Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat Wortel Sebagai Sumber Antioksidan Alami Untuk Mencegah Katarak Di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG MANFAAT WORTEL SEBAGAI

SUMBER ANTIOKSIDAN ALAMI UNTUK MENCEGAH KATARAK DI KELURAHAN TANJUNG SARI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

TAHUN 2010

OLEH:

SITI MAHRENI INSANI LUBIS 070100003

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG MANFAAT WORTEL SEBAGAI

SUMBER ANTIOKSIDAN ALAMI UNTUK MENCEGAH KATARAK DI KELURAHAN TANJUNG SARI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

TAHUN 2010 KARYA TULIS ILMIAH

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

OLEH:

SITI MAHRENI INSANI LUBIS 070100003

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG MANFAAT WORTEL SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN ALAMI UNTUK MENCEGAH KATARAK DI KELURAHAN TANJUNG SARI KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2010

NAMA : SITI MAHRENI INSANI LUBIS NIM : 070100003

Pembimbing Penguji I

(dr. Simon Marpaung, M.Kes)

NIP. 194512171969021001 NIP. 197604202003122002

Penguji II

(dr. Yunilda Andriyani, MKT)

NIP. 197906032003122001 Medan, 15 Desember 2010

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH) NIP 195402201980111001


(4)

ABSTRAK

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali fungsinya dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas. Salah satu antioksidan alami yaitu wortel. Beta karoten, lutein dan zeaxantin ditemukan di wortel yang bertindak sebagai antioksidan yang dapat mengurangi kerusakan akibat radikal bebas di mata dan dapat mencegah terjadinya katarak atau mengontrol terjadinya proses katarak. Bila lensa mata kehilangan sifat beningnya atau kejernihannya maka penglihatan akan menjadi berkabut atau tidak dapat melihat sama sekali.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat wortel sebagai sumber antioksidan alami untuk mencegah katarak di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010. Desain penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sample 95 responden yang diambil dengan teknik

consecutive sampling. Kuesioner dikembangkan dengan mengacu pada tinjauan

pustaka yang terdiri dari data demografi dan pengetahuan masyarakat tentang antioksidan.

Berdasarkan hasil penelitian dari 95 responden berusia 40 tahun sebanyak 19 orang (20 %). Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan adalah sebanyak 77 orang (81,1 %). Rata-rata responden berpendidikan SMA sebanyak 42 orang (44,2%). Sumber informasi tentang wortel sebagai antioksidan paling banyak di dapat dari media elektronik yaitu sebanyak 48 orang (50,5 %). Sebanyak 55 orang (57,9 %) tingkat pengetahuan masyarakat adalah baik.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat wortel sebagai sumber antioksidan alami untuk mencegah katarak adalah baik. Karena pada umumnya masyarakat sudah sering mendapatkan informasi tentang antioksidan dari berbagai sumber. Bagi penelitian selanjutnya perlu dinilai sikap dan perilaku.


(5)

ABSTRACT

Antioxidants are compounds that have molecular structures that can provide free electrons - free radical molecules without being disturbed at all functions and can break the chain reaction of free radicals. One of the natural antioxidants are carrots. Beta carotene, lutein and zeaxantin found in carrots acts as an antioxidant that can reduce free radical damage in the eye and can prevent the occurrence of cataracts or control the process of cataract. When the lens loses the properties of nodes or clarity, vision will be foggy or blind.

This study aims to determine the level of public knowledge about benefits of carrots as a source of natural antioxidants to prevent cataracts in Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Year 2010. The design of this study is descriptive with a large sample of 95 respondents who were taken with consecutive sampling technique. The questionnaire developed with reference to the literature review which consisted of demographic data and public knowledge about antioxidants.

Based on research results from 95 respondents aged 40 years as many as 19 people (20 %). The majority of female respondents are as many as 77 people (81,1 %). On average, respondents had high school as many as 42 people (44,2 %). Sources of information about carrots as antioxidants can be of most in the electronic media that is as much as 48 people (50,5%). As 55 people (57,9%) level of public knowledge is good.

The conclusion from this research about knowledge level is good. Because in general people are often getting information about antioxidants from various sources. For further research needs to be assessed attitudes and behavior. Keywords: knowledge, carrots, antioxidants, cataract


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan pemilik alam semesta dan ilmu pengetahuan yang ada di dalamnya. Berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.

Laporan hasil penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat Wortel Sebagai Sumber Antioksidan Alami untuk Mencegah Katarak di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010” ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Simon Marpaung, M.Kes, selaku dosen pembimbing penulis. Terima kasih atas segala bimbingan, ilmu, dan waktu yang diluangkan untuk membimbing penulis.

3. dr. Yunilda Andriyani, MKT, selaku dosen penguji proposal dan laporan hasil penelitian serta hasil penelitian, yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan karya tulis ini.

4. Seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, teristimewa kepada dosen dan staf departemen IKK serta staf Medical

Education Unit (MEU).

5. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Pemerintahan Kota Medan dan pegawai Kantor Lurah Tanjung Sari, yang mempermudah penulis dalam pengambilan data penelitian.


(7)

6. Masyarakat Kelurahan Tanjung Sari yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini.

7. Kedua orang tua penulis : Ir. Lahmuddin Lubis, MP dan Marlaini Nasution. Terima kasih tiada tara penulis persembahkan untuk kasih sayang, dukungan, dan doa yang tiada hentinya.

8. Kakak-kakak dan adik penulis : Yusnida, M. Putra Mahmuddin Lubis, M. Rizki Fauzi Lubis, Siti Aida Mahrani Lubis, dan Siti Nurhanizah. Terima kasih untuk dukungan serta doa yang diberikan.

9. Kakak-kakak senior FK USU dan Fakultas Keperawatan : Novi, Yuni, Nina, Eka, Sarah, Robby, dan Jayanti. Terima kasih atas bantuan dalam menyelesaikan penelitian ini.

10.Teman-teman yang telah mendukung dan membantu penulis : Adinda, Amilia DS, Aisyah Ayu, Magdalena, Wika Erzarina, Dara, Ibah, Dea F, Ismail, Suci, Indri ,dan teman-teman stambuk 2007 FK USU, yang tak dapat kulupakan. 11.Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih atas segala

bantuan yang telah diberikan. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian.

Penulis menyadari laporan hasil penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar penulis dapat menjadi lebih baik untuk ke depannya kelak.

Medan, 20 November 2010

Penulis

Siti Mahreni Insani Lubis 070100003


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR SINGKATAN... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Pengetahuan ... 5

2.1.1. Definisi Pengetahuan ... 5

2.1.2. Tingkat Pengetahuan ... 5

2.2. Katarak ... 6

2.2.1. Anatomi dan Fisiologi Lensa Mata ... 6

2.2.2. Definisi ... 7

2.2.3. Etiologi dan Faktor Resiko ... 8

2.2.4. Gejala ... 8

2.2.5. Patogenesis ... 9

2.2.5.1 Konsep Penuaan ... 9

2.2.5.2 Teori Radikal Bebas ... 9

2.2.5.3 Sinar Ultraviolet ... 10

2.2.5.4 Merokok ... 10

2.2.6. Klasifikasi ... 10


(9)

2.3. Antioksidan ... 16

2.3.1. Pengertian ... 16

2.3.2. Klasifikasi ... 17

2.3.3. Mekanisme Kerja Antioksidan ... 20

2.4. Wortel (Daucus carota) ... 21

2.4.1. Pengertian ... 21

2.4.2. Kandungan Gizi ... 21

2.4.3. Manfaat Wortel ... 23

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 25

3.1. Kerangka Konsep ... 25

3.2. Definisi Operasional ... 25

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 28

4.1. Rancangan Penelitian ... 28

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 28

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 28

4.3.1. Populasi Penelitian ... 28

4.3.2. Sampel Penelitian... 29

4.4. Teknik Pengumpulan Data... 30

4.4.1. Data Primer... 30

4.4.2. Data Sekunder... 31

4.5. Etika Penelitian... 31

4.6. Metode Analisa Data... 32

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

5.1. Hasil Penelitian... 33

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 33

5.1.2. Deskripsi Responden Penelitian... 34

5.1.2.1. Usia... 34

5.1.2.2. Jenis Kelamin... 35

5.1.2.3. Pendidikan Terakhir... 35

5.1.3. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Wortel Sebagai Sumber Antioksidan Alami untuk Mencegah Katarak... 36

5.1.3.1. Data Kualitatif.………... 37

5.1.3.2. Sumber Informasi.……….. 37

5.1.3.3. Konsumsi Wortel... 38

5.1.3.4. Data Kuantitatif.………..…….. 39


(10)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN.………. 47

6.1. Kesimpulan... 47

6.2. Saran... 48

6.2.1. Instansi pemerintah... 48

6.2.2. Penelitian Selanjutnya.……… 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1. Anatomi Lensa Mata... 7 Gambar 2.2. Katarak... 10 Gambar 2.3. Mekanisme Kerja Antioksidan Dalam

Menetralkan Radikal Bebas...

16

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 25 Gambar 5.1. Distribusi Sumber Informasi Responden Tentang

Wortel Sebagai Antioksidan...

38 Gambar 5.2. Konsumsi Wortel ... 39 Gambar 5.3. Tingkat Pengetahuan Responden ……... 43


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 2.1. Perbedaan Stadium Katarak Senil... 13 Tabel 2.2. Tanaman Yang Potensial Mengandung Antioksidan

Alami dan Berada di Sekitar Kita...

17

Tabel 2.3. Kandungan Gizi (Nutrisi) Dalam Tiap 100 Gram Umbi Wortel Segar...…...

