12 abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat
mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi.
2.1.6. Akibat Abortus Provokatus Kriminalis
Secara umum, alasan seseorang melakukan tindakan abortus yang disengaja
adalah tidak
menginginkan kehadiran
bayi yang
akan lahir
berada dalam keluarga. Williams 1995 mengatakan banyak hal yang ditimbulkan akibat perilaku aborsi, seperti:
a. Akibat Abortus Elektif
Resiko relatif
kematian sebagai
akibat abortus,
berlipat dua
kurang lebih setiap penundaan 2 minggu setelah kehamilan 8 minggu, untuk hal tersebut induksi aborsi harus dipertimbangkan dan wanita
yang dipilih sebagai subjek harus wanita primigravida, karena wanita yang
pernah melahirkan
akan memperlihatkan
penurunan resiko
komplikasi pada
kehamilan berikutnya,
data resiko
abortus dapat
disimpulkan sebagai berikut: 1 Fertilitas: resiko terjadinya infeksi panggul yang kecil setelah
pengakhiran pada kehamilan. 2 Aspirasi
vakum: mengakibatkan
peningkatan risiko
pada kehamilan ektopik berikutnya.
3 Kehamilan ektopik:
tidak meningkatkan
insiden jika
pengakhiran pertama dilakukan dengan aspirasi vakum, kecuali pada
wanita yang
sebelumnya menderita
infeksi Chlamydia
trachomatis atau
pada wanita
yang mengalami
infeksi post-
abortus. 4 Abortus elektif multipel: dapat meningkatkan resiko kehamilan
berikutnya. Pada
tindakan ini
berakibat ke
arah insiden
persalinan prematur dan persalinan bayi berat badan rendah. 5 Plasenta previa: meningkatnya insiden setelah tindakan abortus
elektif.
13 6 Abortus yang diinduksi pada kehamilan mid-trimester. Hal ini
akan mengandung
resiko kehamilan
berikutnya apabila
digunakan tehnik injeksi. 7 Risiko kesehatan mental
Gejala ini dikenal dengan Post Abortion Syndrome Sindrom Paska
Aborsi berdasarkan
Psychological Reactions
Reported After Abortion, gejala tersebut seperti kehilangan harga diri,
berteriak histeris,
mimpi berkali-kali
mengenai bayi,
ingin melakukan
bunuh diri,
mencoba menggunakan
obat-obatan terlarang,
tidak bisa
lagi menikmati
hubungan seksual
serta dipenuhi rasa bersalah.
9
a. Akibat Abortus Septik
Komplikasi serius pada tindakan abortus paling sering, hal ini
dapat berakibat
pada perdarahan
yang berat,
sepsis, syok
bakterialis dan gagal ginjal akut, semuanya juga pernah terjadi pada aborsi yang legal namun dengan frekuensi yang jauh lebih
rendah.
9
2.1.7. Alasan untuk melakukan tindakan Abortus Provokatus 2.1.7.1. Abortus Provocatus Therapeuticus Medisinalis
Abortus yang mengancam threatened abortion disertai dengan perdarahan yang terus menerus, atau jika janin telah meninggal missed
abortion.
Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.
Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk
penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti kanker payudara.
Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
14
Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis,
tuberkulosis paru aktif, toksemia gravidarum yang berat.
Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai komplikasi vaskuler, hipertiroid, dan lain-lain.
Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.
Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus
dikonsultasikan dengan psikiater.
2.1.7.2. Abortus Provocatus Kriminalis
Berdasarkan laporan Tim Studi Kedokteran FSI-SMFKUI 13 oktober
2001, alasan
seseorang melakukan
tindakan abortus
provocatus adalah: 1. Hamil diluar nikah
Kehamilan yang terjadi berada diluar nikah banyak terjadi oleh para remaja dimana terjadi hubungan seksual sebelum menikah,
akibat hubungan tersebut terjadi kehamilan yang tidak diinginkan oleh
para remaja,
maka salah
satu pencegahan
kehamilan dilakukan dengan sistem abortus provocatus.
2. Pernikahan yang tidak kokoh seperti yang diharapkan Hubungan
rumah tangga
yang tidak
harmonis antara
pasangan suami
isteri yang
berjalan sebagaimana
yang diharapkan
terjadi kehamilan, maka untuk mencegah hal tersebut dilakukan abortus
provocatus. 3. Telah cukup anak dan tidak mungkin membesarkan seorang anak
lagi Jumlah anak
yang dilahirkan dirasa
cukup dan
kehadiran anak
yang baru dirasa oleh keluarga tidak mampu lagi membesarkannya,
15 maka
untuk pencegahan
kelahiran anak
yang baru
dilakukan abortus provocatus.
4. Janin mempunyai efek yang berat Janin yang berada dalam kandungan ibu hamil mempunyai efek
yang tidak
baik seperti
mempunyai penyakit
atau akan
mempengaruhi kelangsungan hidup ibu yang hamil sehingga bayi yang berada dalam kandungan harus dilakukan abortus provocatus.
5. Ayah dari anak yang dikandung bukan suami yang syah Anak
yang berada
dalam kandungan
berasal bukan
dari janin
suami yang syah, hal ini dapat diakibatkan oleh pergaulan seksual yang berhubungan dengan lebih dari satu laki-laki, akibatnya janin
yang berada
dalam kandungan
harus di
lakukan abortus
provocatus. 6. Korban perkosaan
Terjadinya kehamilan
dilakukan dengan
perkosaan sehingga
kehamilan akan
mendatangkan aib
bagi keluarga,
untuk pencegahan
adanya anak
dari perkosaan
dilakukan abortus
provocatus. 7. Ibu menderita penyakit berat
Ibu yang
hamil berada
dalam kondisi
penyakitan, sehingga
kehamilan yang terjadi tidak mungkin untuk dilanjutkan. Akibat terjadinya
kehamilan akan
mengakibatkan kematian
ibu,langkah pencegahan
kehamilan tersebut
dilakukan dengan
abortus provocatus.
2.2 Aspek Hukum dan Medikolegal Abortus Provocatus