi diperoleh dengan membagi standar deviasi persediaan dengan rata-rata persediaan. Standar deviasi dihitung dari standar deviasi
persediaan selama 4 tahun Abdullah, 2004. Variabilitas persediaan =
persediaan rata
persediaan deviasi
standar
d. Rasio Lancar Rasio keuangan ini dihitung dengan cara membagi aktiva
lancar dengan hutang lancar Abdullah, 2004. Rasio lancar =
lancar hutang
lancar aktiva
e. Intensitas Persediaan Intensitas persediaan diukur berdasarkan inventory turn over
yang didapat dari cost of good sold dibagi dengan weight average inventory
Mukhlasin, 2002. Intensitas persediaan =
inventory average
COGS
f. Variabilitas Harga Pokok Penjualan Variabel ini dihitung berdasarkan koefisien harga pokok
penjualan yang didapat dari standar deviasi harga pokok penjualan dibagi dengan rata-rata harga pokok penjualan selama 4 tahun
Mukhlasin, 2002.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Gambaran Objek Penelitian
Bursa efek Jakarta BEJ pada tanggal 13 juli 1992 diswastakan dan menjalankan pasar saham di Indonesia, sebuah pertumbuhan baru setelah
terhenti sejak didirikan pada awal abad ke-19. Bursa efek pertama Indonesia didirikan pada tahun 1912 dengan bantuan pemerintah Belanda di Batavia
yang pada saat itu sebagai pusat pemerintahan dari Belanda, yang sekarang
dikenal dengan nama Jakarta.
Pada masa perang dunia pertama Bursa Batavia sempat ditutup dan kemudian dibuka kembali pada tahun 1925. Selain Bursa Batavia, pemerintah
juga mengoperasikan bursa pararel di kota Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa saham ini dihentikan ketika terjadi pendudukan oleh tentara
Jepang di Batavia. Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memploklamirkan kemerdekaan, bursa saham dibuka kembali dijakarta
dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Kegiatan bursa saham
kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisasi
pada tahun 1956.
Tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan Pengelola Pasar Modal BAPEPAM, institusi baru dibawah