21 Tabel 3.1. Skor Pertanyaan Pada Kuesioner Pengetahuan... 27 Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas untuk Setiap

Pertanyaan Dalam Kuesioner...

31 Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Ber-dasarkan Usia...

34 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Jenis Kelamin...

35 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Berdasarkan Pendidikan Terakhir...

35 Tabel 5.4.

Data Kualitatif.………... 37 Tabel 5.5.

Pengetahuan Masyarakat Tentang Antioksidan... 40 Tabel 5.6. Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat Wortel

Sebagai Sumber Antioksidan Alami...

40 Tabel 5.7. Pengetahuan Masyarakat Tentang Kandungan Wortel

Yang Dapat Mencegah Katarak...

41 Tabel 5.8. Pengetahuan Masyarakat Tentang Faktor Resiko dan

Proses Terjadinya Katarak...

42 Tabel 5.9. Pengetahuan Masyarakat Tentang Pencegahan

Katarak...


(13)

DAFTAR SINGKATAN Singkatan Keterangan

BHA Butylated Hroxyanisole B.d.d Bagian Dapat Dicerna H2O2 Hidrogen Peroksida

SOD Superoksida Dismutase GSH Glutathione

GSSG Glutathione Teroksidasi

Cu Cupper

Zn Zinc

Se Selenium

Mn Manganese

Fe Ferri

RH Radikal Asam Lemak R* Radikal Lemak ROO* Radikal Peroksida


(14)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Riwayat Hidup Peneliti

2. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian 3. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) 4. Kuesioner

5. Surat Izin Penelitian 6. Data Induk

7. Tabel Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner 8. Hasil Analisis SPSS


(15)

ABSTRAK

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali fungsinya dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas. Salah satu antioksidan alami yaitu wortel. Beta karoten, lutein dan zeaxantin ditemukan di wortel yang bertindak sebagai antioksidan yang dapat mengurangi kerusakan akibat radikal bebas di mata dan dapat mencegah terjadinya katarak atau mengontrol terjadinya proses katarak. Bila lensa mata kehilangan sifat beningnya atau kejernihannya maka penglihatan akan menjadi berkabut atau tidak dapat melihat sama sekali.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat wortel sebagai sumber antioksidan alami untuk mencegah katarak di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010. Desain penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sample 95 responden yang diambil dengan teknik

consecutive sampling. Kuesioner dikembangkan dengan mengacu pada tinjauan

pustaka yang terdiri dari data demografi dan pengetahuan masyarakat tentang antioksidan.

Berdasarkan hasil penelitian dari 95 responden berusia 40 tahun sebanyak 19 orang (20 %). Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan adalah sebanyak 77 orang (81,1 %). Rata-rata responden berpendidikan SMA sebanyak 42 orang (44,2%). Sumber informasi tentang wortel sebagai antioksidan paling banyak di dapat dari media elektronik yaitu sebanyak 48 orang (50,5 %). Sebanyak 55 orang (57,9 %) tingkat pengetahuan masyarakat adalah baik.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat wortel sebagai sumber antioksidan alami untuk mencegah katarak adalah baik. Karena pada umumnya masyarakat sudah sering mendapatkan informasi tentang antioksidan dari berbagai sumber. Bagi penelitian selanjutnya perlu dinilai sikap dan perilaku.


(16)

ABSTRACT

Antioxidants are compounds that have molecular structures that can provide free electrons - free radical molecules without being disturbed at all functions and can break the chain reaction of free radicals. One of the natural antioxidants are carrots. Beta carotene, lutein and zeaxantin found in carrots acts as an antioxidant that can reduce free radical damage in the eye and can prevent the occurrence of cataracts or control the process of cataract. When the lens loses the properties of nodes or clarity, vision will be foggy or blind.

This study aims to determine the level of public knowledge about benefits of carrots as a source of natural antioxidants to prevent cataracts in Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Year 2010. The design of this study is descriptive with a large sample of 95 respondents who were taken with consecutive sampling technique. The questionnaire developed with reference to the literature review which consisted of demographic data and public knowledge about antioxidants.

Based on research results from 95 respondents aged 40 years as many as 19 people (20 %). The majority of female respondents are as many as 77 people (81,1 %). On average, respondents had high school as many as 42 people (44,2 %). Sources of information about carrots as antioxidants can be of most in the electronic media that is as much as 48 people (50,5%). As 55 people (57,9%) level of public knowledge is good.

The conclusion from this research about knowledge level is good. Because in general people are often getting information about antioxidants from various sources. For further research needs to be assessed attitudes and behavior. Keywords: knowledge, carrots, antioxidants, cataract


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Katarak adalah keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi keruh (Ilyas, 2006). Bila lensa mata kehilangan sifat beningnya atau kejernihannya maka penglihatan akan menjadi berkabut atau tidak dapat melihat sama sekali. Katarak merupakan penyebab utama berkurangnya penglihatan di dunia. Berdasarkan data WHO, katarak dapat menyebabkan kebutaan pada lebih dari 17 juta penduduk di dunia. Menurut Vaughan (2000) katarak terjadi pada sekitar 10% orang Amerika Serikat dan prevalensi ini meningkat sampai sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara 65 dan 74 tahun. Dan sampai sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.

Prevalensi kebutaan di Indonesia berkisar 1,2% dari jumlah penduduk di Indonesia. Dari angka tersebut kebutaan utama adalah akibat katarak dengan persentase sebesar 0,70%. Katarak merupakan penyebab utama berkurangnya penglihatan pada usia 55 tahun atau lebih. Dan prevalensi kebutaan akibat katarak sebesar 60% diatas usia 60 tahun (Ilyas, 2006).

Prevalensi katarak meningkat pada dekade terakhir ini. Faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa adalah terpapar sinar ultraviolet dari cahaya matahari, efek racun dari rokok, alkohol, kurangnya konsumsi nutrisi, pemakaian obat kortikosteroid jangka panjang, dan radang menahun di dalam bola mata. Menurut American Academy of Ophthalmology (2007) seringnya terpapar sinar ultraviolet B dari matahari dapat meningkatkan resiko menderita katarak kortikal dan posterior subklapsular. Dan menurut Youngson (2005) orang yang mengisap 20 batang rokok atau lebih perhari mempunyai kecenderungan untuk terkena katarak.


(18)

Menanggapi permasalahan tersebut di atas maka perlu dilakukan suatu usaha untuk mencegah kecepatan berkembangnya kekeruhan pada lensa mata. Informasi yang menjelaskan bahan-bahan yang dapat mencegah hal tersebut sangat diperlukan, karena itu banyak dilakukan penelitian-penelitian yang bertujuan untuk mencari bahan-bahan yang memiliki sifat antioksidan dan dapat berperan untuk mencegah katarak. Dalam pencegahan katarak dapat digunakan bahan-bahan antioksidan alami yang dapat menghambat proses katarak. Di antara bahan-bahan alami yang dapat digunakan antara lain adalah wortel (Kumalaningsih, 2006).

Wortel adalah salah satu kelompok sayuran umbi yang memiliki fungsi sebagai antioksidan. Antioksidan berperan untuk menetralisirkan radikal bebas dalam tubuh kita. Wortel merupakan tanaman yang mengandung kaya vitamin A dan betakaroten yang dapat membantu memperlambat terjadinya proses katarak.

Menurit Gritz (1992) penelitian pada 47 orang yang mengalami katarak dibandingkan dengan kelompok pembanding yang telah dipilih dengan teliti yang terdiri atas 94 orang yang berlensa bening. Hasil penelitian menunjukkan kadar vitamin antioksidan yang rendah di dalam darah ditemukan pada kelompok katarak dan kadar yang lebih tinggi terdapat pada kelompok kontrol yang berlensa bening.

Menurut Tarigan (2001) perempuan di usia 50 tahun bisa mengurangi resiko katarak dengan memakan banyak buah dan sayuran berwarna yang kaya karotenoid, seperti wortel. Dan didukung oleh Benjamin (1998) perempuan yang berusia 45 tahun yang mengkonsumsi makanan kaya vitamin A yang terdapat di wortel dapat mengurangi resiko katarak sebesar 39 %.

Berdasarkan tingginya prevalensi katarak yang menyebabkan kebutaan di Indonesia, sehingga memiliki ketertarikan tersendiri bagi peneliti untuk meneliti bagaimana pengetahuan masyarakat tentang manfaat wortel sebagai upaya pencegahan katarak.


(19)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat wortel sebagai sumber antioksidan alami untuk mencegah katarak di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat wortel sebagai sumber antioksidan alami untuk mencegah katarak di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sumber informasi masyarakat tentang wortel sebagai antioksidan.

2. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang antioksidan, manfaat wortel sebagai sumber antioksidan alami dan kandungan wortel yang dapat mencegah katarak.

3. Untuk mengetahui pengetahuan masyarakat tentang faktor resiko, proses terjadinya dan pencegahan katarak.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Praktek Kedokteran


(20)

Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi kontribusi sebagai informasi dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang manfaat wortel sebagai sumber antioksidan alami untuk mencegah katarak.

2. Penelitian Kedokteran

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang berharga bagi penelitian dalam menerapkan pengalaman ilmiah yang diperoleh untuk peneliti di masa mendatang. Selain itu dapat dijadikan sebagai informasi awal untuk penelitian kedokteran sejenisnya di Indonesia. Khususnya untuk populasi kota Medan, Sumatera Utara.

3. Pendidikan Kedokteran

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan dalam pembuatan bahan mata ajar khususnya kedokteran komunitas.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, baik melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu: a. Tahu

Tahu adalah suatu keadaan dimana seseorang dapat mengingat sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Paham

Paham diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang mampu menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu objek ke dalam komponen-komponen yang masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain, misalnya mengelompokkan dan membedakan.


