6
2.4 Gejala dan Komplikasi Rinitis
Gejala rinitis yaitu pilek, bersin, hidung tersumbat, dan iritasi tenggorokan. Rata-rata lama gejala berlangsung sekitar 7-14 hari. Gejala yang sering ditemukan
pada 3 hari pertama yaitu sekret hidung yang encer dan bening. Sekret akan berubah menjadi lebih kental dan purulen bila terjadi infeksi sekunder bakteri,
yang berhubungan dengan adanya aktivitas sel polimorfonuklear PMN. Gejala lain berupa nyeri tenggorokan, rewel, penurunan nafsu makan, dan gangguan
tidur. Pemeriksaan fisik tidak ada tanda khas, tetapi dapat dijumpai eritema dan edema mukosa hidung.
1,11
Rinitis bisa menimbulkan komplikasi karena infeksi primer maupun sekunder oleh bakteri yaitu :
Otitis Media Merupakan komplikasi tersering pada anak. Infeksi telinga tengah otitis
media didiagnosis pada 30 sampai 35 anak dengan penyakit saluran pernapasan akut. Pada anak memiliki tuba eustachius lebih pendek, lebih
lebar, dan lebih horizontal daripada orang dewasa. Panjang tuba eustachius orang dewasa 37,5 mm dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.
Infeksi pada saluran pernapasan bisa menyebabkan disfungsi tuba eustachius, sehingga infeksi bisa menyebar ke telinga tengah dan tekanan
telinga tengah menjadi abnormal yang akan menimbulkan otitis media.
10,11
Rinosinusitis Komplikasi ini terjadi pada 6 sampai 13 anak. Perlu dicurigai adanya
infeksi sekunder bakteri pada sinus paranasalis apabila gejala nasal menetap sampai lebih dari 10-14 hari.
11
Infeksi pada saluran pernapasan bawah Terkenanya saluran pernapasan bawah terjadi pada 5 sampai 30 infeksi
saluran pernapasan. Pneumonia adalah komplikasi yang sering didapatkan. Terjadi bisa karena infeksi sekunder oleh bakteri ataupun penyebaran
infeksi primer oleh virus.
10,11
7
2.5 ASI dan Komposisinya
ASI mempunyai nilai nutrisi yang unggul. Komposisi nutrien yang terdapat di dalam ASI sangat tepat dan ideal untuk tumbuh kembang anak. ASI eksklusif
yaitu pemberian ASI tanpa disertai makanan dan minuman tambahan lain sampai usia 6 bulan. ASI non eksklusif yaitu pemberian ASI disertai makanan atau
minuman tambahan lain sebelum usia 6 bulan. Menurut WHO, bayi dianjurkan untuk diberikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan. Setelah 6 bulan pertama, ASI
tetap di lanjutkan disertai dengan pemberian makanan pendamping untuk melengkapi nutrisi ASI sampai bayi berusia 2 tahun.
3,12
Tahapan sekresi ASI diawali dengan pengeluaran kolostrum pada saat lahir. Kolostrum adalah cairan kekuningan yang disekresi hingga hari ke 4.
Mengandung lebih sedikit laktosa, lemak, dan vitamin-vitamin yang larut air dibandingkan dengan ASI matur, namun lebih banyak mengandung protein dan
vitamin-vitamin yang larut lemak. Kandungan zat-zat imunologik dalam kolostrum 10 sampai 17 kali lebih banyak dibandingkan ASI matur.
13
ASI transisi atau peralihan yaitu ASI yang keluar setelah kolostrum setelah hari ke 4 sampai dengan hari ke 14. Kadar protein semakin turun, tetapi kadar
laktosa dan lemak meningkat. Volume ASI juga semakin meningkat. ASI matur keluar setelah hari ke 14 sampai seterusnya. Kandungan dari setiap tahapan
berguna untuk bayi baru lahir, terutama upaya adaptasi fisiologis terhadap kehidupan di luar kandungan. Semakin matang ASI, konsentrasi immunoglobulin
total, protein, dan vitamin yang larut di dalam lemak menurun, sedangkan laktosa, lemak, kalori, dan vitamin yang larut dalam air meningkat.
13,14
ASI mengandung makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien pada ASI berupa lemak, karbohidrat, dan protein. Mikronutriennya yaitu vitamin dan
mineral. ASI juga mengandung sebanyak 87,5 air, sehingga bayi tidak perlu lagi mendapatkan tambahan air.
14
Karbohidrat Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI. Kadar laktosa pada ASI dua
kali lipat dibandingkan laktosa yang terdapat pada susu sapi. Sebagian laktosa akan difermentasi oleh flora usus di usus besar yaitu lactobacillus.
8
Flora usus tersebut akan menciptakan keadaan asam dalam usus sehingga menekan pertumbuhan kuman patogen. Selain itu laktosa juga akan
dirubah menjadi galaktosa untuk membentuk galaktolipid yang penting dalam perkembangan otak.
17,18
Lemak ASI mengandung lemak yang lebih tinggi dibandingkan susu formula. ASI
banyak mengandung asam lemak esensial yaitu asam linoleat omega 6, asam α linolenat omega 3, serta derivatnya yaitu asam dokosaheksanoik
DHA dan asam arakidonat AA. Asam linoleat omega 6 dan asam α
linolenat omega 3 berperan dalam perkembangan otak bayi. Sedangkan AA dan DHA berperan dalam perkembangan jaringan saraf dan retina
mata. Susu sapi tidak mempunyai komponen tersebut, sehingga pada beberapa susu sapi ditambahkan AA dan DHA, namun tidak sebaik yang
terdapat dalam ASI. Asam lemak jenuh dan tidak jenuh lebih seimbang pada ASI dibandingkan pada susu sapi yang lebih banyak mengandung
asam lemak jenuh.
15
Protein Protein yang terkandung dalam ASI terdapat dalam bentuk whey 70
dan kasein 30. Pada ASI lebih banyak protein whey, yang tahan terhadap asam dan mudah diserap oleh usus bayi. Sedangkan pada susu
sapi lebih banyak kasein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Protein whey pada ASI terutama mengandung alfalaktalbumin, sedangkan protein
whey pada susu sapi adalah betalaktoglobulin. ASI juga mengandung nukleotida yang lebih banyak dibanding susu sapi. Nukleotida ini berperan
dalam meningkatkan penyerapan besi, merangsang pertumbuhan bakteri baik dalam usus, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Asam amino lain
yang terkandung dalam ASI yaitu taurin, tirosin, dan triptofan. Taurin ditemukan dalam ASI dengan konsentrasi yang tinggi, sedangkan susu
sapi dan susu formula lainnya hanya sedikit mengandung taurin. Taurin berperan sebagai neurotransmitter, pengatur aktivitas sel saraf,
menstabilkan dinding sel saraf, dan sebagai antioksidan. Tirosin dan triptofan
juga berperan
dalam pembentukan
neurotransmitter.