Analisis Data Managemen Data

25 4.3 Uji Hipotesis ASI dengan Frekuensi Rinitis Tabel 4.3 Analisa Silang Sebaran Data ASI dengan Frekuensi Rinitis ASI Rinitis Total P Sering Jarang Jumlah 0,005 ASI eksklusif 2 3,5 55 96,5 57 62,6 ASI noneksklusif 8 23,5 26 76,5 34 37,4 Total 10 27 81 173 91 100 Dari tabel 4.3, didapatkan bahwa frekuensi rinitis lebih jarang terjadi pada kelompok ASI eksklusif yaitu sebesar 96,5 dibandingkan ASI non eksklusif. Hasil tersebut juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan di Semarang oleh Abbas tahun 2011, bahwa frekuensi infeksi saluran pernapasan akut lebih jarang terjadi pada kelompok ASI eksklusif yaitu sebesar 52,9 dibandingkan ASI non eksklusif. Pada bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif, frekuensi kejadian infeksi saluran pernapasan akut lebih sering sebesar 40,8 dibandingkan ASI eksklusif. 27 Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah menunjukan bahwa infeksi saluran pernapasan akut 63,3 terjadi pada bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif, sedangkan bayi mendapat ASI eksklusif terserang infeksi saluran pernapasan akut sebesar 23,5. Simpulan pada penelitian tersebut, pemberian ASI memberikan efek protektif 39,8 terhadap infeksi saluran pernapasan akut. 28 Hasil uji Fisher pada penelitian ini, didapatkan nilai p=0.005, yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian rinitis dengan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-12 bulan di RS Syarif Hidayatullah. 29 Penelitian dengan hasil yang sama yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yatmihatun di Yogyakarta tahun 2008, menunjukkan bahwa ada pengaruh yang bermakna antara bayi yang diberi ASI eksklusif dengan non eksklusif. Kejadian infeksi saluran pernapasan akut pada bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif selama 6 bulan ditemukan lebih sedikit daripada bayi yang diberikan ASI noneksklusif ρ0,05. Bayi yang diberi ASI eksklusif 27,3 yang mengalami infeksi saluran pernapasan akut dan 72,7 tidak mengalami saluran pernapasan akut. 30 Penelitian lain yaitu penelitian yang dilakukan di Kabupaten Konawe oleh Utomo tahun 2009, menunjukkan prevalensi infeksi saluran pernapasan akut 1,84 26 kali lebih banyak pada anak yang riwayat pemberian ASI tidak eksklusif dibandingkan anak yang diberi ASI secara eksklusif. 31 Secara teoritis dijelaskan bahwa kandungan imunologik yang terdapat pada ASI berupa sIgA dapat membuat kerentanan terhadap infeksi berkurang. Hal ini sangat membantu terutama saat awal kehidupan, imunitas bayi masih belum terbentuk dengan sempurna. IgA merupakan salah satu sistem imunitas mukosa. Antibodi tersebut dapat mengikat antigen mikroorganisme penyebab rinitis seperti virus, sehingga tidak dapat berikatan dengan reseptor spesifik di epitel yaitu ICAM-1. 32 ASI juga mengandung faktor protektif lain seperti oligosakarida dan laktoferin. Oligosakarida berfungsi berikatan dengan reseptor spesifik di mukosa sehingga menghambat perlekatan bakteri patogen pada mukosa. Laktoferin juga mempunyai beberapa fungsi yaitu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif maupun gram negatif dengan cara berikatan dengan zat besi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, menghambat virus berikatan dengan reseptor spesifik di sel target, memodulasi aktivasi komplemen, dan menstimulasi sel Natural Killer NK. Komplemen mempunyai sifat opsonisasi sehingga memudahkan fagosit mikroorganisme pada mukosa. 32 Selain karena kompisisi ASI yang membuat lebih tahan terhadap infeksi, ASI keluar langsung dari payudara sehingga tidak terkontaminasi oleh air dan botol tercemar seperti pada pemberian susu formula yang dapat meningkatkan risiko terkena infeksi. Sehingga pada bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan lebih jarang mengalami infeksi seperti rinitis. 21