(22)

e. Sintesis

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi

Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.2. Katarak

2.2.1. Anatomi dan Fisiologi Lensa Mata

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tidak berwarna dan hampir transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris, lensa digantung oleh zonula, yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus, di sebelah posteriornya, vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membran yang semipermeable (sedikit lebih permeabel daripada dinding kapiler) yang akan memperoleh air dan elektrolit masuk.

Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lameral subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang.

Masing-masing serat lamelar mengandung sebuah inti gepeng. Pada pemeriksaan mikroskop, inti ini jelas dibagian perifer lensa di dekat ekuator dan bersambung dengan lapisan epitel subkapsul.

Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum yang dikenal dengan zonula (zonula zinni), yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus siliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa.


(23)

Enam puluh lima persen terdiri dari air, sekitar 35 % protein (kandungan protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh) dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada dikebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serta nyeri, pembuluh darah atau syaraf di lensa (Vaughan, 2000).

Gambar 2.1. Anatomi Lensa Mata (Sumber : Netter, 2003)

Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh, tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan lebih kuat untuk penglihatan dekat. Otot siliaris dikontrol oleh sistem saraf otonom. Serat-serat saraf simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk penglihatan jauh, sementara sistem saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat.


(24)

Lensa adalah suatu struktur elastis yang terdiri dari serat-serat transparan. Kadang-kadang serta-serat ini menjadi keruh (opak), sehingga berkas cahaya tidak dapat menembusnya, suatu keadaan yang dikenal sebagai katarak. Lensa defektif ini biasanya dapat dikeluarkan secara bedah dan penglihatan dipulihkan dengan memasang lensa buatan atau kacamata kompensasi (Sherwood, 2001).

2.2.2. Definisi Katarak

Katarak adalah suatu keadaan di mana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti air terjun (Ilyas, 2006).

2.2.3. Etiologi dan Faktor resiko

Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Faktor-faktor yang dapat memicu timbulnya penyakit katarak, diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Penyakit peradangan dan metabolik, misalnya diabetes mellitus. b. Kekurangan vitamin A, B1, B2 dan C.

c. Riwayat keluarga dengan katarak.

d. Penyakit infeksi atau cedera mata terdahulu. e. Pembedahan mata.

f. Pemakaian obat-obatan tertentu (kortikosteroid) dalam jangka panjang. g. Faktor lingkungan, seperti trauma, penyinaran, dan sinar ultraviolet. h. Efek racun dari merokok dan alkohol (Gin Djing, 2006 dan Ilyas, 2006).

2.2.4. Gejala

Adapun gejala dari katarak adalah : a. Penglihatan kabur dan berkabut. b. Merasa silau terhadap sinar matahari.


(25)

c. Kadang merasa seperti ada film didepan mata. d. Seperti ada titik gelap didepan mata.

e. Penglihatan ganda.

f. Sukar melihat benda yang menyilaukan. g. Halo, warna disekitar sumber sinar. h. Warna manik mata berubah atau putih. i. Sukar mengerjakan pekerjaan sehari-hari. j. Penglihatan dimalam hari lebih berkurang. k. Sukar mengendarai kendaraan dimalam hari.

l. Waktu membaca penerangan memerlukan sinar lebih cerah. m. Sering berganti kacamata.

n. Penglihatan menguning.

o. Untuk sementara jelas melihat dekat (Ilyas, 2006).

2.2.5. Patogenesis Katarak 2.2.5.1. Konsep Penuaan

Lensa mata mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orang tua nukleus ini menjadi keras. Dengan menjadi tuanya seseorang, maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya, sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang. Dengan bertambahnya usia, lensa mulai berkurang kebeningannya, keadaan ini akan berkembang dengan bertambah beratnya katarak.


(26)

2.2.5.2. Teori Radikal Bebas

Mekanisme terjadinya katarak karena penuaan memang masih diperdebatkan, tetapi telah semakin nyata bahwa oksidasi dari protein lensa adalah salah satu faktor penting. Serat-serat protein yang halus yang membentuk lensa internal itu sendiri bersifat bening. Kebeningan lensa secara keseluruhan bergantung pada keseragaman penampang dari serat-serat ini serta keteraturan dan kesejajaran letaknya di dalam lensa. Ketika protein rusak, keseragaman struktur ini menghilang dan serat-serat bukannya meneruskan cahaya secara merata, tetapi menyebabkan cahaya terpencar dan bahkan terpantul. Hasilnya adalah kerusakan penglihatan yang parah (Youngson, 2005).

Kerusakan protein akibat elektronnya diambil oleh radikal bebas dapat mengakibatkan sel-sel jaringan dimana protein tersebut berada menjadi rusak yang banyak terjadi adalah pada lensa mata sehingga menyebabkan katarak (Kumalaningsih, 2006).

Pandangan yang mengatakan bahwa katarak karena usia mungkin disebabkan oleh kerusakan radikal bebas memang tidak langsung, tetapi sangat kuat dan terutama didasarkan pada perbedaan antara kadar antioksidan di dalam tubuh penderita katarak dibandingkan dengan mereka yang memiliki lensa bening.

2.2.5.3. Sinar Ultraviolet

Banyak ilmuan yang sekarang ini mencurigai bahwa salah satu sumber radikal bebas penyebab katarak adalah sinar ultraviolet yang terdapat dalam jumlah besar di dalam sinar matahari. Memang sudah diketahui bahwa radiasi ultraviolet menghasilkan radikal bebas di dalam jaringan. Jaringan di permukaan mata yang transparan sangat peka terhadap sinar ultraviolet. Pada mereka yang mempunyai riwayat terpajan sinar matahari untuk waktu lama dapat mempercepat terjadinya katarak.


(27)

2.2.5.4. Merokok

Kerusakan lensa pada katarak adalah kerusakan akibat oksidasi pada protein lensa. Rokok kaya akan radikal bebas dan substansi oksidatif lain seperti aldehid. Kita tahu bahwa radikal bebas dari asap rokok dapat merusak protein. Dilihat dari semua ini, tidaklah mengherankan bahwa perokok lebih rentan terhadap katarak dibanding dengan yang bukan perokok.

Gambar 2.2. Katarak (Sumber : Gin Djing, 2006)

2.2.6. Klasifikasi

Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan, yaitu katarak kongenital, katarak juvenil, dan katarak senil (Ilyas, 2004).

a. Katarak Kongenital

Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari satu tahun. Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubella,


(28)

toksoplasmosis, inklusi sitomegalik, dan histopalsmosis. Penyakit lain yang menyertai

katarak kongenital biasanya merupakan penyakit-penyakit herediter seperti

mikroftalmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokrimia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea.

b. Katarak Juvenil

Katarak yang mulai terbentuk pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti :

1. Katarak metabolik

a) Katarak diabetik dan galaktosemik (gula) b) Katarak hipokalsemik (tetanik)

c) Katarak defisiensi gizi

d) Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria) e) Penyakit Wilson

f) Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain. 2. Otot

Distrofi miotonik (umur 20 sampai 30 tahun)

3. Katarak traumatik 4. katarak komplikata

a) Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia, aniridia, pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis).

b) Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal), seperti Wagner dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma).


(29)

d) Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol,

triparanol, antikholinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin, busulfan,

dan besi).

e) Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit (sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis inperfekta,

khondrodistrofia kalsifikans kongenita pungtata), dan kromosom.

f) Katarak radiasi c. Katarak Senil

Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun.

Perubahan lensa pada usia lanjut : 1. Kapsul

a) Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak). b) Mulai presbiopia

c) Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur. d) Terlihat bahan granular

2. Epitel – makin tipis

a) Sel epitel (germinatif) pada equator bertambah besar dan berat. b) Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata.

3. Serat lensa :

a) Lebih irregular

b) Pada korteks jelas kerusakan serat sel.

c) Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein

nukleus ( histidin, triptofan, metionin, sistein, tirosin) lensa, sedang warna coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibanding normal.


(30)

d) Korteks tidak berwarna karena:

- Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi. - Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.

Katarak senil biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.

Katarak senil secara klinik dikenal empat stadium yaitu: insipien, intumesen,

imatur, matur, hipermatur morgagni.

Tabel 2.1. Perbedaan Stadium Katarak Senil

Kekeruhan Cairan lensa Iris Bilik mata depan Sudut bilik mata Shadow test Penyulit Insipien Ringan Normal Normal Normal Normal Negatif - Imatur Sebagian Bertambah (air masuk) Terdorong Dangkal Sempit Positif Glaukoma Matur Seluruh Normal Normal Normal Normal Negatif - Hipermatur Masif Berkurang (air+masa lensa keluar Tremulans Dalam Terbuka Pseudopos Uveitis + Glauko ma (Sumber : Ilyas, 2004)


(31)

Katarak Insipien. Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut:

Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda Morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.

Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degeneratif yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks sehingga akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.

Katarak Imatur. Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.

Katarak Matur. Pada keadaan matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh


(32)

lensa yang bila mana akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.

Katarak Hipermatur. Katarak hipermatur adalah katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan

zonula zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul

yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut katarak Morgagni.

Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes mellitus dan miopia tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior (Ilyas, 2004).

Berdasarkan lokasi terjadinya, katarak terbagi atas: a. Katarak Inti atau Nuklear

Katarak inti atau nuklear merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan. Keluhan yang biasa terjadi :

1. Menjadi lebih rabun jauh sehingga mudah melihat dekat dan untuk melihat dekat melepas kaca matanya.


(33)

2. Setelah mengalami penglihatan kedua ini (melihat dekat tidak perlu kaca mata) penglihatan mulai bertambah kabur atau lebih menguning. Lensa lebih coklat.

