40
BAB IV HASIL PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan terhadap siswa-siswi MAN Model Ciwaringin Kabupaten Cirebon pada bulan Agustus tahun 2011. Besar sampel yang
dikumpulkan sebanyak 106 subyek. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap,
dan perilaku remaja tentang abortus provokatus dengan menggunakan alat ukur kuesioner. Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya di MAN Model
Ciwaringin Kabupaten Cirebon. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah divalidasi dimana
dilakukan pengambilan subyek sebanyak 30 responden. Validasi dilakukan dengan menggunakan program iteman untuk pertanyaan pengetahuan dan
program SPSS
®
versi 16.0 untuk pertanyaan sikap dan perilaku. Didapatkan perubahan redaksi sebelum pertanyaan dinyatakan valid pada pertanyaan
pengetahuan nomor 1, 3, 4, dan 6 karena redaksi pada kuesioner sebelumnya kurang dapat dimengerti oleh responden. Adapun pertanyaan sikap dan perilaku
didapatkan hasil yang baik atau valid.
4.1. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini
memiliki keterbatasan-keterbatasan
yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut, antara lain: 1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional atau desain potong
lintang yang hanya menggambarkan variabel yang diteliti, baik independen maupun dependen pada waktu yang sama sehingga tidak bisa melihat adanya
hubungan sebab akibat. 2.
Subyek dalam penelitian ini hanya terdiri dari siswa kelas 3 sehingga kurang mewakili suatu populasi.
3. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pengisian kuesioner tertulis oleh responden. Selama proses pengumpulan data ada
sedikit kendala yang dialami oleh peneliti, yaitu dalam hal perizinan kepada
41 pihak sekolah yang pada awalnya agak dipersulit karena judul penelitian
menyangkut aborsi dan perilaku seksual dianggap tabu. Namun setelah dibicarakan lebih lanjut pada akhirnya peneliti diperbolehkan untuk
mengambil data.
4.2. Data Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, suku, tingkat pendidikan orang tua, pernah atau tidak nya berkomunikasi dengan orang terdekat
mengenai abortus seperti dengan anggota keluarga, teman sebaya maupun guru serta keterpaparan media massa sebagai sumber informasi diduga merupakan
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan, sikap, dan perilaku seseorang.
Namun, dalam penelitian ini tidak dilakukan analisis lebih lanjut mengenai hubungan karakteristik responden dengan pengetahuan, sikap, serta perilaku.
Dalam penelitian ini, hanya dipaparkan mengenai sebaran karakteristik responden sebagai berikut :
Tabel 4.1. Sebaran Responden Berdasarkan Umur Umur tahun
Jumlah Persentase
16 17
18 22
62 22
20,8 58,5
20,8
Total 106
100,0 Tabel 4.1 memperlihatkan sebaran umur dari 106 responden. Sebagian
besar responden yaitu sebanyak 62 responden 58,5 berumur 17 tahun, 22 responden 20,8 berumur 16 tahun, dan 22 responden 20,8 berumur 18
tahun. Belum ada data atau penelitian sebelumnya. Pengaruh umur terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku
bervariasi. Umumnya pada usia muda lebih mudah menerima suatu informasi sebagai penambah pengetahuan.
22
Remaja adalah seorang anak manusia yang berumur 14-21 tahun. Dalam keadaan ini mereka sangat rawan terhadap keadaan apapun, mereka selalu ingin
42 mencoba hal baru tanpa memikirkan akibatnya di masa yang akan datang. Untuk
itu para remaja perlu mendapatkan pendidikan atau bimbingan agar dapat menjadi manusia yang berguna bagi nusa, bangsa masyarakat serta agamanya.
23
Tabel 4.2. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Jumlah Persentase
Laki-laki Perempuan
31 75
29,2 70,8
Total 106
100,0 Tabel 4.2. memperlihatkan sebaran jenis kelamin responden. Dalam
penelitian ini, diketahui sebanyak 75 responden 70,8 adalah perempuan dan 31 responden 29,2 adalah laki-laki. Belum ada data atau penelitian sebelumnya.
