Tabel 4.5 : Pertumbuhan Sektor Ekonomi Kota Langsa Tahun 2002 – 2007 persen
T a h u n No
Lapangan Usaha 2002
2003 2004
2005 2006 2007
1 Pertanian 1,20
1,74 2,23
2,86 0,82 1,56 2
Pertambangan Penggalian 3,46
3,49 2,64
3,86 3,33
3,15 3 Industri
Pengolahan
-2,39
1,44 2,22
3,26 4,49 2,52 4
Listrik dan Air Minum 4,36
4,02 5,19
1,86 2,14
2,90 5 Bangunan
Konstruksi 2,85
3,25 4,61
5,22 4,34 3,53 6
Perdagangan, Hotel Restoran
4,08 4,15
5,19 5,58 4,31 4,16
7 Pengangkutan Komunikasi
3,61 4,12
4,58 3,79
8,61 3,96
8 Keuangan, persewaan dan
Jasa Perusahaan 6,47
8,17 8,03
6,51 4,28 7,52 9
Jasa – Jasa 1,59
1,98 2,88
3,52 2,89
2,24
Produk Domestik Regional Bruto 1,65
2,85 3,69
4,17 3,92
3,51
Sumber: BAPPEDA Kota Langsa, 2007
4.1.4. Struktur Ekonomi
Sebagai daerah yang melingkupi wilayah perkotaan, aktivitas ekonomi masyarakat di kota ini lebih banyak pada sektor tersier, selanjutnya disusul sektor
sekunder dan primer. Konstribusi sektor tersier dengan andalan lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran, serta jasa-jasa mengalami kenaikan yang sangat
signifikan berdasarkan harga berlaku selama tahun 2002 – 2007. Pada tahun 2007,
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
sektor tersier menyumbang 55,57 persen, naik dibanding tahun 2002 yang sebesar 52,42 persen.
Sektor sekunder dengan andalan lapangan usaha industri pengolahan juga dominan konstribusinya dalam struktur ekonomi Kota Langsa, kendatipun terlihat
mengalami penurunan. Pada tahun 2002 konstribusi sektor sekunder masih mencapai 31,83 persen, dan pada tahun 2007 turun menjadi 29,48 persen. Penurunan ini
disebabkan oleh berkurangnya aktivitas ekonomi pada lapangan usaha industri pengolahan selama tahun 2002 – 2007. Namun demikian, sejalan dengan pulihnya
kondisi keamanan di daerah, khususnya pasca penandatanganan MoU Helsinki, diharapkan aktivitas pada lapangan usaha industri pengolahan di daerah ini dapat
berkembang lagi sehingga sumbangan nilai tambahnya meningkat kembali. Ini terlihat pada tahun 2007, di mana sumbangan sektor ini mulai meningkat lagi menjadi
29,48 persen. Peran sektor primer dengan andalannya pertanian terlihat juga kian
menurun. Konstribusi sektor primer pada tahun 2002 masih sebesar 15,75 persen kemudian pada tahun 2006 mengalami sedikit penurunan menjadi 15,13 persen, dan
pada tahun 2007 menurun lagi menjadi 14,95 persen. Ini menandakan bahwa struktur perekonomian Kota Langsa semakin bergeser dari pertanian ke industri dan jasa-jasa.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini:
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Zulfan: Dampak Pengembangan Kawasan Pelabuhan Kuala Langsa Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar, 2008. USU e-Repository © 2008
Dari tabel di atas juga dapat diuraikan bahwa konstribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran terhadap PDRB ADHB Kota Langsa berkisar antara 25,03 persen
hingga 25,68 persen tahun 2002 – 2007. Disusul oleh sektor industri pengolahan sebesar 22,56 persen. Namun konstribusinya menurun menjadi sebesar 20,16 persen
terhadap PDRB tahun 2007. Demikian juga sektor jasa-jasa masih cukup besar konstribusinya terhadap PDRB relatif menonjol, yaitu antara 17,08 persen hingga
17,64 persen. Adapun sektor-sektor lain relatif kecil sumbangannya, seperti sektor listrik dan air minum yang hanya memberikan kontribusi selama tahun 2002-2006
antara 0,45-0,47 persen. Begitu juga halnya dengan sektor pertambangan dan penggalian, hanya memberikan kontribusi antara 0,39 sampai 0,41 persen terhadap
PDRB selama tahun 2002-2007. Sektor Tersier sub pengangkutan dan komunikasi menunjukan kenaikan dari 7,41 menjadi 7,78 persen.
4.2. Karakteristik Responden Penelitian