3. Menyetir malam silau dan sukar.

4. Sukar membedakan warna biru dan ungu. b. Katarak Kortikal

Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruh-an putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu peng-lihatan. Banyak pada penderita diabetes mellitus.

Keluhan yang biasa terjadi :

1. Penglihatan jauh dan dekat terganggu.

2. Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra. c.Katarak Subkapsular

Katarak Subkapsular dimulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan sinar masuk. Adanya riwayat diabetes mellitus, renitis

pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dapat

mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada kedua mata. Keluhan yang biasa terjadi :

1. Mengganggu saat membaca.

2. Memberikan keluhan silau dan halo atau warna sekitar sumber cahaya. 3. Mengganggu penglihatan (Ilyas, 2006).

2.2.7. Pencegahan

Pencegahan utama penyakit katarak dilakukan dengan mengontrol penyebab yang berhubungan dengan katarak dan menghindari faktor-faktor yang mempercepat pertumbuhan katarak. Cara pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya adalah :


(34)

1. Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam tubuh, sehingga resiko katarak akan bertambah.

2. Atur makanan sehat, makan yang banyak buah dan sayur, seperti wortel.

3. Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar ultraviolet mengakibatkan katarak pada mata.

4. Jaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya (Ilyas, 2006).

2.3. Antioksidan 2.3.1. Pengertian

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya cuma- cuma kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali fungsinya dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas.

Gambar 2.3. Mekanisme Kerja Antioksidan Dalam Menetralkan Radikal Bebas Antioksidan

Elektron


(35)

2.3.2. Klasifikasi

Terdapat tiga macam antioksidan yaitu :

1. Antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang berupa enzim antara lain

superoksida dismutase, glutathione peroxidase, peroxidasi dan katalase.

2. Antioksidan alami yang dapat diperoleh dari tanaman atau hewan, yaitu tokoferol, vitamin C, betakaroten, flavonoid dan senyawa fenolik.

Tabel 2.2. Tanaman Yang Potensial Mengandung Antioksidan Alami dan Berada di Sekitar Kita

Tanaman Jenis yang Berkhasiat Antioksidan

Sayur-sayuran Brokoli, Kubis, Lobak, Wortel, Tomat, Bayam, Cabe, Buncis, Pare, Leunca, Jagung, Kangkung, Takokak, Mentimun.

Rempah Jahe, Temulawak, Kunyit, Lengkuas, Temumangga, Temuputih, Kencur, Kapulaga, Bangle, Temugiring, Lada, Cengkeh, Pala, Asam Jawa, Asam Kandis

Tanaman lain Teh, Ubi Jalar, Kedelai, Kentang, Keluwak, Labu Kuning, Pete Cina

(Sumber: Putra, 2008)

3. Antioksidan sintetik, yang dibuat dari bahan-bahan kimia yaitu Butylated

Hroxyanisole (BHA) yang ditambahkan dalam makanan untuk mencegah


(36)

Atas dasar fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi lima seperti berikut.

1. Antioksidan Primer

Antioksidan ini berfungsi untuk mencegah terbentuknya radikal bebas baru karena ia dapat merubah radikal bebas yang ada menjadi molekul yang berkurang dampak negatifnya, yaitu sebelum sempat bereaksi.

Antioksidan primer yang ada dalam tubuh yang sangat terkenal adalah enzim

superoksida dismutase. Enzim ini sangat penting sekali karena dapat melindungi

hancurnya sel-sel dalam tubuh akibat serangan radikal bebas. Bekerjanya enzim ini sangat dipengaruhi oleh mineral-mineral seperti mangan, seng, tembaga dan selenium yang harus terdapat dalam makanan dan minuman.

2. Antioksidan Sekunder

Antioksidan sekunder merupakan senyawa yang berfungsi menangkap radikal bebas serta mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang lebih besar. Contoh yang populer, antioksidan sekunder adalah vitamin E, Vitamin C, dan betakaroten yang dapat diperoleh dari buah-buahan.

3. Antioksidan Tersier

Antioksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki sel-sel dan jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas. Biasanya yang termasuk kelompok ini adalah jenis enzim misalnya metionin sulfoksidan reduktase yang dapat memperbaiki DNA dalam inti sel. Enzim tersebut bermanfaat untuk perbaikan DNA pada penderita kanker.

4. Oxygen Scavanger

Antioksidan yang termasuk oxygen scavanger yang mampu mengikat oksigen sehingga tidak mendukung reaksi oksidasi, misalnya vitamin C.


(37)

5. Chelators atau Sequesstrants

Senyawa yang dapat mengikat logam sehingga logam tersebut tidak dapat mengkatalis reaksi oksidasi. Akibatnya kerusakan dapat dicegah. Contoh senyawa tersebut adalah asam sitrat dan asam amino.

Tubuh dapat menghasilkan antioksidan yang berupa enzim yang aktif bila didukung oleh nutrisi pendukung atau mineral yang disebut juga ko-faktor. Antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh antara lain adalah seperti berikut ini :

a. Superoksida Dismutase

Antioksidan ini merupakan enzim yang bekerja bila ada pembantunya, yaitu berupa mineral-mineral seperti tembaga dan mangan yang bersumber pada kacang-kacangan atau padi-padian. Dengan demikian sangat diperlukan sekali mengkonsumsi bahan tersebut. Sayangnya kita lebih senang mengkonsumsi bahan yang enak dimakan. Bagi orang yang mampu, kekurangan mineral dapat dilakukan dengan meminum multivitamin dan suplemen mineral, tetapi bagi orang yang hidupnya sedang-sedang saja lebih baik mengkonsumsi mineral dari tanaman karena banyak juga tanaman yang dapat menghasilkan SOD antara lain brokoli, bayam, sawi, dan juga hasil-hasil olahan seperti tempe.

b. Glutathione Peroksidase

Glutathione Peroksidase adalah enzim yang berperan aktif dalam

menghilangkan H2O2 dalam tubuh dan mempergunakannya untuk merubah glutathione (GSH) menjadi glutathione teroksidasi (GSSG) dengan reaksi sebagai

berikut :

H2O2 + 2GSH  2 H2O + GSSG

Enzim tersebut mendukung aktivitas enzim SOD bersama-sama dengan enzim katalase dan menjaga konsentrasi oksigen akhir agar stabil dan tidak berubah menjadi pro-oksidan. Makanan yang kaya glutahione adalah kubis, brokoli, asparagus, alpukat, dan kenari.


(38)

Glutathione sangat penting sekali melindungi selaput-selaput sel. Senyawa

ini merupakan tripeptida yang terdiri dari asam amino glisin, asam glutamat, dan sistein.

c. Katalase

Enzim katalase disamping mendukung aktifitas enzim SOD juga dapat mengkatalisa perubahan berbagai macam peroksida dan radikal bebas menjadi oksigen dan air.

Enzim-enzim tersebut diatas dalam bekerjanya sangat membutuhkan mineral-mineral penyusun, diantaranya : copper (Cu), zinc (Zn), selenium (Se), manganese (Mn), serta besi (Fe).

2.3.3. Mekanisme Kerja Antioksidan

Mekanisme kerja antioksidan secara umum adalah menghambat oksidasi lemak. Untuk mempermudah pemahaman tentang mekanisme kerja antioksidan perlu dijelaskan terlebih dahulu mekanisme oksidasi lemak. Oksidasi lemak terdiri dari tiga tahap utama, yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi.

Pada tahap inisiasi terjadi pembentukan radikal asam lemak, yaitu suatu senyawa turunan asam lemak yang bersifat tidak stabil dan sangat reaktif akibat dari hilangnya satu atom hidrogen (reaksi 1).

Pada tahap selanjutnya, yaitu propagasi, radikal asam lemak akan bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi (reaksi 2). Radikal peroksi lebih lanjut akan menyerang asam lemak menghasilkan hidroperoksida dan radikal asam lemak baru (reaksi 3).

Inisiasi : RH - - R* + H * (1) Propagasi : R* + O2 - - ROO* (2) ROO* + RH - - ROOH + R* (3)


(39)

Hidroperoksida yang terbentuk bersifat tidak stabil dan akan terdegradasi

lebih lanjut menghasilkan senyawa-senyawa karbonil rantai pendek seperti aldehida dan keton yang bertanggung jawab atas flavor makanan berlemak.

Antioksidan yang baik akan beraksi dengan radikal asam lemak segera setelah senyawa tersebut terbentuk. Dari berbagai antioksidan yang ada, mekanisme kerja serta kemampuannya sebagai antioksidan sangat bervariasi (Kumalaningsih, 2006).

2.4. Wortel (Daucus carota) 2.4.1. Pengertian

Wortel merupakan tanaman yang sangat bermanfaat karena banyak mengandung beta karoten. Semakin orange warnanya, maka semakin tinggi pula kandungan beta karotennya. Dalam setiap 100 gram wortel diperoleh sekitar 12.000 SI vitamin A.

2.4.2. Kandungan Gizi

Kegunaan wortel sebagai bahan pangan sayur terdukung oleh energi dan kandungan gizi pada umbi wortel yang cukup memadai. Energi dan kandungan gizi pada wortel adalah seperti tertera pada tabel.