Tabel 4.3. Sebaran Responden Berdasarkan Suku budaya Suku
Jumlah Persentase
Sunda Jawa
Batak 94
10 2
88,7 9,4
1,9 Total
106 100,0
Tabel 4.3. memperlihatkan sebaran suku responden. Diketahui sebanyak 94 responden 88,7 adalah berasal dari suku Sunda, 10 responden 9,4
berasal dari suku Jawa dan 2 responden 1,9 berasal dari suku Batak. Tidak ada responden yang berasal dari suku selain yang disebutkan diatas. Belum ada data
atau penelitian sebelumnya. Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku budaya, nilai-nilai yang
terkandung dalam kebudayaan menjadi acuan sikap dan perilaku manusia sebagai makhluk individual
yang tidak terlepas dari kaitannya pada kehidupan masyarakat dengan orientasi kebudayaannya yang khas, sehingga baik pelestarian
maupun pengembangan nilai-nilai budaya merupakan proses yang bermantra individual,
sosial dan cultural sekaligus. Sejalan dengan pengertian tersebut
maka tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat akan terikat oleh kebudayaan yang terlihat wujudnya dalam berbagai pranata yang berfungsi
sebagai mekanisme kontrol bagi tingkah laku manusia.
24
43 Tabel 4.4. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ayah
Tingkat pendidikan
Jumlah Persentase
Rendah Sedang
Tinggi 36
52 18
34,0 49,1
17,0
Total 106
100,0 Tabel 4.4. memperlihatkan sebaran tingkat pendidikan ayah responden.
Diketahui sebanyak 52 ayah responden 49,1 memiliki tingkat pendidikan sedang tamat tidak tamat SMP dan yang sederajat dan tamat tidak tamat SMU
dan yang sederajat, 36 ayah responden 34,0 memiliki tingkat pendidikan rendah tidak pernah sekolah, tamat tidak tamat SD dan yang sederajat dan 18
ayah responden 17,0 memiliki tingkat pendidikan tinggi tamat tidak tamat perguruan tinggi. Belum ada data atau penelitian sebelumnya.
Tabel 4.5. Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu Tingkat pendidikan
Jumlah Persentase
Rendah Sedang
Tinggi 48
50 8
45,3 47,2
7,5 Total
106 100,0
Tabel 4.5. memperlihatkan sebaran tingkat pendidikan ibu responden. Diketahui sebanyak 50 ibu responden 47,2 memiliki tingkat pendidikan
sedang tamat tidak tamat SMP dan yang sederajat dan tamat tidak tamat SMU dan yang sederajat, 48 ibu responden 45,3 memiliki tingkat pendidikan
rendah tidak pernah sekolah, tamat tidak tamat SD dan yang sederajat dan 8 ibu responden 7,5 memiliki tingkat pendidikan tinggi tamat tidak tamat
perguruan tinggi. Belum ada data atau penelitian sebelumnya. Dari data di atas, didapatkan hanya 17 untuk variabel pendidikan ayah
yang mempunyai pendidikan tinggi sedangkan untuk variabel pendidikan ibu hanya 7,5 saja dari keseluruhan data responden. Seseorang dengan pendidikan
tinggi dalam hal ini adalah pendidikan orang tua diharapkan mempunyai pengetahuan, sikap, dan perilaku yang lebih baik bila dibandingkan dengan
seseorang yang tingkat pendidikan
yang lebih rendah. Sehingga dapat
44 mempengaruhi orang disekitar terutama keluarga.
24
Karena itu, diharapkan dengan semakin tinggi nya pendidikan orang
tua akah meningkatkan kualitas pengetahuan, sikap dan perilaku remaja.
Tabel 4.6. Sebaran Responden Berdasarkan Komunikasi Dalam Lingkungan
Partner Komunikasi Jawaban
Jumlah Persentase
Anggota keluarga Pernah
Tidak 4
102 3,8
96,2 Total
106 100,0
Guru Pernah
Tidak 13
93 12,3
87,7 Total
106 100,0
Teman sebaya Pernah
Tidak 49
57 46,2
53,8 Total
106 100,0
Tabel 4.6. memperlihatkan sebaran komunikasidiskusi responden tentang aborsi dengan anggota keluarga, guru maupun teman sebaya. Diketahui
komunikasidiskusi tersering dilakukan dengan teman sebaya yang dinyatakan oleh 49 responden 46,2, 13 responden 12,3 dengan guru, dan 4 responden
3,8 dengan anggota keluarga. Belum ada data atau penelitian sebelumnya. Dari data di atas didapatkan hanya 3,8 dari responden yang pernah
berkomunikasi mengenai
aborsi dengan
anggota keluarganya.