Tabel 2.3. Kandungan Gizi (Nutrisi) Dalam Tiap 100 Gram Umbi Wortel Segar Kandungan gizi Banyaknya

1 2

Kalori 42,00 kal 55,00 kal

Protein 1,20 gr 1,30 gr


(40)

Karbohidrat 9,30 gr 12,40 gr Kalsium 39,00 mg 60,00 gr

Fosfor 37,00 mg 28,00 gr

Zat Besi 0,80 mg 1,70 gr

Vitamin A 12.000,00 SI 18.000,00 SI

Vitamin B 10,06 mg 0,04 mg

Vitamin C 6,00 mg 9,00 mg Serat - 0,90 gr Abu - 0,80 gr Natrium - 32,00 mg Vitamin B2 0,04 mg Niacin - 0,60 mg Air 88,20 gr - B.d.d 88,00 % 85,10% Keterangan : B.d.d (Bagian dapat dicerna)

(1) Direktorat Gizi, Depkes RI (1981)

(2) Food and Nutrition Research Center Handbook No. 1, Manila (1964). (Sumber : Rukmana, 1995).


(41)

Vitamin A (Karotenoid) adalah istilah umum untuk suatu kelompok senyawa yang memiliki aktifitas biologi dari retinol dan merupakan zat gizi esensial untuk penglihatan, reproduksi, pertumbuhan, diferensiasi epitelium, dan sekresi

lendir/getah. Sumber utama vitamin A adalah pigmen karotenoid (umumnya α -karoten) dan retinil ester dari hewan. Senyawa ini diubah menjadi retinol dan diesterifikasi dengan asam lemak rantai panjang. Hasil dari retinil ester diabsorpsi bersama lemak dan ditransportasikan ke hati untuk disimpan.

Karotenoid adalah suatu kelompok pigmen yang berwarna kuning, orange, mempunyai sifat larut dalam lemak atau pelarut organik tetapi tidak larut dalam air. Senyawa ini tersebar luas dalam tanaman dan buah-buahan. Seperti halnya dengan

khlorophyl, karotenoid juga terdapat dalam khloroplast daun atau batang tanaman

yang berwarna hijau. Karotenoid tidak selalu berdampingan khlorophyl, tetapi sebaliknya khlorophyl selalu disertai dengan karotenoid. Disamping pada daun dan batang tanaman, karotenoid juga terdapat pada bagian-bagian lain tanaman misalnya pada umbi dan buah. Pada tanaman atau buah-buahan yang kandungan karbohidratnya rendah, biasanya kandungan karotennya juga rendah. Pada umumnya umbi-umbian mengandung sedikit karotenoid, kecuali ubi jalar atau wortel. Karakteristik dari karotenoid adalah sensitif terhadap udara dan sinar terutama pada suhu tinggi serta tidak larut dalam air, gliserol, dan propilen glikol. Karotenoid larut dalam minyak makan pada suhu kamar.

Karotenoid merupakan suatu zat alamiah sangat penting yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam lemak. Zat ini hanya ditemukan pada tumbuh-tumbuhan dan tidak diproduksi oleh tubuh manusia. Karoten banyak terdapat pada wortel, pisang, pepaya, jeruk, buah merica dan cabai.

Kata “karoten” berasal dari kata Latin yang berarti wortel (carrot), yaitu pigmen warna kuning dan orange pada buah dan sayuran. Salah satu anggota senyawa karoten yang banyak dikenal adalah β-karoten, yaitu senyawa yang akan


(42)

dikonversikan jadi vitamin A (retinol) oleh tubuh. Itu sebabnya, β-karoten sering disebut pro-vitamin A (sumber vitamin A). Dari tabel di atas dapat dilihat kandungan vitamin A yang cukup tinggi dalam wortel.

Tubuh akan mengonversikan beta-karoten menjadi vitamin A dalam jumlah secukupnya saja. Selebihnya akan tetap tersimpan sebagai beta karoten. Sifat inilah yang menyebabkan beta karoten berperan sebagai sumber vitamin A yang aman. Jadi, tidak seperti suplemen vitamin A yang bisa menyebabkan keracunan, jika diberikan secara berlebihan.

Beta karoten, lutein dan zeaxantin ditemukan di wortel yang bertindak sebagai antioksidan yang dapat mengurangi kerusakan akibat radikal bebas di mata dan dapat mencegah terjadinya katarak atau mengontrol terjadinya proses katarak (African Journal of Food Science, 2009).

2.4.3. Manfaat wortel

Wortel adalah salah satu sumber makanan detoksifikasi yang mempunyai kemampuan untuk mengatur ketidakseimbangan dalam tubuh. Wortel merupakan komoditas sayuran yang banyak mengandung beta karoten yang merupakan prekusor vitamin A.

Wortel sebagai sumber vitamin A berfungsi untuk membantu proses penglihatan. Vitamin tersebut merupakan bagian yang sangat penting dari penerimaan cahaya mata. Semua pigmen penglihatan mata dibuat dari protein yang mengandung vitamin A. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan katarak dan kebutaan. Dalam rangka menanggulangi kekurangan vitamin A dan epidemik kebutaan yang diderita oleh penduduk di negara berkembang, Universitas Wisconsin telah mengembangkan wortel yang memiliki kandungan vitamin A 3-5 kali lipat dibandingkan dengan kandungan wortel yang telah ada, yang disebut wortel Beta III (Pitojo, 2004).


(43)

Dengan mengkonsumsi secara rutin wortel dapat mengurangi keganasan dari radikal bebas. Pada penelitian Harvard dengan mengkonsumsi 50 mg karoten tiap hari dapat mengurangi resiko terjadinya katarak. Dengan mengkonsumsi tujuh wortel dapat memenuhi 50 mg karoten. Wortel selain dikonsumsi segar dapat pula dikukus terlebih dahulu.

Menurit Gritz (1992) pada penelitian orang yang mengalami katarak dibandingkan dengan kelompok pembanding yang telah dipilih dengan teliti yang terdiri atas 94 orang yang berlensa bening. Kelompok kontrol yang normal dipilih agar semirip mungkin dengan kelompok penderita katarak dalam usia, jenis kelamin, pekerjaan, riwayat merokok, kadar kolesterol dalam darah, berat badan, tekanan darah, dan ada tidaknya diabetes. Semua contoh darah mereka dianalisa dengan metode yang sangat peka untuk mengetahui kadar vitamin E dan betakaroten. Betakaroten adalah pigmen jingga (orange) yang terdapat dalam wortel, yang di dalam hati diubah menjadi vitamin A.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada relasi yang berarti antara kadar vitamin E dan betakaroten dengan kemungkinan mengalami katarak. Kadar vitamin antioksidan yang rendah di dalam darah ditemukan pada kelompok katarak, dan kadar yang lebih tinggi terdapat pada kelompok kontrol yang berlensa bening. Mereka mempunyai kadar vitamin E dan betakaroten yang rendah mempunyai kemungkinan dua setengah kali lebih besar untuk terkena katarak dibandingkan dengan yang mempunyai kadar lebih tinggi (Youngson, 2005).


(44)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat wortel sebagai sumber antioksidan alami untuk mencegah katarak di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang.

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka maka kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 3.2. Definisi Operasional

Pengetahuan yaitu mencakup bagaimana tingkat pengetahuan responden tentang wortel sebagai sumber antioksidan alami mencegah katarak. Pengetahuan mencakupi sejauh mana pengetahuan masyarakat, yaitu :

1. Pengertian antioksidan. 2. Pembagian antioksidan.

3. Manfaat wortel sebagai sumber antioksidan alami.

Wortel Sebagai Sumber Antioksidan Tingkat


(45)

4. Kandungan wortel yang dapat mencegah katarak. 5. Faktor resiko terjadinya katarak.

6. Pencegahan katarak.

Dalam konsep penelitian ini, pengetahuan yang diukur hanya dalam batas “tahu”. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tersebut digunakan kuesioner sebagai instrumen.

Masyarakat yang diambil sebagai sampel adalah usia diantara 40 sampai 50 tahun yang tinggal di kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang, Sumatera Utara pada tahun 2010.

Wortel memiliki kandungan beta karoten, lutein dan zeaxantin yang bertindak sebagai antioksidan yang dapat mengurangi kerusakan akibat radikal bebas di mata dan dapat mencegah terjadinya katarak atau mengontrol terjadinya proses katarak. Cara Ukur : Cara ukur yang digunakan adalah wawancara.

Alat Ukur : Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang terdiri atas 18 pertanyaan.

1) Pertanyaan no. 1, no. 2, no. 5, no. 7, no. 11, no. 13 dan no. 17 tidak memiliki poin. Pertanyaan-pertanyaan ini tidak dimasukkan ke dalam penilaian tingkat pengetahuan, tetapi dijadikan sebagai data kualitatif.

2) Untuk pertanyaan no. 3, no. 4, no. 6, no. 8 , no. 9, no. 10, no. 12, no. 14, no. 15, no. 16 dan no. 18. Akan mendapat skor 3 untuk jawaban pengetahuan baik, skor 2 untuk jawaban pengetahuan cukup baik, skor 1 untuk jawaban pengetahuan buruk.

3) Total skornya adalah 33.


(46)

Total skornya adalah 33. Seluruh skor yang didapatkan oleh responden akan dijumlahkan. Untuk tingkatan pengetahuan responden tentang manfaat wortel sebagai sumber antioksidan alami mencegah katarak, menurut Pratomo (1990), maka data dikategorikan menjadi tiga kategori berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh, yaitu buruk, cukup baik, baik dengan perincian nilai sebagai berikut :

a. Kategori baik : apabila nilai yang diperoleh responden > 75 % sampai 100 atau total nilai 25 – 33.

b. Kategori cukup baik : apabila nilai yang diperoleh responden > 50 % sampai 75 % atau total nilai 17 – 24.

c. Kategori buruk : apabila nilai yang diperoleh responden ≤ 50 % atau t otal nilai

≤ 16.

Skala pengukuran dengan menggunakan skala kategorikal berupa skala ordinal. Tabel 3.1. Tabel Skor Pertanyaan Pada Kuesioner Pengetahuan

No. Pertanyaan 3. 4. 6. 8. 9. 10. 12. 14. 15. 16. 18. Nilai Jawaban A 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Nilai Jawaban B 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Nilai Jawaban C 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


(47)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Dalam satu rentang waktu tertentu, didapatkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat wortel sebagai sumber antioksidan alami untuk mencegah katarak di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2010 di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang. Tidak ada alasan khusus dalam pemilihan tempat pengumpulan data penelitian dengan asumsi bahwa seharusnya setiap orang mengetahui manfaat mengkonsumsi wortel dalam kehidupan sehari-hari untuk kesehatan mata. Adapun alasan memilih Kelurahan Tanjung Sari sebagai tempat penelitian adalah:

a. Kelurahan Tanjung Sari merupakan kelurahan dengan penduduk terbanyak di Kecamatan Medan Selayang.

b. Kelurahan Tanjung Sari merupakan kelurahan dengan penduduk yang tingkat pendidikannya beragam.

c. Kelurahan Tanjung Sari merupakan tempat kediaman peneliti sehingga didasarkan pada kenyataan praktis yang dapat memudahkan pelaksanaan penelitian.


(48)

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat usia 40 sampai 50 tahun yang bertempat tinggal di Kelurahan Tanjung Sari Medan Selayang pada tahun 2010. Dari hasil survei awal, besar anggota populasi ini adalah 8.237 orang. Penentuan usia 40 sampai 50 tahun ini, berdasarkan pertimbangan untuk pada usia ini dapat mencegah mempercepat terjadinya katarak, dimana pada usia 55 tahun katarak dapat menyebabkan gangguan penglihatan.

Kriteria inklusi :

a. Masyarakat usia 40 sampai 50 tahun yang bersedia menjadi responden penelitian setelah memperoleh persetujuan setelah penjelasan (informed consent).

b. Responden yang tinggal di lokasi penelitian.

c. Responden berada di tempat pada saat mengumpulkan data.

Kriteria eksklusi : Responden yang tidak bersedia menjadi responden.

4.3.2. Sampel

Berdasarkan hasil survey, jumlah masyarakat usia 40 sampai 50 tahun di Kelurahan Tanjung Sari adalah 8.237 orang. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah pemilihan tidak berdasarkan peluang (non-probability sampling) yang jenis consecutive sampling, dimana semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi. Jumlah subyek yang diperlukan dapat ditentukan dengan menggunakan rumus perkiraan besar sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi finit. Rumus yang digunakan adalah:


(49)

Menurut Wahyuni (2008), jumlah sampel minimal akan dihitung dengan menggunakan rumus :

n =

n = 8237 . 1,962 . 0,5 . (1-0,5)

(8237 - 1) . 0,12 + (1,96)2 0,5 . (1-0,5) n =

N. Z2 1- α/2 p. (1-p) (N-1) d2 + Z2 1- α/2 p.(1-p) n : besar sampel minimum

Z 1- α/2 : nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu P : harga proporsi di populasi

d : kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir N : jumlah di populasi

N = 8.237 ; P = 0,50; Z 1- α/2 = 1,96; d = 0,10

Dengan demikian, besar sampel yang diperlukan adalah :

Pada penelitian ini, digunakan data primer yang didapat langsung dari responden. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dengan alat pengumpulan data berupa kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner ditanyakan langsung oleh surveyer kepada responden.

7910,8145 83,3204 n = 94,94 n = 95

Jadi besar sampel minimum yang diperlukan adalah 95 subyek.

4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer


(50)

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 18 pertanyaan. Sebelum digunakan dalam penelitian, kuesioner disebarkan kepada 20 orang responden non sampel penelitian, yang terdiri atas 8 orang berprofesi pegawai negeri, 9 orang berprofesi ibu rumah tangga, 3 orang berprofesi lainnya. Kuesioner ini diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menggunakan SPSS versi 17.0.

Berikut ini adalah hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner penelitian yang dilakukan uji validitas konstrak dengan Korelasi Pearson dan uji reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach.

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas untuk Setiap Pertanyaan Dalam Kuesioner

Variabel Pertanyaan Total Pearson Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 3 0.469 Valid 0.847 Reliabel

4 0.709 Valid Reliabel

6 0.656 Valid Reliabel

8 0.531 Valid Reliabel

9 0.592 Valid Reliabel

10 0.700 Valid Reliabel

12 0.694 Valid Reliabel

14 0.705 Valid Reliabel

15 0.793 Valid Reliabel

16 0.505 Valid Reliabel

18 0.608 Valid Reliabel

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder pada penelitian ini yang diperoleh dari kantor kelurahan adalah jumlah wanita usia 40 sampai 50 tahun yang tinggal di Kelurahan Tanjung Sari tahun


(51)

2010, yaitu sebanyak 8.237 orang. Data ini diperlukan untuk mengetahui apakah jumlah subyek mencukupi di dalam populasi tersebut.

4.5. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dalam bentuk kuesioner, dan sebelum pengisian kuesioner akan dilampirkan lembar persetujuan responden. Kuesioner tersebut berisikan pertanyaan-pertanyaan berupa pengetahuan masyarakat tentang manfaat wortel sebagai sumber antioksidan alami untuk mencegah katarak. Baik nama serta identitas diri responden akan menjadi rahasia peneliti dan tidak akan disebarluaskan. Sedangkan hasil penelitian serta jawaban yang diberikan responden hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian. Waktu pengisian kuesioner memakan waktu kurang lebih 20 menit.

4.6. Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa proses. Proses awal adalah memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Jika ada data belum yang lengkap ataupun ada kesalahan, dapat dilengkapi dengan mewawancarai ulang responden. Selanjutnya data yang lengkap dan tepat tersebut diberi kode secara manual sebelum diolah dengan komputer. Kemudian data dimasukkan ke dalam program komputer dan dilakukan pemeriksaan untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data. Setelah itu data disimpan, lalu hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Program statistik yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data penelitian ini berupa SPSS versi 17.0 (Wahyuni, 2008).


(52)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian beserta pembahasannya. Penelitian dilakukan sejak penyusunan proposal hingga penyusunan laporan hasil penelitian. Proses pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2010 dengan melakukan wawancara terhadap 95 orang usia 40 sampai 50 tahun yang bertempat tinggal di Kelurahan Tanjung Sari tentang manfaat wortel sebagai sumber antioksidan alami untuk mencegah katarak.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Kecamatan Medan Selayang Kelurahan Tanjung Sari, yang dipimpin oleh Bapak H. Achyaruddin, S.sos. Kelurahan ini memiliki luas kurang lebih 5,20 km2 dan dibagi menjadi 12 lingkungan. Penelitian mencakup seluruh lingkungan yang ada di Kelurahan Tanjung Sari. Secara geografis, kelurahan ini memiliki batas-batas sebagai berikut:

Utara : Kelurahan Tanjung Rejo.

Barat : Kelurahan Tanjung Selamat dan Kelurahan Asam Kumbang.

Timur : Kelurahan PB Selayang I, Kelurahan PB Selayang II dan Kelurahan Sempa Kata.


(53)

5.1.2. Deskripsi Responden Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 95 orang responden yang merupakan masyarakat yang bertempat tinggal di Kelurahan Tanjung Sari Medan Selayang pada tahun 2010. Karakteristik yang diamati terhadap responden adalah usia, jenis kelamin dan pendidikan terakhir.

5.1.2.1.Usia

Berdasarkan karakteristik kelompok usia, hasil penelitian ini diperoleh kelompok responden paling banyak berada pada adalah 40 tahun yaitu 19 orang (20 %), sedangkan usia responden paling sedikit adalah 41 tahun yaitu 2 orang (2,1 %). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Jumlah (orang) %

1. 40 tahun 19 20,0

2. 41 tahun 2 2,1

3. 42 tahun 7 7,4

4. 43 tahun 10 10,5

5. 44 tahun 11 11,6

6. 45 tahun 12 12,6

7. 46 tahun 9 9,5

8. 47 tahun 6 6,3

9. 48 tahun 6 6,3

10. 49 tahun 8 8,4

11. 50 tahun 5 5,3


(54)

5.1.2.2.Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden dikategorikan menjadi dua jenis yaitu pria dan wanita. Dari hasil penelitian diperoleh kelompok responden terbanyak menurut jenis kelamin adalah perempuan yaitu sebanyak 77 orang (81,1 %) dan jumlah responden laki-laki sebanyak 18 orang (18,9 %). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Usia Jumlah (orang) %

1. Laki-laki 18 18,9

2. Perempuan 77 81,1

Total 95 100

5.1.2.3.Pendidikan terakhir

Pendidikan responden terdistribusi menjadi lima kelompok yaitu tidak sekolah, SD, SLTP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Dari hasil penelitian diperoleh kelompok responden terbanyak menurut tingkat pendidikan adalah SMA yaitu sebanyak 42 orang (44,2 %), sedangkan pendidikan terakhir responden paling sedikit adalah tidak sekolah yaitu sebanyak 3 orang (3,2 %). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No. Usia Jumlah (orang) %

1. Tidak Sekolah 3 3,2

2. SD 15 15,8

3. SMP 13 13,7

4. SMA 42 44,2

5. Perguruan Tinggi 22 23,2


(55)

5.1.3. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Wortel Sebagai Sumber Antioksidan Alami untuk Mencegah Katarak

5.1.3.1. Data Kualitatif

Pada penilitian ini data kualitatif tidak dimasukkan ke dalam penilaian tingkat pengetahuan. Ada tujuh pertanyaan yang termasuk data kualitatif. Pilihan jawaban dari pertanyaan ini hanya berupa ya dan tidak.