Hal ini
menunjukkan kurang nya peranan orang tua, padahal dalam penelitian Jamaludin 2001 menyatakan bahwa kendala orang tua untuk membicarakam masalah
reproduksi ialah orang tua sering mengeluh harus memulai darimana bahwa ada rasa malu, canggung dan sungkan karena merupakan suatu sifat yang sangat
pribadi. Untuk komunikasi dengan guru hanya 12,3 responden yang menjawab pernah, sedangkan untuk komunikasi dengan teman sebaya cukup banyak yang
menjawab pernah yaitu 46,2 dari seluruh responden. Ketiga hal ini saling berkaitan menyangkut interaksi dalam keseharian remaja. Sesuai dengan
penelitian Suarta 2002 yaitu lemahnya kerjasama antar sektor menjadi hambatan bagi pendidikan kesehatan reproduksi.
26
45 Tabel 4.7. Sebaran Responden Berdasarkan Keterpaparan Media Massa Sebagai
Sumber Informasi tentang Aborsi
Sumber Informasi Jawaban
Jumlah Persentase
Koran Ya
Tidak 37
69 34,9
65,1 Total
106 100,0
Majalah Ya
Tidak 22
84 20,8
79,2 Total
106 100,0
Buku Ya
Tidak 21
85 19,8
80,2 Total
106 100,0
Televisi Ya
Tidak 77
29 72,6
27,4 Total
106 100,0
Radio Ya
Tidak 9
97 8,5
91,5 Total
106 100,0
Internet Ya
Tidak 19
87 17,9
82,1 Total
106 100,0
Tabel 4.7. memperlihatkan sebaran keterpaparan media massa sebagai sumber informasi yang didapatkan responden tentang aborsi. Diketahui sumber
informasi yang terbanyak didapatkan dari televisi yang dinyatakan oleh 77 responden 72,6, 37 responden 34,9 dari koran, 22 responden 20,8 dari
majalah, 21 responden 19,8 dari buku, 19 responden 17,9 dari internet, 9 responden 8,5 mendapatkan sumber informasi dari radio. Dalam penelitian ini,
setiap responden boleh memilih lebih dari satu sumber informasi yang mereka dapatkan tentang aborsi.
Dari data diatas, media massa yang lebih banyak ditemukan responden sebagai sumber informasi adalah televisi yaitu sebanyak 72,6. Sumber informasi
sangat berperan terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang. Materi informasi yang sederhana, metode yang terarah dan diberikan oleh orang
yang berkompeten dalam hal tersebut akan lebih mudah diserap oleh seseorang sehingga akan berpengaruh pula terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku.
24
Menurut Santrock 2002 penyebab persoalan remaja yg sering muncul seperti kenakalan pada remaja diantaranya adalah karena remaja mempunyai
46 identitas negatif seperti harapan-harapan bagi pendidikan yang rendah, komitmen
yang rendah, prestasi yang rendah pada kelas-kelas awal, pengaruh teman sebaya yang tidak dapat ditolak dan mempunyai pengaruh yang berat, kurangnya
pemantauan, dukungan, dan disiplin yang tidak efektif dari orang tua, serta kualitas lingkungan dengan tingginya kejahatan. Serta tidak kalah pentingnya,
yaitu kurangnya keterbukaan dan pendidikan tentang reproduksi sehat serta anggapan remaja bahwa orang tua mereka tidak akan memahami mereka,
menyebabkan semua keingintahuan mereka terhadap seks disembunyikan. Keingintahuan ini malah dibagi dan dicoba-coba dengan teman-teman yang
samasama tidak tahu tentang pendidikan seks dengan dalih kemandirian.
20
4.3 Data Pengetahuan Responden tentang Aborsi