Dari hasil penelitian ini diperoleh sebanyak 66 orang (69,5 %) pernah mendengar dan mengetahui wortel sebagai antioksidan dan 29 orang (30,5 %) tidak pernah mendengar dan mengetahui wortel sebagai antioksidan. Sebanyak 56 orang (58,9 %) responden mengetahui antioksidan bisa dibuat oleh tubuh kita sendiri, sedangkan sebanyak 39 orang (41,1%) tidak mengetahui antioksidan bisa dibuat oleh tubuh kita sendiri.

Seluruh responden yaitu sebanyak 95 orang (100 %) mengetahui katarak dapat menyebabkan kebutaan. Sebanyak 57 orang (60 %) responden mengetahui beta karoten akan diubah menjadi vitamin A di dalam tubuh dan sebanyak 38 orang (40 %) tidak mengetahui beta karoten akan diubah menjadi vitamin A di dalam tubuh. Seluruh responden yaitu sebanyak 95 orang (100 %) mengetahui katarak bisa dicegah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.4.


(56)

Tabel 5.4. Data Kualitatif

Jawaban

No. Pernyataan Ya Tidak Total

Frek % Frek % Frek %

1. Mendengar dan

mengetahui wortel sebagai antioksidan.

66 69,5 29 30,5 95 100

5. Antioksidan bisa dibuat oleh tubuh kita sendiri.

56 58,9 39 41,1 95 100

11. Katarak dapat

menyebabkan kebutaan.

95 100 0 0 95 100

13. Beta karoten akan

di-ubah menjadi vitamin A di dalam tubuh.

57 60 38 40 95 100

17. Katarak bisa dicegah. 95 100 0 0 95 100


(57)

5.1.3.2. Sumber Informasi

Pada penelitian ini diketahui sebanyak 48 orang (50,5%) sumber informasi yang diperoleh responden tentang wortel sebagai antioksidan dari media elektronik dan 6 orang (6,3 %) responden yang memperoleh sumber informasi dari orang terdekat. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Distribusi Sumber Informasi Responden Tentang Wortel Sebagai Antioksidan

5.1.3.3. Konsumsi Wortel

Pada penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar yaitu sebanyak sebanyak 52 orang (54,7 %) sering mengkonsumsi wortel dan hanya 4 orang (4,2 %) responden yang tidak pernah mengkonsumsi wortel. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.2.

50,5%

8,4 % 6,3 %

30,5 %


(58)

Gambar 5.2. Konsumsi Wortel

5.1.3.4. Data Kuantitatif

Pada penelitian ini setiap responden yang memilih jawaban A akan mendapat skor 3, responden yang memilih jawaban B akan mendapa skor 2 dan responden yang memilih jawaban C akan mendapat skor 1.

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa jawaban responden dari pertanyaan tentang pengertian antioksidan yaitu sebanyak 50 orang (52,6 %) memilih B. Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai elektron bebas yang bisa mencegah timbulnya penyakit. Jawaban responden dari pertanyaan tentang jenis antioksidan yaitu sebanyak 43 orang (45,3 %) memilih C. Antioksidan dari sayuran berdaun

54,7 %

41,1 %


(59)

hijau. Dan jawaban responden dari pertanyaan tentang sumber antioksidan alami yaitu sebanyak 48 orang (50,5 %) memilih A. Brokoli, Kubis, Lobak, Wortel, Tomat, Bayam, Cabe, Buncis. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Pengetahuan Masyarakat Tentang Antioksidan Jawaban

No. Pernyataan A B C Total

Frek % Frek % Frek % Frek % 3. Pengertian

antioksidan.

19 20 50 52,6 26 27,4 95 100

4. Jenis antioksidan. 23 24,2 29 30,5 43 45,3 95 100

6. Sumber

antioksidan alami.

48 50,5 24 25,3 23 24,2 95 100

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa jawaban responden dari pertanyaan tentang manfaat mengkonsumsi wortel adalah sebanyak 70 orang (73,7 %) memilih B. Menjaga kesehatan mata. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.6.


(60)

Tabel 5.6. Pengetahuan Masyarakat Tentang Manfaat Wortel Sebagai Sumber Antioksidan Alami

Jawaban

No. Pernyataan A B C Total

Frek % Frek % Frek % Frek % 8. Manfaat

meng-konsumsi wortel.

17 17,9 70 73,7 8 8,4 95 100

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa jawaban responden dari pertanyaan tentang pengertian katarak adalah sebanyak 41 orang (43,2 %) memilih A. Lensa mata menjadi keruh. Jawaban responden dari pertanyaan tentang kandungan gizi yang paling banyak ditemukan di wortel adalah sebanyak 74 orang (77,9 %) memilih A. Vitamin A. Dan jawaban responden dari pertanyaan tentang kandungan dalam wortel yang dapat mencegah proses katarak adalah sebanyak 70 orang (73,7 %) memilih B. Vitamin A dan betakaroten. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7. Pengetahuan Masyarakat Tentang Kandungan Wortel Yang Dapat Mencegah Katarak

Jawaban

No. Pernyataan A B C Total

Frek % Frek % Frek % Frek % 9. Pengertian

katarak.

41 43,2 38 40 16 16,8 95 100

10. Kandungan gizi wortel.

74 77,9 20 21,1 1 1,1 95 100

12. Kandungan wortel

yang dapat mencegah proses katarak.


(61)

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa jawaban responden dari pertanyaan tentang penyebab utama terjadinya katarak adalah sebanyak 74 orang (77,9 %) memilih A. Proses Penuaan. Jawaban responden dari pertanyaan tentang yang beresiko terkena katarak adalah sebanyak 61 orang (64,2 %) memilih A. Yang

menderita kencing manis, keturunan dari keluarga, faktor lingkungan (trauma, penyinaran, sinar ultraviolet, merokok). Dan jawaban responden dari

pertanyaan tentang proses terjadinya katarak adalah sebanyak 43 orang (45,3 %) memilih B. Penuaan dan sering terpapar sinar ultraviolet. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Pengetahuan Masyarakat Tentang Faktor Resiko dan Proses Terjadinya Katarak

Jawaban

No. Pernyataan A B C Total

Frek % Frek % Frek % Frek % 14. Penyebab utama

terjadinya katarak.

74 77,9 20 21,1 1 1,1 95 100

15. Faktor resiko katarak.

61 64,2 17 17,9 17 17,9 95 100

16. Proses terjadinya katarak.

25 26,3 43 45,3 27 28,4 95 100

Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa jawaban responden dari pertanyaan tentang hal yang bisa dilakukan untuk mencegah katarak adalah sebanyak 64 orang (67,4 %) memilih A. Mengatur makanan sehat dengan makan yang banyak buah dan


(62)

sayur, tidak merokok, memakai kacamata hitam di siang hari, jaga kesehatan tubuh. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9. Pengetahuan Masyarakat Tentang Pencegahan Katarak Jawaban

No. Pernyataan A B C Total

Frek % Frek % Frek % Frek % 18. Pencegahan

katarak.

64 67,4 4 4,2 27 28,4 95 100

Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa sebanyak 55 orang (57,9 %) responden mempunyai tingkat pengetahuan baik tentang manfaat wortel sebagai sumber antioksidan alami untuk mencegah katarak, sedangkan sebanyak 38 orang (40 %) responden mempunyai tingkat pengetahuan cukup baik dan 2 orang (2,1%) responden mempunyai tingkat pengetahuan yang buruk. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.3.


(63)

Gambar 5.3. Tingkat Pengetahuan Responden

5.2. Pembahasan

Dari penelitian ini diketahui bahwa tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat wortel sebagai sumber antioksidan alami untuk mencegah katarak tergolong baik. Kategori tingkat pengetahuan dalam penelitian ini terbagi tiga, berdasarkan total skor yang diperoleh responden yaitu, jika nilai yang diperoleh responden berjumlah 25 – 33, berarti pengetahuan responden tergolong baik. Jika nilai yang diperoleh responden berjumlah 17-24, berarti pengetahuan responden tergolong sedang, dan jika nilai yang diperoleh responden berjumlah ≤ 16 tergolong buruk.

Responden pada penelitian ini adalah 95 orang. Dari 95 responden tersebut memiliki sumber informasi yang beragam mengenai wortel sebagai antioksidan. Sumber informasi tersebut berasal dari media elektronik (tv, radio), media cetak (surat kabar, majalah, brosur), orang dekat (keluarga, teman, tetangga, orang lain) dan lainnya. Dari semua sumber informasi tersebut, responden dalam penelitian ini memilih media elektronik sebagai pilihan utama. Hal ini dapat dilihat pada Gambar

40 %

2,1 %


(64)

5.1. mengenai distribusi sumber informasi responden tentang wortel sebagai antioksidan diketahui sebanyak 48 orang (50,5%) sumber informasi yang diperoleh responden tentang antioksidan dari media elektronik dan hanya 6 orang (6,3 %) responden yang memperoleh sumber informasi dari orang terdekat (keluarga, teman, tetangga, orang lain). Menurut Notoadmojo (2007), bahwa media elektronik merupakan suatu sarana untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan, dimana televisi merupakan salah satu dari media elektronik tersebut.

Berdasarkan Tabel 5.5. diketahui bahwa 50 orang (52,6 %) responden mengetahui pengertian antioksidan dengan memilih jawaban B. senyawa yang mempunyai elektron bebas yang bisa mencegah timbulnya penyakit. Ini kurang sesuai dengan pengertian antiosidan adalah A. senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat memberikan elektronnya cuma- cuma kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama sekali fungsinya dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas (Gklinis, 2004).

Berdasarkan Tabel 5.5. diketahui bahwa 43 orang (45,3 %) responden mengetahui jenis antioksidan dengan memilih jawaban C. sayuran berdaun hijau. Ini kurang sesuai dengan jenis antioksidan menurut Gklinis, yaitu A. antioksidan yang dibuat oleh tubuh kita sendiri yang berupa enzim antara lain superoksida dismutase,

glutathione peroxidase, peroxidasi dan katalase; antioksidan alami yang dapat

diperoleh dari tanaman atau hewan, yaitu tokoferol, vitamin C, betakaroten, flavonoid dan senyawa fenolik; dan antioksidan sintetik, yang dibuat dari bahan-bahan kimia yaitu Butylated Hroxyanisole (BHA) yang ditambahkan dalam makanan untuk mencegah kerusakan lemak (Gklinis, 2004).

Berdasarkan Tabel 5.5. diketahui bahwa 48 orang (50,5 %) responden mengetahui sumber antioksidan alami dengan memilih jawaban A. Brokoli, Kubis, Lobak, Wortel, Tomat, Bayam, Cabe, Buncis. Ini sesuai dengan sayur-sayuran yang mengandung antioksidan yaitu : Brokoli, Kubis, Lobak, Wortel, Tomat, Bayam, Cabe, Buncis, Pare, Leunca, Jagung, Kangkung, Takokak, Mentimun (Putra, 2008).


(65)

Berdasarkan Tabel 5.6. diketahui bahwa 70 orang (73,7 %) responden mengetahui manfaat mengkonsumsi wortel dengan memilih jawaban B. menjaga kesehatan mata. Ini kurang sesuai dengan menurut Pitojo (2004), manfaat mengkonsumsi wortel untuk mencegah mempercepatnya proses katarak dan kebutaan. Hal ini juga didukung oleh penelitian di bidang katarak, seperti dikutip dari situs womenfitness.com, menemukan bahwa perempuan di usia 50 tahun bisa mengurangi resiko katarak dengan memakan banyak buah dan sayuran berwarna yang kaya karotenoid, seperti wortel (Tarigan, 2010). Berdasarkan penelitian British

Medical Jurnal, perempuan yang berusia 45 tahun yang mengkonsumsi makanan

kaya vitamin A yang terdapat di wortel dapat mengurangi resiko katarak sebesar 39 % (Benjamin, 1998). Dan dalam pencegahan katarak dapat digunakan bahan-bahan antioksidan alami yang dapat menghambat proses katarak. Di antara bahan-bahan alami yang dapat digunakan antara lain adalah wortel (Kumalaningsih, 2006).

Berdasarkan Tabel 5.7. diketahui bahwa 74 orang (77,9 %) responden mengetahui kandungan gizi yang paling banyak ditemukan di wortel dengan memilih jawaban A. Vitamin A. Ini sesuai dengan data dari Direktorat Gizi Depkes RI (1981) bahwa dalam setiap 100 gram wortel diperoleh sekitar 12.000 SI vitamin A. Dan menurut data Food and Nutrition Research Center Handbook No. 1, Manila (1964) dalam setiap 100 gram wortel diperoleh sekitar 18.000,00 SI (Rukmana, 1995).

Berdasarkan Tabel 5.7. diketahui bahwa 70 orang (73,7 %) responden mengetahui kandungan dalam wortel yang dapat mencegah proses katarak dengan memilih jawaban B. Vitamin A dan betakaroten. Ini kurang sesuai dengan African

Journal of Food Science (2009) adalah A. beta karoten, lutein dan zeaxantin

ditemukan di wortel yang bertindak sebagai antioksidan yang dapat mengurangi kerusakan akibat radikal bebas di mata dan dapat mencegah terjadinya katarak atau mengontrol terjadinya proses katarak.

Berdasarkan Tabel 5.8. diketahui bahwa 61 orang (64,2 %) responden mengetahui faktor resiko terkena katarak dengan memilih jawaban A. yang menderita


(66)

kencing manis, keturunan dari keluarga, faktor lingkungan (trauma, penyinaran, sinar ultraviolet, merokok). Ini sesuai dengan menurut Gin Djing (2006) dan Ilyas (2006) bahwa Faktor-faktor yang dapat memicu timbulnya penyakit katarak diantaranya adalah sebagai berikut : penyakit peradangan dan metabolik, misalnya diabetes mellitus ; kekurangan vitamin A, B1, B2 dan C; riwayat keluarga dengan katarak;

penyakit infeksi atau cedera mata terdahulu; pembedahan mata; pemakaian obat-obatan tertentu (kortikosteroid) dalam jangka panjang; faktor lingkungan, seperti trauma, penyinaran, dan sinar ultraviolet; dan efek racun dari merokok dan alkohol.

Berdasarkan Tabel 5.8. diketahui bahwa 43 orang (45,3 %) responden mengetahui proses terjadinya katarak adalah penuaan dan sering terpapar sinar ultraviolet. Ini kurang sesuai dengan Youngson (2005) dan Kumalaningsih (2006) bahwa proses terjadinya katarak yaitu, konsep penuaan, teori radikal bebas, sinar ultraviolet, merokok.

Berdasarkan Tabel 5.9. diketahui bahwa 64 orang (67,4 %) responden mengetahui hal yang bisa dilakukan untuk mencegah katarak dengan memilih jawaban B. mengatur makanan sehat dengan makan yang banyak buah dan sayur, tidak merokok, memakai kacamata hitam di siang hari dan jaga kesehatan tubuh. Ini sesuai dengan menurut Ilyas (2006) bahwa cara pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya adalah tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam tubuh, sehingga resiko katarak akan bertambah; atur makanan sehat, makan yang banyak buah dan sayur, seperti wortel; lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar ultraviolet mengakibatkan katarak pada mata dan jaga kesehatan tubuh seperti kencing manis dan penyakit lainnya.

Dalam penelitian ini diperoleh bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik tentang manfaat wortel sebagai sumber antioksidan alami untuk mencegah katarak. Menurut pendapat peneliti, hal ini disebabkan telah majunya sistem komunikasi dan informasi yang memudahkan masyarakat untuk memperoleh


(67)

berbagai informasi terbaru dengan cepat, baik melalui buku, media massa maupun media elektronik.


(68)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat wortel sebagai sumber antioksidan alami untuk mencegah katarak di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010.

6.1. Kesimpulan

1. Penelitian dilakukan terhadap 95 orang masyarakat yang menjadi responden dengan teknik consecutive sampling. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata responden berusia 40 tahun (20 %). Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (81,1 %). Rata-rata responden memiliki tingkat pendidikan terakhir adalah SMA (44,2 %).

2. Sebanyak 55 orang (57,9 %) tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat wortel sebagai sumber antioksidan alami untuk mencegah katarak di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010 adalah baik. 3. Sumber informasi tentang wortel sebagai antioksidan paling banyak di dapat

dari media elektronik yaitu sebanyak 50,5 %.

4. Sebanyak 52,6 % responden mengetahui pengertian antioksidan adalah senyawa yang mempunyai elektron bebas yang bisa mencegah timbulnya penyakit. Ada 45,3 % responden mengetahui jenis antioksidan dari sayuran berdaun hijau. Dan 50,5 % responden mengetahui sumber antioksidan alami adalah brokoli, kubis, lobak, wortel, tomat, bayam, cabe, buncis.

5. Sebanyak 73,7 % responden mengetahui manfaat mengkonsumsi wortel untuk menjaga kesehatan mata.


(1)

Pertanyaan 17

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 95 100.0 100.0 100.0

Data kuantitatif

Pertanyaan 3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 26 27.4 27.4 27.4

2 50 52.6 52.6 80.0

3 19 20.0 20.0 100.0


(2)

Valid 1 43 45.3 45.3 45.3

2 29 30.5 30.5 75.8

3 23 24.2 24.2 100.0

Total 95 100.0 100.0

Pertanyaan 6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 23 24.2 24.2 24.2

2 24 25.3 25.3 49.5

3 48 50.5 50.5 100.0


(3)

Valid 1 8 8.4 8.4 8.4

2 70 73.7 73.7 82.1

3 17 17.9 17.9 100.0

Total 95 100.0 100.0

Pertanyaan 9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 16 16.8 16.8 16.8

2 38 40.0 40.0 56.8

3 41 43.2 43.2 100.0


(4)

Valid 1 1 1.1 1.1 1.1

2 20 21.1 21.1 22.1

3 74 77.9 77.9 100.0

Total 95 100.0 100.0

Pertanyaan 12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 8 8.4 8.4 8.4

2 70 73.7 73.7 82.1

3 17 17.9 17.9 100.0


(5)

Valid 1 1 1.1 1.1 1.1

2 20 21.1 21.1 22.1

3 74 77.9 77.9 100.0

Total 95 100.0 100.0

Pertanyaan 15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 17 17.9 17.9 17.9

2 17 17.9 17.9 35.8

3 61 64.2 64.2 100.0


(6)

Valid 1 27 28.4 28.4 28.4

2 43 45.3 45.3 73.7

3 25 26.3 26.3 100.0

Total 95 100.0 100.0

Pertanyaan 18

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 27 28.4 28.4 28.4

2 4 4.2 4.2 32.6

3 64 67.4 67.4 100.0